Ini 5 tips agar anak mendengarkan orang tua

Selasa, 24 September 2019 | 11:17 WIB Sumber: Kompas.com
Ini 5 tips agar anak mendengarkan orang tua

Ilustrasi mendidik anak yang benar


STYLE - Perintah sederhana seperti mengecilkan suara televisi atau menaruh kaus kaki di keranjang sering berubah jadi ocehan orangtua dengan nada tinggi yang diulang gara-gara anak tidak menuruti yang diminta. 

Banyak orangtua yang gemas dengan perilaku tidak kooperatif anak-anak mereka yang sudah mulai besar. Walau sudah diajak bicara dengan nada lembut, mereka seolah mengabaikan, bahkan menentang untuk melakukan. Akhirnya orangtua pun terpancing emosi dan marah. 

Baca Juga: Mengapa pendiri Netflix menolak tawaran Jeff Bezos untuk membeli perusahaan?

Perilaku anak-anak berusia sekitar 7-9 tahun ini sebenarnya didasari oleh apa yang terjadi di dalam dirinya, yakni mereka mulai merasa punya kendali atas hidupnya sendiri. 

Mereka juga lebih fokus pada dunia luar dan tertarik pada apa yang ada di sana, seperti sekolah, teman, atau aktivitas olahraga. 

“Sikap mereka yang sering tidak mendengarkan orangtuanya juga salah satu cara untuk menguji batasan kemerdekaan dirinya,” kata psikolog Mary Rouerke Ph.D. 

Perilaku mengabaikan perintah orangtua itu juga menjadi cara anak untuk menghadapi tekanan baru dan tanggung jawab. 

Baca Juga: Warren Buffet: Ini Kesalahan No. 1 Orang Tua Saat Mengajarkan Uang kepada Anak

“Anak-anak di usia ini menghabiskan banyak waktunya di sekolah dan mengikuti perintah. Sekolah memberi tuntutan yang besar, sehingga mereka cuma punya sedikit kesempatan untuk bebas, tidak stres, dan melatih pilihan mereka sendiri,” kata psikolog anak Carla Fick. 

Meski begitu, sebagai orangtua kita bisa “mengembalikan telinga anak” tanpa harus meninggikan suara dengan mengikuti tips berikut: 

- Ubah sudut pandang 

Berteriak untuk mendapatkan perhatian anak sebenarnya kurang efektif. Lebih baik, coba mundur dan kenali bahwa anak bersikap seperti itu bukan berarti ingin meremehkan orangtua, tapi itu perilaku wajar anak seusianya. 

Lalu, carilah strategi baru. Misalnya, jika ingin meminta anak melakukan sesuatu yang penting, jangan di waktu anak main dengan gawainya atau menonton acara favoritnya. Selain itu, kita bisa mengulang instruksi sehingga anak mengingatnya. 

- Buat kehadiran kita disadari Jangan langsung marah-marah jika anak berusia 7-8 tahun bersikap cuek pada apa yang kita ucapkan. Namun, ada cara lain untuk membuatnya menyadari kehadiran ayah atau ibunya.

Misalnya dengan menepuk lembut pundaknya atau melontarkan humor yang bisa membuatnya tertawa sehingga ia akan teralihkan dari apa yang sedang menyita perhatiannya. 

Baca Juga: Jangan biarkan tekstil menangis

- Hindari mengulang 

Memanggil nama anak berulang-ulang hanya akan membuat tenggorokan kita sakit. Cobalah berada di dekatnya dan beritahu bahwa Anda hanya akan menyampaikan perintah satu kali dan ia harus memahami akibatnya jika tidak memberi respons atau melakukan yang diminta. 

Misalnya saja, Anda bisa berkata, “Mama senang kalau kamu cepat memakai sepatumu sekarang, jika tidak Mama akan masuk ke mobil tanpa mu karena Mama terburu-buru ke kantor.” 

Kita juga bisa menegaskan tentang waktu dan memberi ganjaran jika ia melakukannya, misalnya, “Kita akan makan bersama lima menit lagi, dan kamu harus berhenti main gadget. Kamu boleh pakai komputermu 10 menit sebelum waktu tidur.” 

- Pilih pesan 

Dari pada menghadapi perlawanan dari si kecil, berkonsentrasilah pada hal yang memang penting. Jika itu memang sesuatu yang penting, seperti mengerjakan PR atau menyikat gigi sebelum tidur, maka kita bisa mengingatkannya.

Namun, untuk sesuatu yang tidak terlalu “penting” kita bisa mengendurkan batas waktunya. “Anak-anak di usia ini sering merasa kewalahan, mereka cenderung akan mendengar dan menuruti perintah orangtua jika hal itu dianggapnya penting,” kata Fick. 

Baca Juga: Salomo Sihombing: Meniti Karier Tak Pakai Aji Mumpung

- Dengarkan anak 

Terkadang anak bersikap abai karena mereka merasa tidak ada yang memperhatikannya. Orangtua tanpa sadar sangat sibuk dengan dirinya dan cuma fokus pada hal yang dianggap signifikan, namun sebenarnya kurang bagi anak. 

Sebagai contoh, setelah perjalanan pulang dari kantor yang selalu macet, Anda mungkin malas mendengarkan ocehan anak tentang jagoan-jagoan Marvel. Tetapi, aksi superhero itu mungkin sangat penting bagi si kecil seperti halnya PR yang belum dikerjakannya bagi Anda. 

Jika anak merasa diperhatikan, dipahami, dan dihormati oleh orangtuanya, mereka akan lebih peduli dan mendengarkan apa yang disampaikan ayah ibunya. (Lusia Kus Anna)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Cara agar Anak Mendengarkan Orangtua", 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru