Menengok bekas rumah sakit zaman Belanda di Pulau Cipir Kepulauan Seribu

Senin, 18 Juni 2018 | 06:05 WIB   Reporter: Nur Pehatul Janna
Menengok bekas rumah sakit zaman Belanda di Pulau Cipir Kepulauan Seribu


KEPULAUAN SERIBU - JAKARTA. Momen lebaran banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Jabodetabek untuk bersilaturahmi bersama keluarga dengan melakukan perjalanan mudik ke kampung. Sementara bagi masyarakat yang tidak mudik, biasanya lebih memilih untuk liburan ke berbagai tempat wisata

Salah satu tujuan yang banyak diserbu yakni Kepulauan Seribu. Banyak spot yang dianggap menarik, sebut saja Pulau Cipir atau Pulau Kayangan.

Memiliki catatan sejarah sebagai lahan bekas rumah sakit untuk perawatan dan karantina penyakit menular bagi para jemaah haji tahun 1911-1933 menjadi salah satu alasan pengunjung berbondong-bondong mengunjungi pulau tersebut.

Kahar (18), salah satu pengunjung asal Kabupaten Tangerang mengaku sengaja berkunjung ke Pulau Cipir untuk liburan selama libur lebaran bersama keluarga dan kerabatnya.

"Selain niat liburan ke pantai, kami juga ingin melihat langsung tempat bersejarah ini yang dulunya sebagai tempat berkumpulnya semua jemaah haji pada zaman Belanda dan orde baru," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/6).

Menurutnya, liburan ke kepulauan seribu merupakan salah satu alternatif untuk berlibur bersama keluarga karena tidak hanya sejarah dan hamparan laut saja yang bisa dilihat namun ada beberapa wahana yang bisa digunakan sebagai pelengkap liburan.

"Hari ini saya bersama keluarga dan teman-teman saya sekitar 50 orang dan untungnya ada berbagai wahana seperti banana boat dan jet ski jadi kami tidak bosan" tuturnya.

Wahana ini sejatinya tidak hanya di pulau Cipir, tapi ada juga di berbagai pulau lain seperti pulau Bidadari, Pulau Kelor, dan lainnya. "Jadi tujuan kami itu memang tidak hanya 1 pulau tapi ke beberapa pulau untuk perbandingan saja," ujarnya.

Amir, sebagai penjaga pulau Cipir mengatakan selama periode lebaran ini terjadi lonjakan jumlah pengunjung di bandingkan hari biasanya.

"Sehari itu kira-kira bisa sampai 2.000 orang dan kira-kira 1 kapal yang datang itu bisa mengangkut 50-150 orang apalagi kapal yang memang khusus untuk pengunjung luar atau menggunakan jasa karena memang ada sebagian pengunjung dari warga kabupaten sekitar atau nelayan sini," ujarnya.

Menurutnya, lonjakan tersebut dilihat dari jumlah pengunjung yang datang dan pergi bahkan ada yang menginap beberapa malam.
Kunjungan bisa meningkat karena ada tambahan titik keberangkatan pengunjung seperti dari Kamal Muara, Ancol, Tanjung Priok, dan Tanjung Pasir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru