CTI Infrastructure Summit tahun ini bakal bahas blockchain

Selasa, 20 Februari 2018 | 23:16 WIB   Reporter: Klaudia Molasiarani
CTI Infrastructure Summit tahun ini bakal bahas blockchain

ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Blockchain NEM untuk Industri


INDUSTRI TEKNOLOGI - JAKARTA. PT Computrade Technology International (CTI Group), penyedia solusi infrastruktur TI, akan mengadakan kembali seminar dan pameran infrastruktur TI terbesar di Indonesia bertajuk CTI IT Infrastructure Summit, pada 7 Maret 2018 di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta.

Memasuki tahun kelima, konferensi tersebut akan membawa judul “Blockchain: The Next Digital Revolution in Every Industry” untuk membahas bagaimana blockchain sebagai teknologi penyimpanan data mutakhir berpotensi mendisrupsi seluruh sektor industri berkat karakteristiknya yang terdistribusi, aman, dan tidak dapat diubah.

Rachmat Gunsan, Direktur Group dalam rilis yang diterima kontan.co.id, Selasa (20/2) mengatakan, CTI IT Infrastructure Summit akan menghadirkan berbagai solusi TI terkini dan sharing best practice tidak hanya bagi profesional di bidang TI, melainkan juga bidang pemasaran, keuangan, dan lainnya dari cross-industry di Indonesia.

“Selama ini transaksi yang dilakukan oleh dua belah pihak memerlukan perantara dari pihak ketiga yang bertindak sebagai trusted party, seperti bank. Dengan adanya teknologi Blockchain, transaksi dapat langsung dilakukan antar kedua belah pihak tanpa perantara yang bisa menjadi single point of failure,” ujar Rachmat seperti dikutip dalam rilis, Selasa (20/2).

Sebagai gambaran, teknologi blockchain layaknya sebuah buku besar yang terdistribusi dan terbuka yang dapat merekam transaksi antara dua pihak secara efisien dan dengan cara yang dapat diverifikasi dan permanen.

Adapun, Blockchain yang merupakan teknologi di balik Bitcoin—salah satu mata uang digital yang sedang naik daun saat ini—memiliki sejumlah karakteristik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, bahkan diprediksi mampu mendisrupsi berbagai industri.

Karakteristik tersebut di antaranya transparan, terdesentralisasi berkat tidak adanya pihak ketiga, tidak dapat diubah (immutable), bebas dari risiko downtime (high availability), aman, mudah, cepat, dan murah.

Selain keuangan, blockchain juga sudah diterapkan di industri kesehatan, seperti pada tiga perusahaan kesehatan di Amerika Serikat.

Mereka menggunakan blockchain untuk menyimpan catatan medis, memonitor pemberian resep obat, mendesain rencana pengobatan yang lebih terperinci, serta menciptakan pasar penelitian medis yang lebih terbuka untuk membantu proses penyembuhan penyakit kronis.

Riset Accenture mencatat teknologi blockchain dapat menekan biaya infrastruktur sebesar 30% pada delapan dari 10 bank investasi terbesar di dunia, atau sekitar US$ 8 miliar hingga US$12 miliar dari biaya tahunan di bank tersebut.

Sementara itu menurut Transparency Market Research, nilai pasar dari blockchain diprediksi meningkat menjadi US$20 miliar di tahun 2024 dari US$ 316 juta di 2015 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 58,7%.

Kemampuan blockchain dalam mengeliminasi pihak ketiga sehingga menciptakan proses transaksi yang cepat, mudah dan murah menjadi alasan naiknya permintaan pasar terhadap teknologi ini selain faktor keamanan dalam bertransaksi online.

CTI IT Infrastructure Summit 2018 didukung oleh lembaga riset Gartner serta vendor-vendor TI terkemuka di dunia, seperti Dell EMC, Hewlett-Packard Enterprise (HPE), HPE Aruba, Samsung, IBM, Lenovo, Red Hat, Huawei, Defenxor, dan Trend Micro. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru