Wajar kalau Nasi Kalong berstatus top markotop

Senin, 20 Februari 2012 | 09:36 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 20 - 25 Februari 2012
Wajar kalau Nasi Kalong berstatus top markotop

ILUSTRASI. Penjualan Ruko Maxwell dan Faraday yang dilakukan secara virtual oleh Summarecon Serpong.


Bandung tidak hanya populer sebagai surga fashion. Kota berjuluk Parijs van Java ini juga kondang sebagai nirwana kuliner. Aneka makanan yang ajib-ajib dengan cita rasa yang khas ada di Ibukota Jawa Barat itu.

Salah satunya: Nasi Kalong. Bagi yang baru pertama kali mendengar nama kedai ini, mungkin mengundang tanya, apakah yang warung makan itu jual adalah nasi dengan daging kalong? Tidak, ternyata.

Kedai yang berlokasi di Jalan R.E. Martadinata − tapi lebih populer dengan nama Jalan Riau − Nomor 57 ini menjual nasi rames. Letak persisnya di samping Gereja HKBP.

Gampang, kok, untuk mencapai Nasi Kalong. Dari Gedung Sate yang menjadi pusat Pemerintahan Jawa Barat, Anda mesti menyusuri Jalan Cimandiri, kemudian masuk ke Jalan Banda hingga ketemu perempatan pertama. Lalu, belok kiri dan Anda sudah berada di Jalan Riau. Lurus saja hingga Anda menjumpai Gereja HKBP di kanan jalan.

Menurut Martin So, sang pemilik kedai, nama Nasi Kalong, yang pertama, merujuk pada warna nasi yang disajikan di sini, yakni hitam sesuai kelir binatang malam. Kedua, mengacu pada waktu buka kedai ini yang malam hari, yaitu mulai jam tujuh malam hingga dua dinihari, sama dengan kebiasaan kalong yang suka keluar malam hari.

Kedai yang buka sejak 2007 ini menganut konsep outdoor. Martin menaruh belasan meja, beberapa di antaranya lengkap dengan payung raksasa di atasnya, yang sanggup menampung 100 pengunjung sekaligus.

Semula Nasi Kalong cuma berkapasitas 20 tempat duduk. Tapi, dari waktu ke waktu, jumlah pengunjung bertambah, bahkan membeludak. Terutama setelah Bondan Winarno, host Wisata Kuliner di TransTV mengangkat kedai ini di acaranya akhir 2007 silam dan memberi predikat top markotop untuk makanannya.

Tak aneh, nama kedai ini pun menjadi Nasi Kalong Top Marko Top. Saban akhir pekan, pengunjung harus rela mengantre satu jam untuk bisa merasakan masakan racikan Martin. Sebab, ada sekitar 1.000 pe-ngunjung yang menyerbu tempat ini di Sabtu–Minggu.

Hari biasa pun tak kalah ramai, meski tidak pakai acara antre. “Mereka malas antre kalau datang pas weekend, jadi lebih memilih datang pada hari biasa saja,” kata Martin.

Pakai nasi merah

Nah, sekarang, waktunya makan. Ada 20 jenis masakan tersaji di kedai ini saban hari dengan model prasmanan. Artinya, pengunjung mengambil sendiri santapan yang mereka suka. Namun, Martin menghidangkan menu yang berbeda tiap pekan agar pelanggan tidak bosan. Contoh, tiga pekan lalu, menunya antara lain rolade, telur prudul (telur orak-arik, udang, dan sayur), ebi goreng kremes, ayam panggang madu, dendeng ayam gepuk abon, tahu tausi, telur rendang, serta sambal goreng ati.

Cuma, setidaknya ada dua jenis makanan yang selalu tersedia jika Anda menyambangi Nasi Kalong, yakni buncis bakar dan ayam goreng madu. Soalnya, kedua menu ini merupakan menu paling favorit.

Soal nasi, Anda bisa memilih mau nasi kalong atau nasi putih. Tapi, tentu, sayang kalau Anda datang ke kedai ini tidak menjajal nasi kalong. Warna hitam nasi ini berasal dari keluak. Martin juga menambah bumbu lain berupa ekstrak cabai dan bawang merah serta kelapa parut goreng. Alhasil, nasi kalong punya wangi yang khas, tekstur yang pulen, dan pasti nikmat. Terasa mantap di lidah, deh.

Oh, iya, Martin menggunakan nasi merah untuk nasi kalongnya. “Makan malam, kan, tidak boleh mengandung banyak lemak, jadi kami pakai nasi merah. Selain sehat, kenyangnya pun tahan lama,” ujarnya.

Sebagai pelengkap nasi atau lauk, Anda bisa memilih buncis bakar dan ayam goreng madu. Buncis bakar olahan Martin terasa manis di lidah dan enak. Ia memakai baby buncis sebagai bahan baku, lalu dibakar.

Rahasia kelegitan buncis bakar kedai ini terletak pada bumbunya, seperti garlic powder alias serbuk bawang putih, bawang merah, lengkuas,
serta jahe.

Ayam goreng madu di sini juga menjadi favorit pelanggan. Dagingnya berasa empuk. Bumbu dan rasa manis madunya terasa sampai ke bagian dalam daging. Betul-betul mantap. Martin menggunakan ayam kampung yang ia potong kecil-kecil, kemudian dia rendam dengan madu sekitar 10 menit–20 menit hingga benar-benar meresap ke bagian dalam. Setelah itu daging ayam diberi tepung dan dioven sampai setengah matang, baru digoreng.

Harga satu porsi nasi kalong, buncis bakar, dan ayam goreng madu, terbilang murah, hanya Rp 16.000 rupiah. Kalau Anda ingin menambah dengan menu lain, harganya antara Rp 10.000– Rp 20.000 per porsi.

Nasi Kalong Top Marko Top
Jl. R.E. Martadinata (Riau) No. 57 Bandung
Koordinat GPS:
S6054.541’ - E107037.511’

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru