Surat Dari Praha wakil Indonesia di Piala Oscar

Jumat, 23 September 2016 | 21:16 WIB Sumber: Antara
Surat Dari Praha wakil Indonesia di Piala Oscar


JAKARTA. Film "Surat Dari Praha" akan mewakili Indonesia dalam seleksi Piala Oscar di ajang Internasional Academy Awards untuk kategori Foreign Language Film.

"Terima kasih kepada komite seleksi yang mempercayakan film 'Surat Dari Praha' ini sebagai wakil Indonesia. Saya mohon doa dan dukungannya untuk proses berikutnya dalam ajang Oscar ini," kata Sutradara Film Surat dari Praha Angga Dwimas Sasongko di Jakarta, Jumat (23/9), melalui pesan tertulis.

Ia juga menjelaskan bahwa penghargaan yang datang untuk film ini adalah buah dari kerja keras dan kepercayaan seluruh elemen seniman yang terlibat.

"Satu hal penting yang saya pelajari dari mereka selama perjalanan ini adalah kejujuran dalam berkarya," katanya.

Beberapa waktu sebelumnya, Surat dari Praha menerima penghargaan Usmar Ismail Awards dan International Premiere di Jepang.

Kemudian karya tersebut dipercaya mewakili Indonesia dalam seleksi Academy Awards untuk kategori Foreign Language Film.

"Merupakan kebanggaan, kegembiraan tapi juga beban. Beban untuk terus konsisten memandang film bukan hanya sebagai komoditi, tapi juga nilai seni yang penting untuk peradaban," tuturnya.

Film ini menceritakan sebagian kisah dari Indonesia yang ada di Praha dan tidak banyak penonton film, terutama yang berusia muda, mengetahui hal tersebut.

Surat Dari Praha berkisah tentang seorang tokoh tahanan politik yang diasingkan akibat terkena kasus Partai Komunis Indonesia pada 1965 dan tidak dapat kembali pulang ke Indonesia.

Keingintahuan Angga Dwimas terkait peristiwa politik 1965 dan kesempatan menonton film pendek karya sutradara Farishad Latjuba berjudul "Klayaban" yang menceritakan sekitar orang-orang Indonesia yang pergi dari Indonesia karena peristiwa 1965, merupakan ide awal penggarapan "Surat dari Praha".

Selain menonjolkan kekuatan cerita dan musik, film yang dirilis di seluruh bioskop Indonesia pada 28 Januari lalu itu juga diciptakan sebagai alternatif menuturkan sisi lain terkait sejarah konflik politik pada masa 1965, yang selama ini belum terungkap ke publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru