Jejak panjang bos pialang berjangka

Sabtu, 12 Agustus 2017 | 15:00 WIB   Reporter: Lidya Yuniartha
Jejak panjang bos pialang berjangka


FERHAD Annas bukanlah orang baru di PT Monex Investindo Futures. Ia telah malang melintang di bisnis ini sejak tahun 2002. Ferhad dapat dikatakan sudah ikut berjasa mengembangkan perusahaan pialang berjangka ini. Ketika ia didaulat menjadi Direktur Utama PT Monex Investindo Futures pada tahun 2016, Ferhad menyatakan sanggup menjalani tugas berat itu.

Menjadi orang nomor satu di Monex Investindo tidaklah mudah. Sebagai nahkota utama, ia harus mampu menjaga nama baik perusahaan yang selama ini sudah dikenal khalayak banyak. Sejumlah pengakuan, khususnya dalam kesuksesan melakukan transaksi terbanyak, sudah diraih oleh Monex. Semua pencapaian ini berkat adanya kepercayaan masyarakat terhadap tim pengelola Monex.

Selain itu, Ferhad juga berhadapan dengan pihak yang melakukan penipuan atas nama perusahaan. Hal ini bisa menggerus kepercayaan kepada perusahaan bila tidak bisa ditangani dengan baik .Sejumlah tantangan tersebut membentang di hadapan Ferhad ketika ia ditunjuk menjadi orang nomor satu di perusahaan Monex Investindo tersebut.

Namun aneka tantangan yang muncul ini tidak terlalu mengagetkan bagi Ferhad. Pria kelahiran Jakarta, 2 Januari 1974 ini sudah berpengalaman dan mahir mengatasi persoalan tersebut. Sebelumnya, ia merupakan Direktur Compliance di Monex Investindo.

Selain itu, lulusan sarjana muda (D3) dari Jurusan Perbankan Universitas Borobudur ini sudah jatuh cinta dengan bursa berjangka sejak masih kuliah. Ketika masih kuliah, Ferhad sudah bekerja sebagai Staf Penyelesaian Transaksi Efek di PT Ravindo Securitama pada tahun 1993. Setahun kemudian ia pindah dan bekerja di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia.

Ferhad mengaku memilih bekerja sambil kuliah karena merasa tidak mau menyia-nyiakan waktu. "Sebenarnya tidak ada izin dari orang tua. Kakak-kakak saya juga sekolah. Nah selama bekerja dan kuliah saya harus bisa memprioritaskan yang mana. Siang saya bekerja, malam saya kuliah," tutur Ferhad kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Ia mengaku bekerja sambil kuliah tidaklah mudah dijalani bersamaan. Hal ini berdampak pada waktu kuliahnya yang molor satu tahun dari waktu yang seharusnya. Sebab ia baru menyelesaikan D3 setelah empat tahun kuliah, sementara teman-temannya sudah lulus terlebih dahulu.

Konsekuensi lain karena bekerja sambil kuliah adalah ia nyaris tak punya waktu bersama teman-temannya. Namun karena sudah menjadi komitmen, Ferhad tetap memilih tetap bekerja dan menyelesaikan kuliah. Ia pun lulus pada tahun 1997.

Di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Ferhad memulai karier sebagai staf internal audit. Ferhad cukup betah di Kustodian Sentral sebelum akhirnya ia memutuskan pindah ke Monex pada tahun 2002. Ia merasa telah mendapatkan banyak pengetahuan dari sana.

Di Monex, lulus diploma ini mendapat posisi strategis, yaitu menjadi Direktur Compliance. Pengalamannya yang cukup banyak di dua perusahaan, yang bergerak di bidang bursa berjangka sebelumnya, menjadi pertimbangan Monex untuk menawarkan posisi yang strategis ke Ferhad. Apalagi kala itu, bursa berjangka masih tergolong baru di Indonesia.

"Sementera itu, belum banyak orang yang berkecimpung bursa berjangka. Dan industri berjangka ini mengambil pola dan peraturannya dari bursa efek Jakarta. Pelakunya pun sama," terangnya.

Menjadi Direktur Operasional, Ferhad harus mengemban tugas yang lebih berat ketimbang sebelumnya. Namun ia mampu menunjukkan kinerja terbaiknya. Jabatan sebagai Direktur Compliance ia jabat selama sekitar 14 tahun. Posisi yang dijabat dalam waktu yang cukup lama tersebut telah membuat Ferhad memahami liku-liku industri bursa berjangka sampai sedetail-detailnya.

Termasuk ia juga sudah sangat mafhum kondisi perusahaan. Apa yang dibutuhkan dan apa kekurangan.

Maka ketika ia didapuk menjadi Direktur Utama, Ferhad menyatakan siap menerima beban yang lebih besar tersebut. Menurutnya, pengetahuannya di bidang perekonomian dan pengelolaan dana masyarakat terus berkembang. Hal itu seturut perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan dan perkembangan. "Sehingga saya harus terus belajar," tandasnya.

Selesaikan masalah

Sebagai nahkota utama perusahaan, Ferhad mulai berhadapan dengan hal-hal baru. Ia harus berhadapan dengan kenyataan ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan situs resmi Monex, termasuk menggunaakn materi seminar Monex kemudian bahan tersebut diduplikasi dan diganti dengan iming-iming potongan harga 25%. Bahkan pihak tersebut sampai menggunakan foto Ferhad untuk meyakinkan masyarakat.

Ia bilang, ketika Monex sudah menjadi lembaga terpercaya dan memiliki transaksi terbesar, justru berhadapan dengan pihak-pihak yang ingin mengeruk keuntungan dengan mendompleng ketenaran tersebut. Ferhad bertanggungjawab agar tindakan-tindakan tidak terpuji seperti ini tidak merugikan masyarakat dengan menjadi korban penipuan.

Tindakan penipuan ini menjadi perhatian Ferhad karena kerap datang laporan dari masyarakat yang jadi korban dan protes ke Monex. Pihak Monex menyerahkan persoalan-persoalan seperti ini langsung ke pihak yang berwajib dan otoritas yang berwenang. Kendati begitu, ia mengaku sampai saat ini persoalan seperti ini belum juga dapat terselesaikan.

Ferhad yakin pihak yang melakukan penipuan bukanlah orang-orang yang bekerja di bawah naungan Monex. Menurutnya, pihak kepolisian saat ini sudah mulai bisa mengendus siapa pelaku penipuan ini. Namun, dia bilang polisi masih mengumpulkan cukup bukti.

Dibandingkan masalah-masalah yang pernah dialaminya selama bekerja untuk Monex, Ferhad merasa ini merupakan tantangan terbesar yang belum bisa diselesaikan. "Mungkin sesuai dengan pepatah, semakin tinggi, maka goyangannya akan semakin keras. Masalah-masalah sebelumnya saya rasa masih selalu bisa diatasi" katanya.

Masalah ini tak lantas membuat Ferhad menyerah. Ferhad tetap berusaha memperbaiki keadaan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya mengenai bursa berjangka. Tim mereka berusaha menginformasikan kepada masyarakat untuk terus berhati-hati dan selalu memilih badan yang legal dan terpercaya dalam melakukan investasi.

Selama menjalankan pekerjaannya di bidang bursa berjangka, Ferhad memegang teguh prinsip teguh menjaga kepercayaan masyarakat. "Perusahaan kan harus bekerja sesuai dengan aturannya. Perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan ketentuan yang berlaku," tutur Ferhad.

Setelah setahun menjabat sebagai Direktur Utama, Ferhad kembali dihadapkan pada masalah pelik yakni harus mengurangi jumlah karyawan sebanyak 200 orang pada awal tahun 2017. Sebelumnya Monex memiliki 700 orang karyawan, dan berkat adanya kemajuan teknologi, Monex hanya membutuhkan sekitar 500 pegawai. Kebutuhan pekerja yang tersisa bisa ditutup dengan sistem digital.

Meskipun berat, Ferhad harus mengomunikasikan ini kepada karyawan dan ada sejumlah pegawai yang memilih mengundurkan diri. Menurut Ferhad, setiap bisnis atau perusahaan yang dijalankan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman. Seperti saat ini, semua sudah beralih ke dunia digital, maka Monex juga harus turut mengikuti.

Berada di posisi tertinggi di Monex membuat Ferhad lebih berhati-hati. Ke depannya, Ferhad berharap dapat terus memberikan edukasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan jelas seperti apa sebenarnya bursa berjangka.

Keberhasilan Ferhad dalam membangun kariernya tak terlepas dari pengaruh kedua orang tuanya. Ayah Ferhad merupakan seorang bankir. Dari Ayahnya ia memahami banyak seputar ekonomi dan pengelolaan uang. Menurutnya proses pembelajaran terbaik justru berasal dari orang-orang dekat di dalam rumah. Apalagi kedua orang tua mendukung karir Ferha. Ferhad juga masih berdiskusi dan meminta saran ayahnya dalam persoalan ekonomi dan pengelolaan keuangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 4 Tampilkan Semua
Editor: Dupla Kartini
Terbaru