GORONTALO. Sebanyak 2.000 pengunjung memadati kawasan wisata hiu paus di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, selama sepekan.
"Pengunjung paling banyak Sabtu dan Minggu. Kami mencatat setiap tamu yang masuk dalam buku tamu sehingga bisa terdata jumlah orang yang datang," kata salah seorang warga yang turut mengelola wisata tersebut, Ridwan Abdul Latif (62), Senin (16/5).
Menurut Latif, pengunjung yang naik perahu lebih banyak dibanding yang berenang menuju area hiu paus muncul. "Kalau naik perahu pengunjung tidak perlu basah-basahan. Lagi pula banyak perahu yang tersedia untuk mengantarkan pengunjung," ujarnya.
Sejauh ini, lanjut Latif, jumlah pemilik perahu yang mendaftar ke pengelola untuk menjadi pengantar di obyek wisata itu mencapai 80 orang.
Semuanya adalah nelayan yang tinggal di pesisir Botubarani dan beroperasi di lima pintu masuk.
"Dulu hanya ada satu pintu masuk menuju ke kawasan ini, sekarang kami buka lima pintu agar warga di lokasi lain bisa turut merasakan keuntungan dari wisata baru ini," tambahnya.
Whale Shark Indonesia (WSI) melakukan penelitian di kawasan tersebut pada 12-30 April 2016 dan mencatat ada 17 hiu paus jantan di lokasi itu.
"Panjang total rata-rata berkisar tiga sampai tujuh meter. Dari panjang itu, hiu paus di Botubarani dikategorikan juvenile atau belum dewasa," kata Mahardika Rizqi Himawan dari WSI.
Ia menjelaskan, hiu paus di lokasi itu muncul karena aktivitas pemberian makan dengan kulit dan kepala udang yang dilakukan nelayan setempat.
Mahardika menambahkan, kondisi geografis Indonesia yang berada di ekuator dengan iklim tropis dan karakteristik wilayah kepulauan membuat hiu paus mudah ditemui.
Beberapa lokasi kemunculan hiu paus di Indonesia yakni Taman Nasional Teluk Cendrawasih; Talisayan, Kalimantan Timur; Probolinggo, Jawa Timur; Pulau Weh, Aceh; dan Gorontalo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News