Inilah daftar 15 orang terkaya Indonesia 2020, konglomerat Djarum di posisi teratas

Jumat, 11 Desember 2020 | 04:03 WIB Sumber: Kompas.com
Inilah daftar 15 orang terkaya Indonesia 2020, konglomerat Djarum di posisi teratas


MILIARDER DUNIA - JAKARTA. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia masih terus mengalami kenaikan yang signifikan. Kondisi ini membuat ekonomi Indonesia tergelincir dalam jurang resesi pertama kalinya sejak krisis keuangan Asia tahun 1997. 

Tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun lebih dari 10 persen sejak 12 bulan terakhir. Menurut majalah Forbes, Kamis (10/12/2020), pandemi pun membuat setengah dari 50 orang terkaya di Indonesia mengalami penurunan kekayaan dibanding tahun lalu. 

Terlepas dari itu, kekayaan kolektif pengusaha super kaya RI hanya turun 1,2% menjadi US$ 133 miliar. Nilainya setara dengan Rp 1.875 triliun (kurs Rp 14.100 per dollar AS). Lantas, siapa saja mereka? 

Dalam Daftar 50 Orang Terkaya Indonesia 2020 yang dilansir Forbes, orang paling tajir nomor satu RI tahun ini masih diduduki oleh konglomerat Djarum Group, yakni R. Budi Hartono dan Michael Hartono atau dikenal juga dengan duo Hartono. Pada tahun ini, kekayaan mereka berada di angka US$ 38,8 miliar atau sekitar Rp 547, 08 triliun. 

Baca Juga: Jeff Bezos dapat tekanan dari 400 politisi dunia agar bayar gaji & pajak lebih besar

Posisi pertama sebagai orang terkaya RI telah mereka pegang selama belasan tahun, belum ada yang bisa mengalahkannya. Namun, mereka termasuk jajaran orang yang mengalami sedikit peningkatan kekayaan selama pandemi Covid-19. 

Posisi kedua ditempati oleh keluarga Widjaja, konglomerat perusahaan Sinar Mas dengan total kekayaan sebesar US$ 11,9 miliar (Rp 167.9 triliun). 

Baca Juga: Ini rahasia berhemat ala miliarder dunia agar tetap kaya, patut dicontoh banyak orang

Posisi ketiga ditempati oleh Prajogo Pangestu, seorang konglomerat petrokimia. Projogo menempati posisi ketiga lantaran melemahnya pasar petrokomia akibat pandemi Covid-19. Hal itu berdampak pada kekayaannya yang turun 21% menjadi US$ 6 miliar. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru