Alan Darmawan: Berinvestasi sejak menggenggam gaji

Sabtu, 25 April 2015 | 14:44 WIB   Reporter: Annisa Aninditya Wibawa
Alan Darmawan: Berinvestasi sejak menggenggam gaji

ILUSTRASI. Emas batangan dipajang di dealer logam mulia Hatton Garden Metals di London, Inggris 21 Juli 2015. Harga Emas Volatil Jelang Rilis Data Inflasi AS, Begini Prospeknya ke Depan


JAKARTA. Keinginan berinvestasi Alan Darmawan sudah dimulai sejak mengantongi gaji pertama. Sejak itu, Chief Investment Officer Allianz Indonesia ini pun konsisten berinvestasi. Maklum, pria yang bertugas mengurus investasi perusahaan ini mempercayai bahwa investasi paling baik dilakukan sejak usia muda.

Menurut Alan, ketika seseorang disiplin investasi sedari muda maka akan terus melakukan hingga tua. "Investasi harus sejak dini. Gaji pertama sebaiknya diinvestasikan. Itu filosofi saya," katanya ketika ditemui KONTAN.

Alan bercerita, memulai investasi di produk deposito. Kala itu, Alan baru memulai karier di industri perbankan. Ia memangku jabatan Relationship Manager Citibank Indonesia sejak tahun 1991 sampai 1994. Setelah itu, Alan sempat mencicipi investasi di instrumen fixed income.

Pada tahap awal, ia memang menyarankan memulai investasi di instrumen yang moderat. Lalu secara perlahan, ke instrumen investasi berisiko tinggi.

Investasi Alan selanjutnya adalah menjajal balance fund. Baru pada tahun 1991, saat pasar modal mulai booming, ketika telah memahami pasar modal, dia mulai mencoba berinvestasi di instrumen saham.

Meski begitu, investasi saham tak bisa dilanjutkannya hingga saat ini. Maklum, dengan posisinya saat ini yang memegang kendali atas investasi perusahaan, Alan terbentur aturan yang tak memperbolehkannya berinvestasi saham secara langsung untuk kepentingan pribadi.

Karena itu, Alan hanya bisa menyerahkan investasi kepada fund manager. Kini, investasi saham Alan cuma dalam bentuk reksadana dan unitlink. "Menyimpan kepercayaan pada fund manager. Itu yang membuat saya tertarik ke reksadana dan unitlink," imbuhnya.

Bahkan, Alan memiliki tiga jenis reksadana dari tiga fund manager yang berbeda. Ia telah menimbun instrumen investasi itu selama 10 tahun. Setiap triwulan, Alan rajin menambah portofolio reksadana.

Alan menilai, dirinya cukup agresif dalam berinvestasi. Terlebih, pria kelahiran Semarang, 4 Maret 1968 ini masih lama memasuki masa pensiun. Bagi dia, pasar modal di Indonesia mampu memberi imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan negara lain. Ini pula yang membuatnya menjatuhkan pilihan berinvestasi di pasar modal dalam negeri.

Alan merujuk pada data investasi Allianz. Sampai kuartal I 2015, investasi saham mampu memberikan imbal hasil 181% sejak 2007. Sedangkan pada instrumen pasar uang memberi imbal hasil 156% dan fixed income 206% sejak tahun 2001.

Tujuan investasi Alan adalah untuk biaya pendidikan anak dan membiayai masa tua kelak. Saat ini, Alan punya dua anak. Anak pertama berusia 14 tahun dan anak kedua berumur 12 tahun. "Cita-cita saya kedua anak saya bisa mengenyam pendidikan yang baik hingga perguruan tinggi," katanya.

Berangkat dari keinginan itulah, Alan semakin giat berinvestasi. Setiap bulan, dia menyisihkan 10% sampai 15% pendapatan untuk berinvestasi.

Selain itu, Alan mempersiapkan diri untuk masa pensiun kelak. "Saya tidak ingin merepotkan anak-anak di masa mendatang," tambahnya. Malahan, Allan menginginkan menjadi agen asuransi ketika pensiun nanti. Sebab, dia mendapat inspirasi dari kedua orang tuanya yang pulang dari Malaysia dan memutuskan jadi agen asuransi. "Itu pernah terjadi di keluarga saya," tandas Alan.

Dasar pendidikan orangtua Alan sejatinya bukan di dunia keuangan. "Orangtua saya dokter gigi yang ditugaskan di Johor, Malaysia," ujar dia. Karena itu, ia baru belajar investasi saat mulai bekerja. Lulusan Indiana University, Amerika Serikat ini mengaku mengantongi lisensi di lembaga keuangan, seperti Certified Financial Planner, Fellow  of Chartered Financial Prefessional dan lainnya.

Menanti Film Avengers Age of Ultron

KESIBUKAN bekerja di dunia keuangan membuat Alan Darmawan, Chief Investment Officer Allianz Indonesia, tak lupa menyisakan waktu untuk kegemarannya menonton film superhero. Kegemaran menonton film ini menjadi pelampiasan untuk melupakan sejenak masalah pekerjaan.

Maklum, selama 24 tahun ini, Alan telah berkecimpung di lembaga keuangan seperti perbankan, korporasi, dana pensiun, asset management, dan asuransi. "Saya suka sekali tokoh-tokoh superhero," ujar pria berusia 47 tahun ini.

Tak heran, Alan sudah lama menanti kehadiran film berjudul "Avengers: Age of Ultron". "Saya bakal menonton film tersebut kalau sudah ditayangkan di bioskop," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (14/4).

Selain hobi menonton film superhero, Alan juga gemar membaca buku. Buku yang paling disukainya adalah jenis science  fiction.  "Untuk menghabiskan satu buku, biasanya saya membutuhkan waktu tiga hari," katanya. Tapi, untuk buku Harry Potter, ia hanya butuh waktu semalam.

Meski gandrung dengan tokoh superhero, Alan bukan tipe orang yang anti dengan genre film lain. Ia pun tak alergi menonton film Cinderella di bioskop. "Itu demi anak saya," imbuhnya.

Bapak dua anak ini mengaku saat ini menjalani LDR (long distance  relationship) dengan keluarganya. Maklum, istri dan dua anaknya warga negara Singapura yang menetap di sana. Alan mengunjungi keluarganya setiap dua bulan sekali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan

Terbaru