JAKARTA. Sebuah paket misterius dikirim kepada Robin Ellacott. Dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan potongan tungkai wanita di dalamnya. Atasan Robin, detektif partikelir Cormoran Strike, mencurigai empat orang dari masa lalunya yang mungkin bertanggung-jawab atas kiriman mengerikan itu - empat orang yang sanggup melakukan tindakan brutal.
Demikian petikan sinopsis novel terbaru Robert Galbraith alias J.K. Rowling berjudul Career of Evil yang diluncurkan PT Gramedia Pustaka Utama (Penerbit GPU), Minggu (3/4) lalu, di Toko Buku Gramedia Mal Central Park, Jakarta. Sampai hari ini, Kamis (6/4), atau dalam tiga hari, Career of Evil telah terjual 351 buku. "Itu belum dari semua toko, hanya dari Jabodetabek dan Bandung," ujar Claudia Von Nasution, Product Specialist Gramedia Asri Media (GAM).
Buku Career of Evil merupakan buku ketiga J.K. Rowling yang menggunakan nama pena Robert Galbraith. Buku pertama The Cuckoo's Calling telah laku sekitar 42.000 buku lebih. Sementara buku kedua The Silkworm terjual sekitar di atas 20.000 buku.
Berbeda dengan dua novelnya yang lain, The Cuckoo's Calling dan The Silkworm, penulis bernama asli Joanne Rowling memberi sedikit kejutan untuk pembaca pada buku setebal 547 halaman ini. Jika pada dua novel sebelumnya Cormoran menangani kasus-kasus orang lain, kali ini dia berkelut dengan kasus yang menimpa dirinya. Bagaimana Cormoran menyelesaikan kasus menimpa dirinya?
Komunitas Cormoran
Pertanyaan itu yang juga ingin segera diketahui beberapa penggemar Rowling yang sudah mengantri sejak pukul 08.00 pagi meski acara peluncuran buku baru berlangsung pukul 13.00 WIB waktu itu. "Peluncuran buku yang pertama di Mal Gandaria City malah sudah ada yang mengantri sejak subuh," imbuh Claudia.
Bukan cuma itu. Di Indonesia, para penggemar itu bahkan membentuk komunitas sendiri yang terdiri dari sekitar 100 orang. Namanya Cormoran Strike Indonesia, lengkap dengan identitas media sosial di Facebook maupun Twitter @CormoranID. "Saya menunggu-nunggu sekali buku ini," tutur Ismanto Hadi, pendiri komunitas tersebut.
Yang jelas, Career of Evil dibanderol Rp 178.000 per buku. Bagi Leonardus Metanoven Hendranto, penggemar Rowling yang lain, berpendapat, gaya menulis genre thriller di ketiga bukunya lebih hebat, terutama dari tekniknya bercerita. Rowling lebih mahir menuturkan detil demi detil suasana ketimbang gaya fantasi pada karyanya yang tersohor: Harry Potter.
Metanoven mengklaim, teknik penokohan Rowling pun lebih seru dan canggih jika dibandingkan Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Menambahkan pendapat penggemar, bagi Siska Yuanita, penerjemah novel-novel Robert, karya ketiga Rowling yang ia terjemahkan ini bahkan sampai hampir membuatnya ikut terhanyut. "Saya jadi hampir ikut menangis," ujarnya.
Terbongkar
Melalui nama pena Robert Galbraith itu, Rowling dalam satu kesempatan mengakui memang ia mencoba genre baru setelah menuntaskan Harry Potter. Robert Galbraith, seperti yang digambarkan Rowling, adalah seorang ayah dua anak sekaligus mantan militer dan berprofesi penyelidik partikelir. Kita menyebutnya, detektif swasta.
Namun, percobaan Rowling yang ingin menggunakan nama Robert akhirnya terbongkar. Adalah Judith Callegari yang membongkarnya setelah menulis di media sosial Twitter untuk seorang jurnalis. Callegari mengetahui Rowling ada di belakang Robert tak lain berasal dari Chris Gossage, pengacara firma hukum yang menaungi Rowling. Konon, Rowling kecewa berat dan Callegari harus membayar denda 1.000 Poundsterling. Uang hasil denda disumbangkan ke The Soldiers' Charity.
Meski begitu, akibat pembocoran identitas itu pada akhirnya menguntungkan Rowling. Setelah pembaca tahu ada Rowling di balik Robert, penjualan "The Cuckoo's Calling" yang masih terjual sekitar 1.500 eksemplar waktu itu, membumbung hingga 4.000% hanya dalam beberapa hari. Artinya, dari hanya terjual 1.500 buku saja, tiba-tiba naik menjadi 60.000 buku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
