BUBUR TATANG SELALU DATANG SETELAH PETANG

Sabtu, 15 Mei 2010 | 09:05 WIB   Reporter: Hendra Gunawan
BUBUR TATANG SELALU DATANG SETELAH PETANG

ILUSTRASI. Wimboh Santoso


Bubur lebih lazim sebagai makanan di pagi hari. Tapi, adat istiadat tersebut tidak berlaku di Warung Bubur Ayam Bang Tatang. Justru kedai bubur di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Barat, mulai menggelar dagangannya setelah petang alias malam hari.


Si pemilik kedai, Tatang Mochtar, mulai menjual bubur ayam menjelang malam, sekitar pukul 18.00 WIB. Dan, ternyata, peminatnya selalu banyak sehingga sebelum pukul 22.00 WIB bubur itu sudah ludes. Tak pelak, agar bisa menikmati semangkuk bubur ayam, Anda perlu ekstrasabar menunggu dan mengantre.


Sudah begitu, bangunan kedai ini sempit saja, seluas sekitar 15 meter persegi dan hanya menampung 25 pengunjung. Jadi, warung Bang Tatang terasa sesak saat pengunjung membeludak. Maka sebagian besar pelanggan lebih suka membawa pulang pesanannya.
Harga semangkuk bubur Bang Tatang ini relatif lebih mahal ketimbang bubur ayam lain, yakni Rp 14.000 seporsi. Namun, harga itu boleh dibilang sepadan dengan keunggulan bubur bikinannya.


Seporsi bubur Bang Tatang hampir dua lipat lebih banyak ketimbang semangkuk bubur ayam pedagang lain. Suwiran daging ayam, taburan emping, dan irisan daung bawang sampai munjung melebihi bibir mangkuk bubur. Jika Anda bukan bertipe gembul, seporsi bubur ayam Bang Tatang bisa disantap berdua.


Anda boleh berprasangka, rasa bubur ayam Bang Tatang paling begitu-begitu saja, seperti menu olahan bubur ayam pada umumnya. Isinya bubur nasi putih, kedelai goreng atau kacang goreng, irisan daging ayam, daun bawang, dan taburan kerupuk emping.


Ya, memang isi bubur ayam Bang Tatang begitu-begitu juga. Tapi, soal rasa, lumayan aduhai. Rasa gurih kaldu ayam melekat erat dan berbaur dengan buliran halus beras yang telah menjadi bubur. Suwiran daging ayam dan irisan daging bawang memperkaya olahan bubur Bang Tatang.


Menurut Tatang, rasa sedap bubur ayam racikannya itu berhulu pada proses pembuatannya. Dia memiliki rahasia cara mengolah bubur ayam yang berbeda dengan metode para penjaja bubur ayam lain. Sebagian besar penjaja bubur ayam merebus beras lebih dulu untuk dijadikan bubur, dan setelah itu merebus daging ayam.


Tatang punya cara sebaliknya. Dia merebus daging ayam lebih dulu dan mengambil kaldu rebusan daging sebagai bahan perebus beras hingga menjadi bubur. Ini rahasia kenikmatan bubur olahannya.


Dia juga mengklaim hanya menggunakan ayam kampung jantan alias ayam jago. Pengalaman Tatang, daging ayam jantan lebih empuk ketimbang ayam betina. “Asal, ayam jago berumur satu tahun,” katanya.


Ayam jago umur setahun paling pas disantap karena daging sudah berserat namun belum keras. Supaya daging lebih empuk sempurna, Tatang merebus daging ayam jago itu selama sekitar dua jam.


Rahasia penggunaan kaldu ayam sebagai bahan perebus beras menjadikan warna tampilan bubur racikannya berbeda dengan bubur ayam lain. Bubur ayam Bang Tatang tidak putih bersih, melainkan bersemburat kuning kecokelatan.


Selain itu, bubur Bang Tatang juga tidak mudah tumpah. Coba saja membalikkan mangkuk, bubur hasil olahan dengan rendaman kaldu ayam itu tidak mudah tumpah alias tetap lengket di dasar pinggan. “Saya memang membuatnya kering dan kental. Berbeda dengan bubur lain yang berair,” tutur pria berkumis ini.


Lain tangan, beda rasa


Setiap penyajian pesanan, Tatang selalu memperhatikan urutan penempatan bubur hingga suwiran ayam. Pertama-tama Tatang menyendok bubur ke dalam mangkuk. Setelah itu dia menuangkan kecap asin, lada, penyedap rasa, potongan daun seledri, potongan daun bawang, kacang tanah goreng, bawang goreng, dan emping. Terakhir, dia baru menaburkan suwiran daging ayam.


Baginya, urutan itu harga mati alias tidak boleh salah. Kalau meleset, dia akan mengulangi dari awal. “Biar tingkatan rasanya sesuai,” katanya.


Dia beralasan, prosesi ini bertujuan memadukan setiap bumbu tersebut supaya terasa pas. Walhasil, rasanya tetap lezat di mulut.
Seluruh proses penyajian tersebut dilakukan Tatang sendiri. “Kalau orang lain yang menyajikan pasti akan lain rasanya karena setiap orang memiliki feeling yang berbeda-beda. Lain tangan, lain rasa,” katanya.


Oh, iya, Tatang menghabiskan sekitar 24 ekor ayam jago dan beras sekitar 23 liter dalam sekali berjualan. Dengan bahan dasar sebanyak itu, Tatang bisa menjual bubur ayam sebanyak 400 porsi.


Toh, Tatang enteng saja menjualnya. Sebab, ratusan porsi itu selalu ludes terjual kurang dari empat jam. “Saya menjual bubur Rp 14.000 karena harga seekor ayam Rp 80.000,” ungkap Tatang.


Lantaran peminat buburnya selalu bejibun, Tatang rela tidak pernah libur. “Saya baru tutup kalau suplai ayam jago sedang seret,” katanya. Rupanya, ketersediaan pasokan ayam jadi satu-satunya kendala Tatang.


Ada satu kekurangan dari kedai bubur ayam Bang Tatang. Jika Anda menikmati langsung bubur ayam di lokasi, Anda tidak bisa memesan minuman lain selain air putih biasa. Tatang memang tidak menyediakan menu minuman lain, sekalipun es teh tawar. Apabila ingin minuman dingin, Anda harus memesannya di warung sebelah kedai Bang Tatang.


Mau coba? Silakan saja datang ke kedai Bang Tatang, asal jangan terlalu malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru