Ternyata Menteri Susi gemar membaca buku filsafat

Rabu, 28 Februari 2018 | 14:24 WIB Sumber: Antara
Ternyata Menteri Susi gemar membaca buku filsafat

ILUSTRASI. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat Festival Danau Sunter


KABINET KERJA - JAKARTA. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ternyata gemar membaca buku filsafat sejak remaja, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikornita Karnawati.

"Saat saya mengenal Ibu Susi di usia 16 tahun, beliau selalu membaca buku-buku tebal seperti filsafat," kata Dwikornita Karnawati dalam acara Bedah Buku "Laut Masa Depan Bangsa" yang digelar di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (28/2).

Dwikornita Karnawati merupakan teman sebangku di sekolah menengah atas di Yogyakarta bersama-sama dengan Susi Pudjiastuti.

Menurut Dwikornita, bahkan buku yang dibaca oleh Menteri Susi ketika remaja itu juga ada yang bukan berbahasa Indonesia.

Dwikornita yang juga merupakan mantan Rektor UGM itu memaparkan, Susi Pudjiastuti juga kerap membahas mengenai berbagai konsep pemikiran seperti demokrasi dan kebebasan.

"Dari usia 16 tahun, baru sekarang saat berusia 50-an tahun saya baru memahaminya," kata Dwikornita yang disambut tawa dari para peserta acara bedah buku tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Susi mengakui bahwa dia saat remaja senang membaca buku filsafat, selain menggemari buku-buku populer lainnya ketika itu, seperti Kho Ping Hoo.

Susi mengungkapkan, buku filsafat yang digemarinya antara lain adalah mengenai eksistensialisme, dan para penganut paham filsafat itu yang karyanya dibaca antara lain adalah Jean Paul Sartre.

Menteri Susi juga berseloroh bahwa dirinya juga bisa menjadi pintar saat sekolah antara lain karena duduk sebangku dengan Dwikornita, tetapi dalam mata pelajaran kimia, Susi mengaku bahwa dirinya bisa mengungguli Dwikornita.

Berdasarkan ensiklopedia dunia maya Wikipedia, eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.

Dalam penjelasan itu ditulis bahwa eksistensialis sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru