Diagnosis, kemudian cari cara mengatasi andropause

Rabu, 01 Juni 2011 | 08:36 WIB Sumber: Harian KONTAN, 1 Juni 2011
Diagnosis, kemudian cari cara mengatasi andropause


Dahulu, andropause sering kali sulit terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan beragam antara satu pria dengan pria lain. Para dokter juga kerap tidak menduga kadar testosteron yang rendah sebagai penyebab masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain, misalnya depresi.

Diagnosis

Kini, diagnosis andropause dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisis dan laboratorium. Pada pemeriksaan fisis, misalnya, distribusi rambut pubis. Pemeriksaan testis diperhatikan konsistensi dan ukurannya. Selain itu, pemeriksaan colok dubur untuk mencari kemungkinan adanya pembesaran prostat atau kanker prostat.

Diagnosis juga ditegakkan dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan secara keseluruhan melalui riwayat medis, eksaminasi fisik, dan faktor lainnya. Tes laboratorium juga diperlukan untuk mengetahui berapa banyak testosteron yang dihasilkan oleh seorang pria. Penentuan diagnosis ini lebih mudah dilakukan dengan peneraan hormon steroid seks untuk memastikan gejala andropause.

Pengobatan

Pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi andropause adalah dengan pemberian hormon testosteron atau yang lebih dikenal pengobatan sulih hormon alias hormone replacement therapy (HRT).

Pemberian hormon itu dilakukan dengan hati-hati dan lebih dahulu melalui pemeriksaan rectal (anus) dan prostate specific antigent (PSA). Sebab, dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi benigna prostat hiperplasi (BPH) dan kanker prostat. Pemeriksaan disarankan tiap tiga bulan selama pengobatan.

Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih hormon testosteron pada pria juga efektif dan bermanfaat, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, tidak semua pria diberi pengobatan ini. Sebab, pria dengan gejala-gejala andropause mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Ada beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberi pengobatan sulih hormon, yaitu pasien mengidap kanker prostat, hati, ginjal, jantung, dan diabetes.

Terapi alternatif: tanduk rusa

Selain melalui pengobatan medis dengan terapi hormon konvensional, pria andropause juga dapat mengonsumsi suplemen yang mengandung antler (bagian inti dalam tanduk rusa) untuk mengatasi andropause. Kandungan antler ini diyakini dapat membantu tubuh memproduksi hormon testosteron sesuai kadar kebutuhan tubuh.

Penggunaan antler yang diambil dari tanduk rusa atau deer velvet sebenarnya telah diketahui dan dimanfaatkan sejak zaman kekaisaran China kuno 2000 tahun silam. Di Korea, tanduk rusa juga telah digunakan sejak 1800 tahun lalu dan dikenal sebagai simbol panjang umur serta vitalitas. Di Rusia pada abad XV, bahan itu telah tenar sebagai tanduk emas karena punya nilai tinggi untuk kesehatan.

Literatur lain menyebutkan tanduk rusa berfungsi mengatasi gangguan kardiovaskuler, membantu penyembuhan infeksi saluran pernapasan, mengobati diabetes melitus, kanker payudara, dan mengatasi menopause. Namun menurut Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone, Jakarta, pemanfaatan suplemen alami semacam itu harus di bawah kontrol dokter.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru