INDUSTRI KREATIF - JAKARTA. Indonesia akan tampil untuk kedua kalinya di La Biennnale Architettura di Venezia. Setelah mengirimkan wakil di tahun 2014 lalu, tahun depan Indonesia akan kembali dengan mengusung konsep yang lebih kontemporer. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tengah bersiap untuk mengikuti La Biennale Architettura yang akan berlangsung mulai 26 Mei hingga 25 November 2018.
Melalui seleksi yang dilakukan oleh Bekraf yang bekerja sama dengan Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) telah terpilih enam kurator seni dengan konsep berjudul Sunyata : The Poetics of Emptiness yang akan mewakili Indonesia pada 25 Mei hingga 26 November mendatang.
“Kami memilih mereka karena narasinya sudah sesuai dengan kurator di sana. Menurut juri, Sunyata adalah karya yang paling kuat untuk menunjukkan arsitektur kontemporer Indonesia,” ujar Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik dalam keterangan pers, Selasa (19/12).
Sementara itu menurut Deputi IV Bidang Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak, tim kurator seni yang terpilih ini didominasi oleh para arsitek muda. “Artinya, subsektor ini sedang menikmati bonus demografi dengan harapan para arsitek muda bisa sejajar dengan arsitek dunia,” ujarnya.
Adapun enam kurator seni yang telah terpilih yaitu Ary Indra, David Hutama, Dimas Satria, Jonathan Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adika. Para delegasi ini dipilih berdasarkan hasil kurasi dalam dua tahap, yaitu tahap pertama dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2017 dan tahap kedua pada tanggal 15 Oktober 2017 yang berlangsung di Jakarta.
Dari 70 proposal, proses kurasi menghasilkan 5 proposal yang masuk dalam proses penjurian. Sedangkan dalam tahap kedua setiap tim diberikan waktu untuk mempresentasikan karya mereka dihadapan para juri yang terdiri dari Jay Subyakto, Goenawan Mohamad, Gunawan Tjahjono, Budi Lim dan Ahmad Tardiyana.
Menurut Ary Indra selaku Ketua Tim Kurator yang telah terpilih, melalui Sunyata tim kurator ingin menampilkan Indonesia dalam nafas yang lebih kontemporer. “Manusia akan disadarkan dengan ruang kosong yang sering dilupakan. Membiarkan manusia untuk menaklukkan kekosongan. Kami ingin orang datang melihat karya kita dan merenung akan kesunyian,” ujarnya.
Nantinya, karya ini akan menggunakan kertas sebagai material utama dan paviliun Indonesia merupakan abstraksi dari konsep kekosongan yang memiliki beragam wujud dan rupa di arsitektur Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News