Duh, ternyata generasi ini paling sering menyebar berita di internet tanpa verifikasi

Minggu, 07 Februari 2021 | 23:12 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
Duh, ternyata generasi ini paling sering menyebar berita di internet tanpa verifikasi

ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Ekonomi Politik Berita Hoax ? ; ?ilustrasi berita hoax; ilustrasi hoax; ilustrasi berita bohong palsu


INDUSTRI INTERNET - JAKARTA. Akibat pandemi, konsumsi berita dari media arus utama dan sumber online meningkat, termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Media sosial menjadi sebagian besar platform dalam mengonsumsi berita.

Penelitian Kaspersky baru-baru ini mengungkapkan, mayoritas (76%) pengguna di Asia Tenggara mendapatkan update berita dari platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Persentase ini lebih tinggi untuk Gen Z (kelahiran tahun 1997-2009) di angka 83%.
Diikuti milenial (lahir tahun 1981-1996) di 81%, Baby Boomers (tahun 1946-1964) di 70% dan Gen X (tahun 1976-1980) di 62%. 

Disinformasi online tetap menjadi perhatian di dunia daring. Survei yang sama yang dilakukan November 2020 lalu mengungkap bahwa hampir 2 dari 10 (18%) responden mengaku berbagi berita sebelum memverifikasi kebenarannya.

Dan celakanya, responden  tertinggi yang menyebarkan berita tanpa verifikasi justru di Gen Z (28%).  Jadi bukan kalangan yang lebih berusia tua seperti duggan selama ini. Lalu Diikuti oleh Gen X (21%), dan Baby Boomers (19%). Milenial mencatatkan rekor terendah dalam aspek ini yaitu 16%.

Menurut Beverly Leow, psikolog di Mind What Matters, rendahnya tingkat verifikasi saat berbagi berita secara online dapat dikaitkan dengan teori presentasi diri. Individu ingin melindungi dirinya sendiri dengan cara tertentu.

Ketika pengguna berbagi informasi tanpa menimbang kebenarannya, mereka termotivasi untuk menampilkan diri sebagai netizen dengan informasi terkini (update) dan berpengetahuan luas. Studi yang sama, hanya 5 dari 10 responden di semua generasi yang membaca artikel lengkap sebelum membagikannya di akun personal.

Pengguna internet Asia Tenggara diperkirakan mencapai 400 juta. Dengan tambahan 40 juta orang yang merupakan pengguna internet pertama kali pada tahun 2020. Wilayah ini juga dikenal sebagai salah satu pengguna media sosial yang paling aktif.

“Survei kami menunjukkan 36% pengguna di Asia Tenggara menghabiskan 1-2 jam lebih banyak pada platform online ini setelah penguncian. Lalu 28% menambahkan 2-4 jam. Dan sekitar 17% dengan 4-6 jam lebih dihabiskan untuk bersosialisasi online,” Kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, dalam rilis ke Kontan.co.id, belum lama ini. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru