Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Perilaku Fear of Missing Out (FOMO) atau tak ingin ketinggalan tren meningkatkan risiko konsumen terjerat penipuan online. Fakta ini diperoleh melalui eksperimen sosial yang digagas PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) melalui situs Vomoshop (https://www.vomoshop.com/).
Eksperimen sosial tersebut bertujuan mengukur potensi penipuan yang bisa dialami masyarakat Indonesia, sekaligus melakukan edukasi literasi berbelanja online yang aman lewat seruan #IngatVOMO. VOMO merupakan akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah Akses Info dan Ofisial rekening platform untuk transaksi online-nya.
Perusahaan berkode saham BELI ini menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA), para pemilik merek, media massa, dan komunitas untuk melakukan eksperimen sosial #ingatVOMO.
Dalam situs Vomoshop, pengguna disodorkan iklan dengan penawaran sangat miring dan diarahkan untuk checkout dengan informasi transaksi ke rekening pribadi yang tidak resmi. Karena tujuan eksperimen sosial ini adalah edukasi, situs tidak meminta data pribadi maupun pembayaran apapun dari pengguna. Setelah checkout, pengunjung akan berakhir di laman edukasi #ingatVOMO.
Dari hasil eksperimen sosial, lebih dari 63 ribu visitor mengakses situs Vomoshop. Sejumlah fakta menarik ditemukan, di antaranya warga Jakarta menjadi jawara korban FOMO dan perempuan menjadi yang paling FOMO kala belanja online. Dari segi demografi usia, warga usia 25-34 tahun menjadi yang paling mudah terpancing mengunjungi situs, disusul warga usia 18-24 tahun.
Dihadapkan pada pilihan checkout produk yang diminati, 4 dari 5 warga ternyata memutuskan checkout belanja. Hal ini membuktikan mayoritas warga masih rentan terjebak tipu-tipu online akibat FOMO daripada #IngatVOMO. Berdasarkan data simulasi Vomoshop, sebanyak 71% korban FOMO sudah mengetahui bahaya transaksi ke rekening pribadi namun tetap dilakukan. Oleh karena itu, sebagai upaya menghentikan sekaligus menangkal risiko menjadi korban penipuan online yang dipicu FOMO, Blibli memiliki sejumlah langkah cerdas yang terangkum dalam kampanye #IngatVOMO, yakni meliputi:
- Verifikasi: memilih marketplace terkenal yang diunduh secara resmi melalui Google/App Store dan memiliki rating > 4.
- Observasi: selalu baca deskripsi produk dengan detail, pastikan harga ditawarkan wajar, serta memiliki kebijakan purna jual yang jelas juga garansi retur.
- Mudah Akses Info: memiliki layanan pelanggan 24/7, dengan kemudahan pemilihan serta lacak pengiriman dan terakhir.
- Ofisial: transaksi pembayaran hanya dilakukan lewat platform, bukan rekening pribadi mitra seller.

“Sebagai pelopor omnichannel commerce sekaligus platform gaya hidup tepercaya, Blibli senantiasa menerapkan tata kelola privasi data dan keamanan siber yang bertanggung jawab di seluruh layanan dan fitur yang ditawarkan kepada pelanggan. Komitmen tersebut dibuktikan dengan memenuhi hak belanja pengguna melalui jaminan keaslian produk, pengiriman cepat, hingga gratis ongkos kirim (ongkir), layanan purna jual yang mudah diakses dan pembayaran aman yang terintegrasi,” ujar Edward Kilian S., Chief of Marketing Officer, Blibli.
Edward lebih lanjut menyatakan harapannya agar eksperimen sosial yang digagas Blibli melalui Vomoshop dapat meningkatkan literasi belanja online yang aman.
“Selain itu juga memperkenalkan Blibli sebagai platform yang dapat memenuhi kebutuhan berbelanja online tanpa tipu tipu untuk masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
