Festival Pasa Harau kembali hadir di Sumbar

Jumat, 25 Agustus 2017 | 15:42 WIB   Reporter: Jane Aprilyani
Festival Pasa Harau kembali hadir di Sumbar


INDUSTRI PARIWISATA - Untuk kali kedua, Pasa Harau Art & Culture Festival akan digelar pada tanggal 25-27 Agustus 2017 di Nagari Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

"Kami beserta Komunitas Harau, selalu penyelenggara Festival akan menyuguhkan beragam atraksi kebudayaan yang menarik dan langka bagi para pengunjung yang hadir dalam Pasa Harau Art & Culture Festival mendatang." Ujar Dede Pramayoza selaku Direktur Festival didampingi oleh Syukriandi, Wali Nagari Harau.

Menurut Dede, Festival ini terselenggara berkat dukungan masyarakat Lembah Harau dan pemerintah Nagari Harau. Masyarat Nagari Harau bergotong-royong menyiapkan pertunjukan, rumah untuk menginap, dan ragam seni instalasi.

"Pemerintah Nagari bahkan mengalokasikan anggaran sejumlah 25 juta untuk mendukung acara ini," kata Dede lebih lanjut.

Sementara menurut Dedi Novaldi selalu Direktur Produksi, ia mengatakan bahwa konten acara dalam Pasa Harau Art & Culture Festival tahun ini lebih banyak dibanding tahun lalu. Bahkan, khusus acara Haraukustik, panitia mengundang musisi senior Fariz RM yang akan hadir menjadi bintang tamu dalam pertunjukan musik akustik pada Sabtu (26/8) mulai pukul 20:00.

"Selain ragam seni pertunjukan tradisi, kami juga menyuguhkan pertunjukan pacu jawi, pacu itiak, silek lancah, minum 1001 kopi kawa daun, dan workshop randai bagi traveler/wisatawan," lanjut Dedi.

Penyelenggara Pasa Harau Art & Culture Festival telah mengundang Kementrian Pariwisata untuk membuka Festival yang direncanakan dibuka besok pukul 10.00 pagi.

"Semoga Menteri Pariwisata RI atau yang mewakili bisa hadir dalam festival yang digagas dan diselenggarakan oleh Komunitas Harau ini. Karena kami memperkirakan akan dihadiri oleh 5.000 pengunjung, beberapa diantaranya adalah wisatawan asing seperti tahun lalu," kata Fahrul Huda, selaku Koordinator Pelaksana Pasa Harau Art & Culture Festival 2017.

Sementara itu, menurut Kusen Alipahadi dari Yayasan Umar Kayam yang mendampingi Komunitas Harau sejak tahun 2016 lalu, ia mengatakan bahwa Festival ini sebenarnya hanyalah salah satu alat dalam kerja kebudayaan oleh Komunitas Harau.

"Berdasarkan pengalaman, Festival yang digagas ini seperti dari, oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri akan lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang," ujar Kusen.

Peran pemerintah, juga para pegiat kebudayaan atau Festival adalah berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi komunitas.

Pada kesempatan yang sama, Budhi Hermanto salah satu pegiat kebudayaan menyatakan bahwa ia beserta sejumlah relawan membantu Pasa Harau Art & Culture Festival ini sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam gerakan kebudayaan & Pariwisata sekaligus.

"Kami beserta kawan-kawan lain, termasuk dari Kementrian Pariwisata RI mendukung & mensuport kegiatan Festival yang diinisiasi & dikerjakan oleh Komunitas ini. Menurut saya, pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pariwisata RI sudah tepat berperan sebagai fasilitator dalam penyelenggaraan Festival yang tumbuh dari bawah seperti pasaharau ini." Kata Budhi menjelaskan.

Selama tiga hari penyelenggaraan, festival yang didukung Kementerian Pariwisata ini bakal menyuguhkan ragam kebudayaan masyarakat sekitar Lembah Harau, permainan tradisional hingga pertunjukan musik akustik dengan menghadirkan musisi senior Fariz RM.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara (BP3N) Kementerian Pariwista Esthy Reko Astuti mendukung terselenggaranya kembali festival yang diinisiasi komunitas masyarakat Nagari Harau. Pasa Harau Art & Culture Festival menurut wanita berkerudung ini berbeda dengan kegiatan serupa di Indonesia.

Pengunjung atau wisatawan yang jadi peserta akan diajak terlibat langsung menjadi bagian kegiatan kebudayaan di masyarakat sekitar Lembah Harau.

“Wisatawan akan tinggal di rumah-rumah penduduk, merasakan dan berinteraksi langsung sebagai ‘penghuni’ Lembah Harau. Serta saling terlibat dalam ragam workshop seni pertunjukan yang akan digelar di tengah festival berlangsung,” ujar Esthy Reko Astuti dalam keterangan yang diterima KONTAN, Jumat (25/8).

Dengan kolaborasi yang baik antara komunitas masyarakat Nagari Harau dengan pemangku kepentingan terkait, maka diharapkan festival ini dapat menjadi ‘pasar’ seni dan budaya.

“Di mana berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat Lembah Harau dan Limapuluh Kota secara umum dapat ditampilkan secara masif,” kata Esthy.

Pasa Harau Art & Cultre Festival sendiri mengambil kata ‘Pasa’ yang di Minangkabau berarti ‘pasar’ sebagai konsep dasar. Yang juga dapat berarti keramaian.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru