Kondisi Bank Mutiara yang masih dalam tahap pemulihan memaksa Benny Purnomo, Direktur Pengelola Bank Mutiara, berpikir hemat dalam menata bisnis bank ini. Salah satu cara yang ditempuh Benny adalah tidak menggunakan fotografer luar untuk foto di leaflet, buku panduan customer service, company profile, dan bahkan kalender.
Benny yang memang memiliki hobi fotografi mencoba memanfaatkan kegemarannya untuk meringankan beban pengeluaran perusahaan tempatnya bekerja. “Kami di Bank Mutiara harus berupaya lebih berhemat,” tuturnya. Bahkan, Benny mengajak direksi yang lain untuk ikut menyumbangkan karya mereka, meski empat direksi lain sebelumnya tidak suka fotografi.
Benny mencoba “meracuni” rekannya untuk gemar memotret. Setiap kali ada acara Bank Mutiara di luar kota, ia mengajak para koleganya tersebut untuk mencari objek foto yang bagus. “Senin ini (10/10), rencananya kami akan membuka kantor cabang di Semarang dan biasanya kami juga akan hunting foto bareng,” ujar pengguna kamera Nikon ini. Hasil jepretan akan dikumpulkan untuk bahan pembuatan kalender tahun 2012.
Benny mulai memanfaatkan foto hasil jepretan sendiri setelah membaca surat pengajuan proposal untuk membuat company profile di perusahaannya. Ternyata, biayanya besar, dan salah satu jasa yang mahal adalah foto. Akhirnya, ia mencoba menawarkan untuk memakai hasil jepretannya sendiri. “Anggaran untuk beli foto dicoret,” cerita dia.
Cara ini cukup menghemat. Biasanya, satu foto hasil karya fotografer profesional dihargai Rp 5 juta - Rp 10 juta. “Kalau memakai jasa saya dan direksi lain, kan, gratis,” ungkap Benny. Selain Bank Mutiara bisa berhemat, Benny sendiri juga tetap menyalurkan hobi fotonya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News