Icip tahu gimbal khas Semarang yang melegenda

Jumat, 17 Februari 2017 | 18:17 WIB   Reporter: Nisa Dwiresya Putri
Icip tahu gimbal khas Semarang yang melegenda


TAK hanya sajian di restoran bintang lima yang terjamin kelezatannya. Makanan ala pedagang kaki lima pun tak kalah menggugah selera. Tahu gimbal adalah salah satu contohnya. Kudapan khas Semarang ini, berhasil jadi makanan yang melegenda.

Dipotong gimbalnya, digoreng bersama telur dan tahu. Setelah matang, tak ketinggalan campuran lontong, taoge dan kol. Siram dengan kuah kacang bercampur petis dan bumbu rahasia. Tinggal sisipkan kerupuk, maka tersajilah seporsi tahu gimbal.

Sekilas makanan ini mirip ketoprak. Namun, tahu gimbal tidak dilengkapi dengan bihun, melainkan mengandalkan gimbal itu sendiri. Mendengar nama gimbal, memang membuat penasaran. Berupa apa ya makanan yang namanya disamakan dengan istilah untuk rambut kriwil ini?

“Gimbal itu ya udang ditepungi, tapi beda dengan kripik udang,” ujar Edy yang telah berjualan tahu gimbal selama 35 tahun ke belakang. Menurutnya, perbedaan gimbal dan kripik udang ada pada ukuran udang yang digunakan. Lebih mirip bakwan, gimbal dibuat dengan udang yang berukuran besar. Alih-alih renyah, gimbal justru lembek.

Senin (16/1) sore, lapak tahu gimbal dengan merek Pak H. Edy mulai disinggahi pengunjung. Segerombolan muda-mudi datang dan langsung memesan tahu gimbal berikut es teh manis sebagai pelepas lapar dan dahaga. Edy yang telah siaga langsung menyiapkan 9 pesanan tahu gimbal. Ia dibantu sang istri yang setia di balik gerobak minuman.

Sembari cekatan menyiapkan pesanan, Edy bercerita singkat tentang penjualan tahu gimbal kepada KONTAN. Setiap hari Edy berjualan mulai pukul 15.00 WIB hingga jam 12.00 malam. Per harinya ia menyetok 200-280 lembar gimbal. Satu lembar gimbal biasanya dipakai untuk satu porsi tahu gimbal yang dijual dengan harga Rp 16.000.

Tak sulit untuk mendapatkan tahu gimbal di Semarang, karena Edy bukan satu-satunya penjual tahu gimbal. Setidaknya ada sekitar 5-8 penjual tahu gimbal lainnya di lokasi yang berdekatan, yakni di sekitaran Taman Menteri Supeno, Semarang. Biasanya lapak penjual tahu gimbal ditandai dengan adanya meja dan karpet untuk lesehan.

Pelaku usaha lainnnya adalah penjual tahu gimbal dengan merek Pak Timbul. Sebut saja Bu Timbul sebagai sang empunya. Bu Timbul bilang lapaknya buka dari sore hingga malam hari. Setidaknya, 30-100 porsi tahu gimbal Pak Timbul dapat terjual setiap harinya. Biasanya, lapak tahu gimbal akan ramai pengunjung pada malam minggu.

Membuka lapak dagangan di lokasi yang berdampingan. Harga jual pun cenderung seragam. Namun, hal ini tak membuat persaingan antar penjual tahu gimbal memanas. Menurut Edy, setiap penjual tahu gimbal punya ciri khas masing-masing. “Biasanya yang membedakan itu bumbu yang dipakai untuk gimbalnya, dan juga kuahnya,” tutur Edy.

Menyusun siasat menghadapi kompetitor, para penjual tahu gimbal pun lincah mengatur strategi dengan menyediakan berbagai varian menu. Di lapak tahu gimbal Pak Timbul misalnya, selain bisa memesan tahu gimbal, tersedia pula bakso sebagai menu pilihan. Di samping itu, pengunjung juga bisa memesan aneka minuman segar mulai dari es soda gembira hingga es teller durian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru