Ketoprak Pak Edi: Bumbunya halus dan lembut

Rabu, 14 Maret 2012 | 09:38 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi Edisi 12 - 18 Maret 2012
Ketoprak Pak Edi: Bumbunya halus dan lembut

ILUSTRASI. Tambang batubara di Indonesia


Mayoritas warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya tentu tak asing dengan ketoprak, makanan khas Betawi. Tak susah mencari kuliner yang satu ini. Di mana-mana ada penjualnya. Ada yang mangkal di satu tempat, ada pula yang berjualan keliling dengan gerobak.

Tentu penyuka kudapan ini sepakat, tidak semua ketoprak hasil racikan pedagang punya rasa yang sedap. Nah, jika Anda ingin mencicipi menu ketoprak nan enak, datang saja ke Ketoprak Pak Edi di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan.

Tidak sulit, kok, mencari kedai yang sudah berjualan sejak 1997 silam itu. Lokasinya sekitar 100 meter setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, di kanan jalan kalau Anda datang dari arah Cilandak atau Jalan T.B. Simatupang. Bila datang dari arah Kemang, letak Ketoprak Pak Edi di kiri jalan, hanya berjarak 50 meter dari pertigaan Ampera. Patokannya, di depan persis Apotek K-24.

Kedai ini sejatinya warung tenda beratapkan terpal dengan rangka bambu berukuran sekitar 10 meter x 4 meter. Ada sebuah gerobak sebagai tempat membuat ketoprak dan satu meja panjang dengan 10 kursi plastik. Jika tidak kebagian tempat, Edi Tasija, sang pemilik kedai, menyiapkan beberapa kursi plastik tambahan. Cuma, Anda harus rela memegang piring saat makan, lo. Toh, itu tidak mengurangi kenikmatan menyantap Ketorprak Pak Edi.

Namun, pembeli yang datang membawa mobil ke kedai yang buka dari Senin hingga Sabtu ini biasa memilih makan di dalam kendaraan mereka.

Kebanyakan pembeli Ketoprak Pak Edi adalah mereka yang baru pulang kantor. Kadang terselip di antaranya orang-orang beken. Namun, yang Edi ingat hanya Dede Jusuf yang kini menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat. Itu pun ia tahu dari pembeli lainnya. Dalam sehari, Edi menjual sekitar 200 porsi ketoprak.

Lantaran pengunjung kedai yang buka mulai jam tujuh malam hingga pukul sebelas malam ini selalu ramai, Anda mesti rela antre lama untuk mendapat pesanan terutama antara jam 19.00–21.00. Kecuali di atas jam itu, tetap antre, sih, tapi tidak panjang-panjang amat.

Edi mengulek sendiri bumbu ketoprak di atas piring satu per satu. Makanya, sewaktu pesanan datang, dia tidak lupa menyampaikan kepada para pelanggannya untuk sabar menanti. “Kalau enggak dibilangin, nanti pembeli bilangnya sudah lama, kok, enggak dapat-dapat juga,” ujarnya.

Kacang tanah 8 mm

Oh, iya, jangan lupa, Anda mau ketoprak pedas, sedang, atau tidak pakai cabai? “Kalau pedas, pakai cabainya tujuh, kalau sedang cabainya cukup tiga saja,” beber Edi.

Nah, begitu pesanan jadi, sekarang waktunya makan. Sepintas, memang tak ada yang istimewa dari ketoprak Pak Edi. Sebagaimana racikan pedagang ketoprak yang lain, ketoprak sajian Edi juga berisi lontong, tahu, bihun, dan taoge dengan bumbu kacang di bagian bawah. Sama, kan?

Kekuatan ketoprak ini ada pada bumbu kacangnya. Edi memang membuat bumbu secara khusus sehingga menghasilkan rasa yang mantap.

Begitu seporsi ketoprak terhidang di atas meja, aduk sebentar dulu supaya bumbu merata. Setelah itu, saatnya mencicip ketoprak ini. Begitu menyentuh lidah, Anda akan merasakan bumbu yang begitu halus dan lembut. Rasanya begitu gurih dan manis.

Lontong ketoprak pun lembut dan terasa mulus di mulut. Sementara, tahu yang masih hangat lantaran baru saja keluar dari penggorengan tak kalah lembut. Rasanya pun gurih. Semua berpadu dengan bumbu yang nikmat. Kelembutannya benar-benar terasa.

Rahasia kelembutan bumbu kacang Edi terletak pada teknik menghaluskan kacang. Dia menggiling kacang hingga tiga kali hingga menjadi lembek. Namun, sebelumnya ia menggoreng kacang tanah dalam wajan panas tanpa minyak sampai warna kecokelatan.

Edi tidak sembarang memakai kacang tanah. Ia menggunakan kacang tanah lokal ukuran 8 milimeter (mm). ‘‘Kualitasnya bagus dan bisa tahan sampai sebulan,” ungkapnya.
Untuk menghasilkan bumbu kacang yang nikmat di setiap piring ketopraknya, Edi memakai satu sendok makan kacang yang sudah halus plus seujung sendok teh garam, satu butir bawang putih, dan irisan gula merah, serta cabai sesuai selera pembeli tentunya. Kemudian, dia mengulek sampai betul-betul halus dan lembut.

Khusus lontong, Edi membuatnya sendiri menggunakan beras IR42. Dia punya alasan: beras jenis ini membuat lontong jadi legit. Agar lontong empuk dan awet, ia membungkusnya dengan daun pisang.

Untuk menebus sepiring ketoprak nan lezat ini, Anda cukup merogoh kocek Rp 7.000 saja. Murah banget, kan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru