Jelajah doclang dan bubur ayam di Jembatan Merah

Jumat, 17 April 2015 | 10:00 WIB   Reporter: Mimi Silvia
Jelajah doclang dan bubur ayam di Jembatan Merah

ILUSTRASI. Peluncuran Wuling New Almaz RS?di Jakarta (5/10/2023).


Jalan Veteran merupakan salah satu kawasan paling sibuk di Kota Bogor. Sepenggal jalan yang dekat dengan Jembatan Merah ini memang enggak ada matinya. Kehidupan di jalan yang terletak di daerah yang tak jauh dari Stasiun Bogor ini berlangsung selama 24 jam nonstop.

Pagi hingga malam, Jalan Veteran merupakan pusat niaga. Sedang malam sampai pagi, jalan sepanjang kurang lebih 400 meter ini menjelma menjadi pusat kuliner, khususnya doclang dan bubur ayam. Ada enam penjual doclang dan belasan pedagang bubur ayam yang membuka lapak kakilima di Jalan Veteran.

Beberapa kedai di antaranya menjadi legenda lantaran sudah puluhan tahun bercokol di Jalan Veteran dan punya banyak pelanggan. Sebut saja Doclang Maryam dan Doclang Pak Amir, lalu Bubur Ayam Pak Kumis serta Bubur Ayam Ajib.

Oh, iya, doclang adalah makanan khas Bogor, mirip kupat tahu. Kudapan ini terdiri dari pesor, kentang rebus yang digoreng, tahu goreng, telur rebus, dan kerupuk atau emping tangkil, dengan siraman bumbu kacang kaya rempah. Pesor adalah semacam ketupat tapi dibungkus daun patat dan bentuknya segi empat.

Adapun bubur ayam di Jalan Veteran, sih, isinya sama dengan bubur ayam kebanyakan. Yang membedakan cara penyajiannya yang menggunakan piring, bukan mangkuk, yang sekaligus menjadi ciri khas bubur ayam di Jembatan Merah.

Bagaimana, Anda siap jelajah kuliner malam di Jembatan Merah? Gampang, kok, menjangkau lokasi ini terutama jika Anda menumpang kereta commuter line. Dari Stasiun Bogor, Anda cukup jalan kaki. Begitu keluar stasiun, silakan belok kiri lalu menyeberang lewat Jembatan Merah, dan Anda sudah menginjakkan kaki di Jalan Veteran. Pusat kuliner tersebut baru benar-benar hidup selepas jam sembilan malam.


Doclang Maryam

Lapak kedai ini tepat di depan gerai Pangkas Rambut Karunia Baru, Jalan Veteran Nomor 23. kedai yang berdiri sejak tahun 1970-an ini buka mulai jam empat sore sampai tiga dinihari. Doclang racikan Maryam, pemilik kedai, memang pilihan yang tepat di kala lapar. Habis, porsinya tergolong besar.

Potongan pesornya gede-gede. Sementara potongan tahu goreng dan kentang rebus yang digoreng seukuran ibu jari orang dewasa. Tak ketinggalan, telur rebus dibelah dua. Semua itu disiram saus kacang dan kecap manis. Sentuhan terakhir taburan bawang merah goreng, perasan jeruk nipis, serta kerupuk.

Jangan buru-buru mencicipi. Aduk dulu agar kuah kacang berkelir cokelat rata mengenai semua isi doclang. Saus kacangnya agak sedikit cair. Berasa gurih, namun dominan rasa manis. Butiran kacangnya halus saat mengenai lidah. Bila ingin sensasi pedas menyengat, Anda tinggal meminta sambal.

Rasa bumbu kacang makin mantap saat bertemu pesor yang padat. Maklum, menurut Maryam, proses perebusan pesor mencapai sembilan jam.

Kunci kelezatan doclang buatan Maryam ada pada kuah kacang. Proses kelahirannya, setelah kacang tanah yang sudah digoreng digiling halus, tahap berikutnya dicampur tepung beras, gula merah, bawang putih, gula, serta garam. Enggak ada bumbu rahasia, ujar perempuan 54 tahun ini.

Salah satu korban kelezatan doclang bikinan Maryam adalah Rahman. Rasanya enak dan pas di mulut, selain itu porsinya banyak bahkan bisa minta tambah untuk isinya, kata pria 34 tahun yang berstatus karyawan swasta ini. Dia tak segan-segan mengantre demi bisa menikmati doclang Maryam seharga Rp 8.000 pas per porsi.


Doclang Pak Amir

Doclang Pak Amir adalah pelopor kedai doclang di Jalan Veteran. Posisinya tak jauh dari Doclang Maryam. kedai yang beroperasi dari pukul empat sore hingga sebelas malam ini sudah bercokol di jalan tersebut sejak 1950 silam. Riwayatnya sudah tiga generasi. Pemilik awalnya ialah ayah Amir yang kemudian diteruskan Amir dan kini dikelola Hari Agus Setiawan, anak Amir. Kalau bicara doclang Jembatan Merah, ya, Doclang Pak Amir, kata Hari.

