JAKARTA. Bagi Fariana Dewi Djakaria, militer jadi panggilan hidupnya. Meski korps ini identik dengan laki-laki, perempuan kelahiran 1 April 1982 itu jatuh cinta pada militer sejak masa kanak-kanak.
Fariana menjadi pilot penerbang helikopter pertama dan mulai bertugas pertama kali di tahun 2008. "Jadi pilot helikopter dengan fixed wings beda, karena di helikopter kedua tangan dan kaki semua bermain," kata Fariana.
Menjalani karier di militer ternyata tak semudah impian masa kecilnya. Dia bilang bukan sekadar profesional tapi perlu menjadi di atas rata-rata agar menonjol di antara rekan seprofesinya. Selain itu, tak banyak perempuan menjadi pilot helikopter karena kegiatannya lebih banyak dilakukan di luar rumah dan base untuk jangka waktu lama. Salah satunya mengantar bantuan bencana ke tempat terpencil yang sulit diakses.
Beberapa waktu lalu, ibu satu anak ini sempat mendarat di sebuah ladang sawah karena cuaca buruk. "Kalau hujan deras helikopter harus mendarat tunggu reda, setelah reda saya baru terbang lagi ke base," ujar dia sambil tertawa.
Kini, di militer Indinesia hanya ada dua penerbang helikopter. Satu Fariana di angkatan udara, dan satu lagi di angkatan laut. Dia berharap, Indonesia bisa memiliki lebih banyak pilot dan penerbang perempuan. Baik di industri penerbangan komersil maupun militer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News