Bagi Budi Karya Sumadi, kayu adalah benda istimewa. Karena itu, Direktur Utama PT Jaya Ancol Tbk ini sangat menyukai kayu. Kecintaannya pada kayu sudah tumbuh sejak 1980-an silam, ketika melihat sebuah rumah joglo dengan bahan dasar kayu kuno.
Sejak saat itu, Budi jadi kesengsem setiap kali melihat kayu kuno dengan ukiran unik. Demi memuaskan kecintaannya pada kayu kuno, ia pun rela berburu hingga pelosok-pelosok daerah, semisal Semarang, Salatiga, dan Madura.
Budi juga rela merogoh kocek hingga Rp 100 juta untuk membeli sebuah rumah joglo berbahan dasar kayu kuno. “Bila melihat kayu kuno hati saya merasa ada kepuasan tersendiri,” kata pria kelahiran Palembang, 1956 ini.
Lantaran sering berburu ke banyak tempat, koleksi kayu kuno Budi yang berupa furnitur, mulai dari kursi, meja hingga rumah joglo, semakin menumpuk. Akhirnya, pada 1998 lalu, dia mendirikan usaha jual beli aneka furnitur dan kerajinan berbahan kayu kuno.
Budi bilang, keuntungan dari bisnis kayu itu bisa berlipat-lipat. Sayang, kesibukannya yang semakin padat membuat lelaki yang bergabung dengan Grup Jaya sejak 1982 silam itu tidak punya waktu luang lagi untuk hunting kayu kuno dan memenuhi persediaan di tokonya. Walhasil, di 2002, dia pun memutuskan untuk menutup usahanya itu.
Namun, Budi bercerita, hanya furnitur dan kerajinan kayu-kayu kuno berkualitas bagus yang habis dibeli pelanggannya. Sedangkan kayu kuno berkualitas sedang-sedang saja sangat susah dijual.
Buntutnya, “Sewaktu tutup toko, kayu yang belum laku saya jadikan rumah saja,” ujar lulusan Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta ini. Karena itu, perabot dan pernik rumah Budi di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, berbahan kayu kuno; mulai dari pintu, jendela, hingga lantai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News