Penyajiannya tak jauh berbeda dengan Doclang Maryam. Hanya, tampak tekstur yang berbeda pada saus kacangnya yang mirip bumbu kacang batagor bandung. Bumbu kacangnya lebih pekat dan teksturnya kelihatan lebih kasar.

Saat dicicipi, kuah kacang besutan kedai ini terasa lebih pedas dibanding dengan kuah kacang Doclang Maryam. Tekstur kuah kacang yang kasar cocok dengan potongan tahu dan kentang rebus yang digoreng lebih lama dari tahu dan kentang rebus Doclang Maryam.

Waktu pembuatan pesornya juga lebih lama ketimbang pesor Doclang Maryam. Hari memakai beras pilihan yang dibungkus daun patat lalu direbus selama 12 jam. Enggak heran, pesornya lebih padat.

Sebagai pelopor doclang di Jalan Veteran, kedai ini pastinya punya banyak pelanggan bahkan dari luar Bogor. Betty, salah satunya. Wanita yang tinggal di Bandung ini selalu menyempatkan diri ke Doclang Pak Amir bila sedang ke Bogor atau Jakarta. Rasa kuah kacangnya khas, ungkap Betty.

Harga satu porsi doclang di kedai ini juga Rp 8.000. Doclang Pak Amir juga punya dua cabang di daerah Leuwiliang dan Taman Yasmin, Bogor.


Bubur Ayam Ajib

Dari belasan tukang bubur di Jalan Veteran, Bubur Ayam Ajib merupakan salah satu penghuni terlama di jalan itu. Betapa tidak? kedai ini sudah ada di situ sejak 1960-an. Saban hari, kedai ini buka dari jam sembilan malam hingga tiga pagi.

Abdul Khaidir yang meneruskan usaha bubur sang ayah enggak pelit memberikan su-wiran daging ayam pada buburnya yang tersaji di atas piring, banyak banget! Alhasil, setiap suapan bubur selalu ada suwir-an daging ayam.

Buburnya, sih, agak encer dengan rasa sedikit hambar. Tapi, rasanya menjadi nikmat setelah beradu dengan kecap kaldu. Sementara daging ayamnya terasa lembut saat digigit. Rasa bubur racikan kedai ini makin ramai dengan kehadiran kacang kedelai goreng. Biar lebih seru, tambahkan sate usus atawa ati ampela. Dua-duanya juga boleh, sesuai selera.

Salah satu rahasia kenikmatan bubur kedai ini ada pada kecap kaldunya. Khaidir bilang, kecap kaldu merupakan buatan ayahnya yang menggabungkan kecap asin dan kaldu ayam. Jadi, saya tidak pakai kecap asin terpisah, katanya.

Yang mau ketagihan bubur ayam kedai ini, enggak perlu keluar banyak uang, kok, cukup Rp 9.000 per porsi. Tambah Rp 2.000 untuk satu tusuk sate usus atau ati ampela.

 

Bubur Ayam Pak Kumis

Umur kedai ini tidak setua Bubur Ayam Ajib. Meski begitu, Bubur Ayam Pak Kumis yang berdiri 10 tahun lalu merupakan salah satu bubur ayam favorit di Jalan Veteran. Tidak mengherankan, kedai yang buka jam sembilan malam dan tutup pukul tiga dinihari tersebut memiliki banyak pelanggan.

Sama dengan Bubur Ayam Ajib, kedai milik Abdurrahman yang sehari-hari dipanggil Pak Kumis ini juga menyajikan buburnya dengan piring. Sekilas, bubur ayam buatan Pak Kumis enggak beda dengan Bubur Ayam Ajib. Perbedaan yang paling kentara adalah tidak memakai kedelai. Setelah dicicipi, baru ketahuan bedanya.

Buburnya sangat kental. Rasanya gurih dan asin. Lalu, rasa suwiran daging ayamnya lebih keras dibanding dengan Bubur Ayam Ajib. Cuma, secara keseluruhan rasa buburnya sedap.

Pak Kumis juga menggunakan kecap kaldu bikinan sendiri. Adapun kunci kelezatan buburnya, kata dia, ada pada bumbu rahasia yang pastinya tidak mau diungkap.

Walhasil, saking enaknya, Ane, seorang pelanggan, bisa sampai tiga kali dalam sepekan menyambangi kedai ini. Ia mengaku sudah 10 tahun menjadi pelanggan Bubur Pak Kumis. Saya sudah coba berbagai bubur ayam di Jembatan Merah, ini yang paling lezat, kata wanita 32 tahun ini. Harganya juga Rp 9.000 semangkuk.

Nah, siapa yang mau begadangan di Bogor?

 

Doclang Maryam, Doclang Pak Amir, Bubur Ayam Ajib, Bubur Pak Kumis
Jl. Veteran, Bogor
Koordinat GPS:
S6059.5440 - E106078.7346

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru