Harga mahal bukan jaminan obat lebih manjur

Kamis, 08 Oktober 2015 | 15:05 WIB Sumber: Kompas.com
Harga mahal bukan jaminan obat lebih manjur


JAKARTA. Konsumen seringkali membayar dengan harga lebih tinggi untuk obat bermerek yang dijual bebas namun sebenarnya tak lebih efektif dibanding obat tanpa label alias generik.

Salah satu contoh obat yang diteliti adalah obat antinyeri golongan parasetamol.

Dikutip dari Dailymail.co.uk, di Inggris, obat parasetamol bermerek dibandrol dengan harga sekitar Rp 1.000 pertablet.

Sementara obat parasetamol generik dengan komposisi kandungan sama bisa dibeli dengan harga Rp 400.

Obat pereda nyeri golongan ibuprofen bermerek yang biasa dipakai untuk mengurangi sakit kepala atau migrain yang harganya mencapai 2 poundsterling atau sekitar Rp 42.000, sementara obat generiknya hanya sekitar Rp 6.000.

Harga obat bermerek yang mahal juga bisa ditemui pada obat flu, antihistamin, dan vitamin.

Tingginya harga obat bermerek menurut Jayne Lawrence, peneliti bidang farmasi, disebabkan karena perusahaan harus mengeluarkan biaya tak sedikit, termasuk penelitian untuk membuat obat.

"Jika hak paten obat pada versi asli sudah berakhir, perusahaan lain akan bebas memproduksi obat dengan versinya sendiri dengan harga yang jauh lebih murah karena tidak perlu mengeluarkan biaya pengembangan. Obat bermerek dan generik pada dasarnya sama jika kandungan dan formulanya juga demikian," katanya.

Pada tahun 2013, obat yang dibeli bebas (tanpa resep) di Inggris mencapai 2.5 miliar poundsterling.

Konsumen menghabiskan lebih dari 544 juta poundsterling hanya untuk obat antinyeri seperti parasetamol, ibuprofein dan aspirin, dan sekitar 352 juta poundsterling untuk vitamin atau suplemen makanan.

Obat-obatan yang memiliki merek dan dipromosikan biasanya dijual 72% lebih mahal dibanding dengan obat generik. (Muthia Zulfa)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto

Terbaru