Teknik robot mempermudah pembedahan

Jumat, 09 Maret 2012 | 08:14 WIB Sumber: Harian KONTAN, 6 Maret 2012
Teknik robot mempermudah pembedahan

ILUSTRASI. Tinggal dua tahun lagi, UUS harus memutuskan untuk lepas dari induk atau tetap bertahan di induk usaha. KONTAN/Fransiskus Simbolon/11/07/2017


Pembedahan selama ini identik dengan risiko tinggi, luka operasi besar, masa pemulihan yang lama hingga menimbulkan efek trauma bagi si pasien. Pandangan itu mulai sirna seiring pemakaian metode bedah baru menggunakan robot. Dua pekan lalu, Rumah Sakit Bunda di Jakarta menerapkan pembedahan dengan teknik robot (robotic surgery). "Kami pertama kali yang menerapkan ini di Indonesia," kata Ivan R. Sini, dokter bedah robotic surgery Rumah Sakit Bunda.

Teknologi ini memiliki kelebihan dibandingkan bedah konvensional yang mengandalkan tangan manusia. Selama ini jangkauan tangan dokter punya keterbatasan dan sudut alat bantu umumnya hanya dua arah. Akibatnya operasi kurang optimal sehingga memicu perdarahan tinggi. "Dengan robotic surgery, luka sayatan lebih kecil," kata Ivan.

Dia mencontohkan, pembedahan menggunakan robot untuk mengoperasi penderita kanker prostat sangat membantu dokter. Dengan operasi biasa, prostat yang berada di daerah pelvis dan seukuran buah kenari sulit dijangkau lantaran terselip letaknya. Selain itu dikelilingi syaraf-syaraf yang mempengaruhi kendali kemih dan fungsi seksual sehingga pembedahan biasa berisiko. Dengan robotic surgery, risiko itu bisa diminimalkan. "Dokter lebih mudah memilah mana jaringan yang sehat dan sakit," ujar Ivan.

Ia bilang, RS Bunda tengah mempersiapkan operasi kanker prostat dengan metode robotic surgery. Adapun yang sudah berhasil dilakukan yaitu melakukan operasi pembedahan kandungan, pengangkatan rahim, serta pembebasan kista. "Prinsipnya, metode ini bisa dipakai untuk penyakit ginjal, liver, sampai operasi jantung," katanya.

Dokter bedah biasanya mengalami kelelahan saat melakukan operasi yang rumit. Ketelitian mata dan kekuatan lengan-lengan selama operasi terus menurun. Apalagi di menit-menit akhir operasi. Otomatis, kesalahan sedikit saja akan mendatangkan malapetaka bagi pasien. Dengan robotic surgery, risiko itu bisa dihindari. "Artikulasi robot juga sama persis dengan jari," imbuh Ivan.

Meski begitu, dokter tetap berperan penting dalam proses pembedahan. Robot tidak bisa bergerak sendiri alias dikontrol dokter. Nilai plusnya, dengan teknologi tiga dimensi, dokter mendapatkan visualisasi langsung layaknya melakukan operasi biasa. Jika tangan dokter sedikit gemetar karena lelah, komputer sudah diprogram untuk mengabaikan getarannya. Dus, lengan robot tetap diam dan tidak melukai jaringan tubuh si pasien.

Lebih cepat pulih

Di sisi lain, jika selama ini pasca-operasi membutuhkan istirahat beberapa minggu, maka waktunya bisa dipersingkat berkat robotic surgery. Operasi pengangkatan rahim misalnya, pasien sudah bisa pulang setelah satu hari dioperasi. "Pemulihannya cepat," tukas Ivan.

Fielda Juita, dokter kanker di Rumah Sakit Dharmais, menambahkan, robotic surgery efektif untuk operasi kanker tumor kecil. Cuma, lantaran alat dan teknologinya khusus, biaya bedahnya mahal. "Alatnya mahal dan tekniknya cukup susah," ujarnya.

Ivan mengakui, biaya robotic surgery lebih mahal dibandingkan operasi konvensional karena investasi alat sangat besar. Sekali operasi bisa mencapai
Rp 60 juta-Rp 90 juta. Namun, tarif itu jauh lebih murah dibandingkan dengan di Singapura atau Malaysia yang mencapai Rp 200 juta. "Yang pasti, rumah sakit di Indonesia kini sudah punya teknologi ini, sehingga tak perlu ke luar negeri," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru