Kejutan Gurih dan Pedas di Tenda Biru

Minggu, 10 Mei 2009 | 10:50 WIB
Kejutan Gurih dan Pedas di Tenda Biru
ILUSTRASI. Dirjen Pajak Suryo Utomo saat Acara Ngobrol Santai (Ngobras), di Jakarta, Selasa (25/11).

Reporter: Asih Kirana Wardani, Epung Saepudin, | Editor: Test Test

0812m3_40_dan_tendabiru2MEREKA yang tinggal di Jakarta sudah pasti mengenal yang namanya kuliner betawi. Malah, banyak di antara kita mungkin jatuh cinta dengan aneka ragam masakan penduduk asli Batavia ini. Nah, jika Anda termasuk penggemar fanatik menu-menu betawi, Anda wajib menyambangi Kedai Tenda Biru yang terletak di kawasan Joglo, Jakarta Barat. Seperti lazimnya warung betawi, Tenda Biru menyuguhkan berbagai jenis olahan khas Betawi. Sebut saja nasi uduk, ketupat sayur, dan semur jengkol. Semua racikannya terasa pas di lidah. Nasi uduknya gurih karena berasal dari beras pulen dan ditanak dengan santan segar. Adapun jengkolnya sangat empuk lagi gurih dengan bumbu yang meresap tuntas. Hasilnya, bau jengkol  sama sekali tidak menyengat. Sementara itu, kuah ketupat sayurnya tampil istimewa dengan kejutan irisan cabe kecil-kecil. Rasanya jadi gurih bercampur pedas. “Yang masak keluarga kami, asli Betawi,” ungkap M. Nur, pengelola Kedai Tenda Biru. Tapi, masih ada menu lain yang lebih istimewa dan menjadi andalan di kedai satu ini. Yakni, pepes bandeng dan pepes ikan mas presto. Inilah yang membedakan kedai ini dengan kedai betawi lainnya. Sebelum dipepes, bandeng dan ikan mas terlebih dulu dipresto alias dipanaskan dengan suhu tinggi di dalam panci khusus. Hasilnya, bukan saja ikan menjadi empuk, durinya pun langsung lunak. Jadi, kita bisa melahap pepes dua jenis ikan yang terkenal kaya duri ini dengan nyaman. Efek positif presto lainnya adalah bumbu pepes jadi lebih gampang meresap. Padahal, soal bumbu ini sebenarnya tak begitu beda jauh dari racikan pepes ala Sunda. Di dalamnya ada jejak rasa kunyit, jahe, cabe, kemiri, serta bawang merah. Di sana-sini tampak terselip pula potongan-potongan daun kemangi, menambah sedap citarasa pepes ala Tenda Biru. “Mungkin bedanya, pepes sunda lebih manis. Kalau pepes kami lebih gurih,” ujar Nafisah, juru masak sekaligus pendiri Kedai Tenda Biru bersama suaminya, Niran. Dalam penyajiannya, ikan yang sudah dilumuri bumbu pepes tadi dibungkus daun pisang dan dibakar. Proses pembakaran ini menyebabkan sebagian daun pisang hangus dan berwarna kehitaman. Namun, lewat proses ini, cita rasa pepes ikan justru semakin kuat dan ikan terhindar dari panas bara yang bisa merusak penampilan dan rasanya. Buktinya, begitu KONTAN menyobek bungkus daun pisangnya, segera tercium bau wangi bumbu pepes bercampur dengan rasa manis daging ikan segar. Warna dagingnya yang kekuning-kuningan menambah selera makan. tendabiru2Selain pepes ikan, sop iga sapi Tenda Biru juga juara. Sop iga ini sangat cocok dipesan waktu musim hujan seperti sekarang. Disajikan panas-panas, kuahnya terasa segar dan gurih, sanggup menghangatkan udara senja yang dingin. Maklum saja, sang empunya kedai tidak pelit bumbu. Selain itu, di dalam kuah sop ini, ada sepotong kecil jahe. Soal keempuk-an dagingnya juga tak perlu dipertanyakan lagi. Nafisah mampu mengolahnya hingga benar-benar empuk. Pokoknya, benar-benar bikin ketagihan. Apalagi harga yang dipasang juga sangat bersaing. Per bungkus pepes bandeng presto hanya dibanderol Rp 8.000, sedangkan pepes ikan emas presto cuma Rp 9.000. Adapun untuk semangkuk iga sapi, Anda cukup membayar Rp 10.000. Sementara itu, untuk sepiring nasi uduk dan ketupat sayur hanya perlu duit Rp 3.500 dan Rp 4.000. Semur jengkolnya dipatok hanya Rp 3.000 seporsi. “Soal harga boleh diadu, deh. Malah, bisa dibilang murah banget,” ujar M. Nur, yang tak lain adalah anak Nafisah dan Niran. Tak perlu heran, biarpun hanya warung kakilima, Kedai Tenda Biru sanggup membuat banyak orang jatuh cinta. Terbukti, pelanggan Kedai Tenda Biru kini mencapai ratusan. “Pengunjungnya antara 300-400 orang per hari,” cerita Niran, bangga. Lantaran jumlah pengunjung yang membanjir seperti itu, saban hari Niran harus berbelanja 30 ekor ayam negeri, 20 kilogram (kg) daging sapi, 60 potong besar tempe, 6 kg telur, 5 kg udang, dan 3 kg teri. Akan halnya beras yang ditanak tiap hari nyaris mencapai satu karung. “Untuk belanja, modal sehari antara Rp 4 juta-Rp 5 juta,” kata M. Nur. Yang menakjubkan, semua bahan mentah itu, setelah diolah, sering tandas hanya dalam tempo empat jam. Kedai Tenda Biru sendiri buka selama lima jam, yakni dari pukul empat sore sampai sembilan malam. “Jam delapan (malam), mesen sudah pasti kehabisan,” kata Nur. Berdasarkan pengamatan KONTAN, resep laris manis Kedai Tenda Biru tidak hanya menu-menunya yang mengundang selera. Pelayanan yang ramah dan sigap juga menjadi nilai plus lainnya. Semua itu memang membuahkan hasil yang sangat manis buat pasangan suami istri Niran dan Nafisah. Kedai Tenda Biru kini bisa meraup omzet Rp 6 juta sampai Rp 7 juta setiap hari. Alamat 'Tenda Biru': Jl. Joglo Raya, dekat pertigaan Meruya Selatan dan Joglo Raya Jakarta Buka: 17.00 - 02.00 WIB
Pinggirkan Gengsi demi Rejeki BISNIS KULINER sebenarnya tak pernah terlintas di benak Niran. Apa daya, setelah dipensiun dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), pria asli Betawi ini lontang-lantung. Padahal, ia mesti menghidupi istri dan tiga anaknya. Lantas, Niran nekat mengajak istrinya, Nafisah, membuka warung tenda kecil di pinggir Jalan Raya Joglo, Jakarta Barat. “Padahal, orang betawi itu gengsinya sangat tinggi. Tapi, kami pikir, enggak usah malu. Terserah apa kata orang, kami mulai coba jualan,” kisah M. Nur. Rupanya, pasangan suami istri itu berjodoh dengan usaha kuliner. Aneka menu dengan resep warisan keluarga itu mulai disukai orang-orang yang berkantor di kawasan Joglo. “Ibu memang pintar masak,” M. Nur, memuji sang ibu. Berkat promosi dari mulut ke mulut, warung tenda tanpa nama ini kini memiliki ratusan pelanggan dan mendapat julukan Kedai Tenda Biru. “Karena para pelanggan yang sering makan melihat kami pakai tenda biru,” imbuh M. Nur. Seiring waktu, daya tampung Kedai Tenda Biru juga bertambah besar. Kedai yang berdiri sejak 2002 ini sekarang mampu menampung sekitar 50 orang pada waktu bersamaan. Padahal, “Waktu pertama merintis, enggak gede seperti ini. Dulu cuma pakai gerobak dorong. Meja tadinya cuma satu,” kenang M. Nur. Tidak berhenti di sana. Belakangan, Niran dan Nafisah membuka dua cabang baru. Yang pertama, masih di sekitar Joglo Raya. Tepatnya, di depan kantor PT Telkom. Sedangkan cabang kedua terletak di Pesanggrahan, dengan tambahan menu andalan kecak bandeng. “Tapi, di dua cabang ini belum terlalu ramai karena masih baru,” tutur Niran. Yang pasti, sukses Niran-Nafisah berbisnis kuliner juga membawa berkah bagi orang lain. Tengok saja, kedai yang awalnya hanya digarap berdua kini mempekerjakan 24 orang. “Di Tenda Biru sendiri 9-10 orang,” kata Niran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

Close [X]