Mencoba kuliner betawi yang nampol di Tapos Depok

Senin, 11 September 2017 | 08:00 WIB   Reporter: Fransiska Firlana
Mencoba kuliner betawi yang nampol di Tapos Depok


0 - Jarum jam di dinding baru menunjukkan pukul 10.00 WIB, namun Rumah Makan Pindang Gabus milik Ibu Asih yang berlokasi di Tapos, Depok, sudah ramai dikunjungi pembeli. Beberapa orang asyik menyendok kuah hitam dari mangkok di depan mereka. Di meja lain, tampak pembeli yang sudah menyilangkan sendok mereka di atas piring.

Ada juga beberapa pesepeda yang tengah asyik mengobrol di samping sepeda mereka yang bersandar di dinding rumah makan. Di sini ramainya memang waktu pagi dan jam makan siang, kata Ami Mayangsari, salah seorang pegawai rumah makan.

Ami bilang, Rumah Makan Pindang Gabus buka dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Kalau sudah jam 2 siang menu gabusnya habis. Makanannya juga sudah nggak komplit, ujar perempuan kelahiran 33 tahun lalu itu.

Ya, sesuai namanya, rumah makan ini memang memiliki kuliner khas pindang ikan gabus. Dalam sehari, Kedai ini mengolah tak kurang dari 25 kilogram (kg) ikan gabus yang dipindang dan ludes terjual. Di akhir pekan, penjualannya bisa mencapai 30 kg ikan gabus.

Bila ikan gabus habis, pembeli yang ingin makan pindang pucung, bisa menggantinya dengan ikan air tawar lain. Misalnya gurami, ikan mas, nila, mujair, lele, ataupun belut. Kalau, ikan gabus sudah habis, kuah pindangnya kan masih ada. Jadi tinggal cemplungin ikan yang dimauin oleh pembeli, kata Ami.

Pindang ikan gabus di warung ini disebut juga masakan gabus pucung. Maklumlah, bumbu utama dari pindang ini adalah pucung atawa keluak alias kluwek atau nama lain kepayang, yakni salah satu rempah yang juga dipakai untuk bumbu dasar olahan rawon dan sayur brongkos.

Gabus pucung merupakan jenis kuliner khas betawi. Ya karena yang punya warung ini orang betawi, jadi olahannya khas betawi. Ada pindang gabus pucung, ada juga peucak, ujar Ami, yang sudah hampir sepuluh tahun menjadi pegawai di Rumah Makan Pindang Ikan Gabus itu.

Nah, langsung saja cicipi, yuk. Pindang gabus pucung disajikan di dalam mangkok yang terpisah dengan nasi. Kuah pindangnya berwarna hitam pekat dan nampak kental. Di dalamnya ada sepotong ikan gabus yang berukuran sedang. Menemani potongan gabus yang berenang di kuah, ada irisan daun bawang yang masih segar dan cabai hijau.

Sekalipun tampak kental, ternyata ketika kuah pindang itu diseruput, teksturnya encer. Khas rempah pucung pun langsung terasa di lidah. Gurih dan ada sedikit rasa asam. Kalau ingin pedas, cabai hijau yang utuh di dalam mangkok bisa langsung diulek pakai sendok. Sensasi kuahnya pun makin segar dengan pedas cabai rawit hijau.
Potongan ikan gabusnya sangat lembut. Dagingnya gurih. Makin lezat dipadu dengan si kuah hitam. Jangan lupa disendok bareng nasi putihnya, ya. Porsi nasi di rumah makan ini cukup mini, jadi kalau kurang kenyang bisa nambah.

Menu khas lain yang layak dicoba adalah peucak belut. Seporsinya ada 3 sampai 4 ekor belut utuh yang berukuran sedang. Belut-belut yang sudah digoreng kering itu ditaruh di atas piring lalu diguyur dengan sambal peucaknya. Cantik sekali tampilannya.

Belut yang berwarna hitam kontras dengan sambalnya yang terdiri dari cabai, bawang merah, bawang putih, dan jahe. Semua bahan sambal itu mentah dan dicincang, lalu ditambahi perasan jeruk limau sehingga sambal itu berair. Benar-benar menggoda untuk segera dicoba.

Sambalnya yang pedas asam menimbulkan lidah bergetar namun tetap segar. Dipadu dengan daging belut yang gurih, makin klop. Olahan satu ini juga bikin seporsi nasi saja tak cukup. Sensasi gurih belut beradu dengan sambal pedas asamnya, benar-benar bikin nagih. Seporsi peucak belut Rp 22.000, sama dengan seporsi gabus pucung. Sedang nasinya, per porsi Rp 5000. Sebagai pelepas pedas, Anda bisa memesan aneka jus buah.

Pucung segar

Ami menceritakan, pucung yang digunakan sebagai bumbu dasar masakan pindang ikan gabus merupakan pucung segar. Biji di dalamnya masih utuh, kalau beli di pasar kan biasanya barang lama. Jadi bijinya sudah kering. Kalau kering kurang sedap dimasak, kata Ami.

Untuk mengenali si pucung yang bagus adalah dengan melihat kulitnya yang bebas dari jamur. Kulit cangkang masih keras. Bila si pucung ini dikocok-kocok terasa berat dan koplak biasanya dagingnya bagus dan berwarna hitam.

Untuk menjaga kualitas, Rumah Makan Pindang Ikan Gabus ini tidak menggunakan pucung yang dijual di pasar, namun sudah mendapatkan langsung dari pemasok demi menjaga kualitas.

Selain sajian pindang dan peucak, di rumah makan ini juga menyediakan aneka pepes. Ada pepes tahu, jamur, dan ikan mas. Harganya masing-masing Rp 5.000, kecuali pepes ikan mas yang harganya Rp 20.000. Bila ingin sajian berkuah, Anda bisa pesan sop iga atau opor ayam.

Jadi ingat ya, kalau mau mencicipi gabus pucung, Anda harus datang pagi-pagi. Sampai di sini, jangan khawatir enggak dapat tempat duduk. Sebab rumah makan ini berukuran luas dengan 16 meja dan 50-an kursi. Warungnya juga terbuka, sehingga pembeli tidak kepanasan. Apalagi kawasan warung ini banyak pepohonan dan sekalipun lokasinya di kolong tol tetap adem dan tak berisik. Nyaman dan bisa bersantai. Area parkirnya pun luas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar

Terbaru