Berburu tenun khas Lombok di Desa Sukarara

Kamis, 19 September 2019 | 19:31 WIB   Reporter: Maizal Walfajri
Berburu tenun khas Lombok di Desa Sukarara

ILUSTRASI. Kain tenun Lombok


WISATA - MATARAM. Mengunjungi Lombok tak lengkap tanpa mendatangi sentra kain tenun asli suku Sasak. Anda dapat mengunjungi Industri Kerajinan Patuh di Desa Sukarara, Kabupaten Lombok.

Berjarak 20 menit bila menggunakan kendaraan bemotor dari Bandara Internasional Lombok. Kawasan ini dibuka sejak pukul 06.00 hingga 20.00 WITA.

Sebenarnya, Sentra ini merupakan koperasi warga Desa Sukarara. Setiap hasil tenun dari 1.300 penun akan dipajang dan dijual di koperasi ini.

Baca Juga: KKP kampanyekan makan ikan di Lombok Barat agar bebas stunting 2024

Tour Guide Patuh Parian Susandi menyatakan setiap hari biasa, rata-rata terdapat 80 hingga 90 unit mobil membawa wisatawan mendatangi koperasi ini berburu hasil tenun.

Jumlah pengunjung ini menurun dibandingkan sebelum adanya bencana gempa Lombok yang mencapai lebih dari 100 mobil di hari biasa.

Terdapat beragam hasil tenun, mulai dari songket, kain ikat, sarung, alas tidur, hiasan, hingga gantungan kunci. Hanya dibanderol mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiha. Tergantung tingkat kesulitan tenun.

“Suku Sasak percaya songket hanya boleh ditenun oleh perempuan. Bahkan bagi perempuan yang tidak mampu menenun songket maka tidak boleh menikah. Lantaran lewat menenun perempuan belajar ketekunan dan kesabaran sebagai modal menjadi Ibu Rumah Tangga. Hasil tenun songket pertama perempuan biasanya akan ditunjukan kepada calon mertua nantinya,” ujar Susandi kepada Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN 2019.

Baca Juga: Berburu kemilau mutiara Lombok di Sentra Mutiara Mataram

Adapun kain songket tenun Lombok memiliki dimensi lebar 60 cm dengan panjang 2m hingga 4m. Songket bisa dijadikan sarung dengan menggabungkan dua songket. Bagi laki-laki bisa menenun kain ikat lantaran membutuhkan tenaga ekstra.

Adapun motif paling terkenal di koperasi ini adalah Keker, Subanala, dan Nanas. Motif Keker menggambarkan burung bangau yang berhadapan.

Motif ini biasanya digunakan untuk tujuan pernikahan. Sedangkan motif subanala merupakan motif tersulit dibutuhkan waktu hingga empat pekan menyelesaikan satu motif ini.

Baca Juga: Dukung 10 Bali baru, Batik Air usung konsep hospitality yang kental budaya Indonesia

Selain hasil tenun, koperasi ini juga memperlihatkan proses tenun di lokasi koperasi. Bahkan pengunjung juga bisa menggunakan hasil tenun hanya untuk merasakan tenun tersebut.

Bahkan disediakan titik foto berupa miniatur rumah adat Lombok di pekarangan koperasi. Anda bebas berfoto ria dan mengunggahnya ke media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru