Gudeg jogja rasa Jakarta

Selasa, 12 Juni 2012 | 10:41 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 11 - 17 Juni 2012
Gudeg jogja rasa Jakarta

ILUSTRASI. Buah delima bisa Anda gunakan sebagai obat penambah darah. Kontan/Alri kemas


Begitu mendengar kata gudeg, pikiran orang biasanya langsung melayang ke Kota Yogyakarta. Maklum, gudeg memang merupakan makanan khas yang berasal dari Jogja. Sehingga, Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu dikenal sebagai Kota Gudeg.

Meski begitu, gudeg sudah populer di banyak kalangan, tak cuma terbatas pada orang Jawa atau Jogja. Santapan berbahan baku buah nangka muda ini mudah ditemukan di berbagai tempat. Anda yang berada di Jakarta juga tak akan kesulitan untuk menemukan kedai yang menjual gudeg.

Salah satunya adalah kedai Gudeg Kandjeng yang berada di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.

Lokasi kedai yang berdiri sejak tahun 2008 lalu ini mudah dijangkau. Gudeg Kanjeng ada di Jalan Hang Tuah X, persis bersebelahan dengan Lapangan Tenis Bulungan.

Menempati sebuah teras rumah tua, kedai milik Anton Sakri ini tampak sederhana. Nuansa klasik langsung menyergap saat memasuki kedai yang buka dari jam
08.00 hingga 21.00 itu. Tampak beberapa foto kuno terpajang di dinding, sementara empat buah lampu antik tergantung di langit-langit.

Ruangan kedai ini sebetulnya tidak terlalu luas. Ruangan berukuran sekitar 4 meter x 6 meter itu hanya sanggup menampung sekitar 40 pengunjung. Meski begitu, kapasitas ruang yang terbatas tak menjadi penghalang bagi pelanggan untuk singgah.

Saban hari, kata Anton, jumlah pengunjung di Gudeg Kandjeng bisa mencapai sekitar 200 orang. "Tak jarang, di saat jam makan siang, beberapa pengunjung mesti antre untuk mendapatkan tempat duduk," ujar Anton.

Gudeg nyemek

Begitu Anda memperoleh tempat duduk, pelayan akan segera menghampiri dan memberikan buku menu kepada Anda. Makanan andalan kedai ini, tentu saja, gudeg.

Langsung saja pesan gudeg komplet yang jadi santapan favorit. Tak berapa lama, sepiring gudeg segera tersaji di meja Anda. Beralaskan daun pisang, gudeg berwarna merah kecoklatan itu sungguh tampak menggoda.

Menemani sayur nangka muda itu, ada sambal goreng krecek dan tahu, sepotong tahu putih, sebutir telur pindang, dan daun singkong rebus. Ditambah dengan sepotong ayam bagian paha atau dada sesuai pilihan Anda. Semua itu disiram dengan santan kental alias areh gurih. Benar-benar makin menggoda untuk segera mencicipinya.

Tunggu apa lagi. Segera saja menyantap nasi gudeg tersebut. Begitu mencapai mulut, rasa manis dan lembut berpadu di lidah. Rasa gurih pun segera menjalar saat sambal goreng, tahu putih, telur dan daging ayam yang empuk ikut berpadu. Ditambah dengan daun singkong, menjadikan semuanya makin nikmat.

Gudeg racikan Anton ini tampaknya cukup khas. Tidak basah dan tidak juga kering alis nyemek. Tekstur nangka yang sudah hancur juga cukup lembut dan masih sedikit kenyal.

Satu ciri yang paling membedakan gudeg di sini dengan gudeg di kota asalnya adalah rasanya yang tidak terlalu manis. So, Anda yang tak terlalu suka atau terbiasa menyantap sayuran manis tetap bisa menikmati.

Menurut Anton, racikan gudegnya sebetulnya tetap autentik sesuai resep tradisional. Hanya saja, ia memang sengaja mengurangi kadar rasa manis supaya sesuai selera orang yang tinggal di Jakarta.

Biasanya, kata Anton, di Jogja setiap 30 kilogram (kg) nangka harus dibumbui dengan 10 kg gula merah. "Di sini, gula jawa saya kurangi menjadi 7 kg saja," kata Anton.

Oh, iya, bagi Anda yang suka pedas, jangan lupa minta sambal kepada pelayan. Anda akan memperoleh sepiring kecil sambal bledek. Sesuai namanya yang berarti “guntur”, sambal ini terasa begitu pedas. Lidah Anda akan serasa disambar petir.

Selain pedas, sambal yang terbuat dari cabai hijau, ikan asin, dan terasi ini juga terasa asin sehingga makin pas dan mantap sebagai teman menyantap gudeg yang manis.

Untuk menyegarkan tenggorokan, Anda bisa memilih berbagai minuman segar. Minuman yang jadi andalan adalah es beras kencur dan es tapai ketan seharga Rp 9.000 segelas. Rasanya enak dan benar-benar membikin segar mulut yang masih dipekati oleh rasa gudeg.

Oh, iya, seporsi gudeg komplet di sini harus Anda tebus dengan harga Rp 25.000.

Jika Anda tak suka atau sedang bosan gudeg, Gudeg Kandjeng juga menawarkan beragam menu khas masakan Jawa yang bisa Anda pilih. Ada garang asem nan yahud, asem-asem tetelan, sambel tumpang, serta mangut lele.

Kalau lidah dan perut Anda kangen masakan khas Jawa dan Jogja, Gudeg Kandjeng cukup layak menjadi alternatif penepis kerinduan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru