Bunga edelweis, ini arti nama dan sanksi memetik bunga abadi

Rabu, 16 September 2020 | 11:39 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Bunga edelweis, ini arti nama dan sanksi memetik bunga abadi

ILUSTRASI. Kerajinan bunga Edelweis: Perajin menyusun bunga-bunga edelweis menjadi hiasan di Kawah Sikidang, Dieng Kulon, Banjarnegara, JAwa Tengah, Selasa (18/12). Masyarakat sekitar membudidayakan bunga edelweis untuk dijadikan kerajinan karena bunga edelweis liar


TANAMAN LANGKA - Video pendaki wanita memetik bunga edelweis di kawasan Gunung Lawu menjadi viral.

Tindakan wanita itu direkam seorang laki-laki yang sudah mengingatkannya bahwa memetik Bunga Edelweis bisa dikenakan sanksi. Namun, wanita tersebut tetap memetik Bunga Edelweis.   

Dirangkum dari Indonesia.go.id, Edelweiss Jawa (Javanese Edelweiss) atau yang memiliki nama ilmiah Anaphalis Javanica biasanya tumbuh tidak lebih dari 1 meter. 

Tapi dalam kondisi tertentu, tumbuhan itu juga bisa mencapai ketinggian tumbuh hingga 8 meter, dengan batang sebesar kaki manusia. Bunga Edelweiss Jawa biasanya tumbuh di tempat dengan ketinggian kira-kira 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) ke atas, tergantung suhu udara dan kelembapan.

Baca Juga: Libur akhir tahun, kawasan Gunung Bromo raup Rp 1,9 Miliar

Tumbuhan yang sering disebut sebagai bunga abadi ini mampu hidup di atas tanah yang tandus dan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di pegunungan. 

Bunga-bunga edelweiss tumbuh saat musim hujan berakhir saat sinar matahari sedang intensif, di antara April hingga September.

Jika sudah mekar biasanya bunga ini banyak didatangi oleh sekitar 300-an lebih jenis serangga, yaitu kupu-kupu, lalat, kutu, lebah, tabuhan, dan lain-lain. 

Sering dijuluki sebagai bunga abadi, ternyata bunga ini mengandung hormon etilen yang dapat mencegah kerontokan kelopak bunga. Dengan hormon itu, Edelweiss dapat mekar dan bertahan hingga 10 tahun lamanya, bahkan lebih sehingga sering disebut sebagai bunga abadi. 

Baca Juga: Gunung Merbabu terbakar, jalur pendakian masih ditutup

Arti nama edelweis 

Bunga Edelweiss terbilang langka, karena jarang ditemukan ada bunga yang dapat tumbuh di daerah pegunungan.  Bunga Edelweiss Jawa pertama kali ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barat, Indonesia, oleh ilmuwan asal Jerman bernama Caspar Georg Carl Reinwardt, dan diteliti lebih lanjut oleh Carl Heinrich Schultz pada 1819. 

Nama Edelweiss artinya dari bahasa Jerman, ‘edel’ yang artinya mulia dan ‘weiss’ artinya putih.

Di Indonesia, khususnya di pegunungannya, juga temukan Edelweiss jenis lain, yakni Anaphalis Javanica, yaitu jenis Leontopodium Alpinum yang hanya bisa ditemukan di sepanjang pegunungan Alpen di Eropa dan Gunung Semeru Indonesia.

Indonesia memiliki sejumlah pegunungan dengan padang hamparan Edelweiss yang luas. Yaitu, di Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Rinjani, Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Papandayan.

Baca Juga: Jaring para hacker muda, CodeBali gelar lomba

Sanksi memetik bunga edelweis

Saat ini Edelweiss terancam punah di Indonesia karena tangan-tangan nakal yang tidak bertanggung jawab memetik sembarangan. Edelweiss sering dipetik sebagai kenang-kenangan dan dibawa turun oleh para pendaki karena disebut sebagai bunga abadi. 

Namun jika dipetik dalam jumlah yang banyak dikhawatirkan dapat mengancam populasi bunga Edelweiss Jawa yang dilindungi oleh UU 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem, Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi "Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional"

Maka ada ancaman penjara 10 tahun dan denda hingga Rp 200 juta seperti tercantum dalam UU No.5 pasal 40 ayat 2 jika memetik Edelweis. Selain itu, Edelweis jenis Anaphalis Javanica termasuk dalam daftar tumbuhan yang dilindungi. 

Baca Juga: Pendaki Rinjani yang tersesat berhasil ditemukan

Hal itu tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Sejumlah pengelola Taman Nasional pegunungan yang ada di Indonesia, dan juga masyarakat sekitar melakukan budidaya demi melestarikan Edelweiss.

Tidak jarang hasil dari budidaya ini juga diperjualbelikan oleh masyarakat setempat, hal ini juga sebagai upaya agar para pendaki gunung tidak memetik sembarangan di atas gunung. Di Tengger, bunga Edelweiss juga sering dijadikan media bagi masyarakat untuk melakukan ritual-ritual adat khas Tengger. 

Maka dari itu kesadaran untuk melestarikan Edelweiss mulai tumbuh dan berkembang pada masyarakat Tengger di Gunung Bromo.  Mereka bersama-sama melakukan pembibitan dan penanaman bunga Edelweiss di rumahnya masing-masing dengan modal dana swadaya.

Baca Juga: Pasokan apartemen baru di Jakarta meningkat 12,4%

Manfaat bunga edelweis

Manfat bunga edelweis Jawa ternyata berkhasiat untuk dijadikan obat karena kandungan antioksidannya tinggi. Ekstrak bunga Edelweiss dapat sebagai penyembuh berbagai penyakit, seperti difteri, TBC, batuk, bahkan kanker payudara. 

Antimikroba di dalamnya juga berfungsi sebagai pembasmi bakteri, serta jamur, dan juga memiliki anti radang atau antiinflamasi.

Selanjutnya: Semerbak mewangi bisnis potpouri dan pernak-perniknya

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani
Terbaru