Malang melintang kuliner warisan di Kota Malang

Jumat, 11 Oktober 2019 | 13:43 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie, Dityasa H Forddanta, Jane Aprilyani
Malang melintang kuliner warisan di Kota Malang

ILUSTRASI. Suasana di warung Pecel kawi kota Malang Jawa Timur./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/17/09/2019.


JEP GUNUNG BROMO - MALANG. Jika mendengar kata ‘kuliner’ dan ‘Malang’, pasti langsung terbayang makanan sedap bakso Malang. Menu khas asal Arema ini memang sudah terkenal hingga se-antero Indonesia. Padahal, memanjakan lidah di Malang enggak cuma lewat bakso saja, loh. Banyak makanan khas Malang lain yang bisa dicicipi di sini.

Sebelum bertolak ke Kota Malang, Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata Kontan sudah menyiapkan daftar kuliner yang akan kami cicipi nantinya. Perburuan kuliner ini memang sengaja kami fokuskan di Kota Malang. Sebab, di kota yang sejuk ini, banyak sekali makanan lezat legendaris yang dilestarikan secara turun temurun oleh warga sekitar. Salah satu kedai yang kami kunjungi, misalnya, sudah ada sejak tahun 1935.

Salah satu kuliner yang wajib dicoba adalah nasi yang dipadukan dengan pecel. Tidak sulit bagi Anda untuk menemukan kedai makanan yang menjajakan nasi pecel. Sebab, hampir di setiap sudut kota, ada saja warung yang menawarkan menu ini sebagai sajian utama.

Baca Juga: Menikmati kuliner Durian Jatohan di Pandegelang

Berbeda dengan pecel pada umumnya, cita rasa khas pecel Malang terletak pada saus kacang yang pedas dengan bubuhan sayur yang renyah. Jangan khawatir, level kepedesannya masih aman di lidah, kok. Biasanya, untuk menambah selera makan, di atas nasi pecel kerap disematkan rempeyek kacang.

Di kota ini juga ada cemilan khas tradisional Malang yang sudah jarang ditemui, yakni kue putu. Kami menemukan kedai kue putu ini di salah satu sudut kota Malang saat malam hari. Kue yang terbuat dari butiran kasar tepung beras yang diisi dengan gula merah sangat lezat saat dibaurkan dengan kelapa parut.

Di kedai ini, kue putu juga disandingkan dengan sejumlah makanan tradisional lain yang dipastikan bisa bikin lidah bergoyang. Sebut saja cenil, lupis, dan klepon. Makanan ini sangat pas dicicipi saat santai berkumpul bersama keluarga.

Baca Juga: Menjajal jadi juragan steik di pinggir jalan

Jangan lewatkan pula untuk mencici kopi khas Kota Malang, ya. Pasalnya, kenikmatan kopi Malang juga tidak kalah dibandingkan dengan kopi-kopi daerah lain.

Saat membahas soal kopi, kami tertarik  untuk mencicipi seduhan air hitam manis buatan kedai Pabrik Kopi Senja Mataram. Bukan apa-apa. Meski tempatnya kecil dan sederhana, setiap malam kedai ini selalu ramai dipadati pengunjung. Ini yang membuat kami penasaran untuk mencobanya.
Nah, bagi Anda yang sudah menyusun rencana untuk berwisata ke Malang, berikut ini sejumlah kedai di sana, untuk referensi lidah Anda.

Pecel Kawi, Malang

Menikmati Nasi Pecel Kawi

Salah satu makanan yang legendaris Kota Malang adalah Nasi Pecel Kawi. Bertempat di Jalan Kawi Atas No. 46, pecel ini menjadi tempat makan populer dan cukup laris pembeli.

Kenapa? Soalnya, menu nasi pecel yang disajikan sangat khas. Kalau di beberapa kedai rasa pecel manis dan bumbu kacang sedikit kasar, menu itu berbeda di nasi Pecel Kawi. Di sini Anda akan mendapatkan nasi berisi sayuran yang disiram bumbu kacang halus. Rasa dan aroma bumbu kacang sangat menyerap ke dalam nasi.

Oh ya, selain nasi dan sayuran tersebut, ada beberapa lauk, seperti rempeyek, tempe, perkedel, daun singkong,  timun, daun kemangi, dan tauge. Ada lebih dari 30 menu dijajakan di kedai ini. Seluruh menu makanan disajikan dalam lemari kaca yang dapat dilihat, sekaligus dipilih oleh para pengunjung.

Nita, generasi kedua yang menjalankan usaha ini bilang, ada resep rahasia yang diturunkan Mbah Silah, pendiri Nasi Pecel Kawi, Malang. Sejak tahun 1975, menu nasi pecel yang disajikan selalu hangat. Lalu, dalam bumbu pecel selalu diimbuhkan kencur dan daun jeruk. “Meski harga bumbu-bumbu naik, tetap dipakai. Karena bumbu ini yang menjadi kenikmatan pecel Kawi,” ujar dia.

Tim KONTAN pun langsung memesan nasi pecel andalan kedai ini. Sepiring nasi pecel mendarat mulus di meja makan. Untuk melengkapi kenikmatan, Nita menyarankan agar mengambil menu lauk seperti sate komo, sate manis, empal, paru, ati ayam, ataupun mendol. Sebagai informasi saja, sate komo adalah daging empuk yang direbus dengan kecap dan bumbu-bumbu rempah. Sementara sate manis merupakan olahan kelapa dicampur dengan kentang. Pokoknya semuanya lezat.

Pengunjung bisa langsung melihat proses memasak lauk. Ya, sama seperti proses memasak pada umumnya, lauk dan sayuran digoreng dan direbus saja. “Hanya saja, ada bumbu rempah yang dicampur dalam bahan-bahan makanannya,” sebut Nita.

Tak hanya itu, Nita menyebutkan bahwa semua bahan makanan didapat dari pasar tradisional dan dimasak saat itu juga. “Kalau tidak habis ya dikasih pegawai atau dibuang. Untungnya tak pernah seperti itu,” bebernya.

Seporsi nasi pecel dibanderol Rp 11.000. Sementara harga lauk pauknya berkisar Rp 2.000 sampai Rp 11.000 per tusuk. Minuman yang paling laris dipesan adalah es jeruk dan es teh manis. Harganya Rp 12.000 dan Rp 5.000 per gelas.

Nita bilang, meski makanan yang disajikan tergolong tradisional, namun pengunjung yang datang sangat beragam, mulai anak-anak sampai orangtua suka dengan menu nasi pecel. Beberapa menteri dan artis ternama pun pernah makan di sini. “Ada Menteri BUMN, Rini Soemarno, Tamara Bleszynski, Bambang Pamungkas, dan masih banyak lagi,” jelasnya. Lantaran menu di kedai ini beragam, pengunjung bisa memilih porsi makanan sesuai yang diinginkan.

Bicara soal operasional, setiap hari, Nita bisa membuat 100 porsi nasi pecel loh. Sedangkan musim liburan seperti Lebaran dan Tahun Baru, porsi sajian nasi pecel bisa naik dua kali lipat. Kedai ini buka setiap hari mulai pukul 7 pagi hingga 6 sore.              

 

Rasa manis kue Puthu Lanang   

Puthu Lanang

Rasa Manis Kue Legendaris

Dua spanduk besar yang eye catching langsung menyambut saat pengunjung menjejakkan kaki di kedai Puthu Lanang yang berlokasi di Klojen, Malang. Salah satu tulisan spanduk sangat menarik perhatian Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata Kontan. Tulisannya berbunyi seperti ini: “Kuliner Tertua di Malang Sejak 1935”.
Saat membaca spanduk itu, decak kagum langsung keluar dari mulut kami. Sudah dipastikan, ada sesuatu yang istimewa dengan kue putu lanang yang hanya dijajakan pada malam hari ini. Apalagi, antrian pembeli sudah panjang saat kami datang pukul 19.15 WIB. “Ngobrolnya nanti ya,” sapa Siswoyo, pemilik Puthu Lanang saat melihat kedatangan Kontan.
Antrian pembeli mulai terlihat berkurang saat pukul 21.00 WIB. Saat itulah, Siswoyo bisa bercerita soal kedai kulinernya yang legendaris. Dirunut dari asalnya, ternyata pada saat awal berdiri pada tahun 1935, jajanan ini bernama kue Phutu Celaket. Alasannya karena camilan ini dijual di Jalan Celaket.
“Tetapi seiring bergulirnya waktu, kue ini berubah nama jadi Puthu Lanang. Selain tempat jualannya juga pindah, tujuan lainnya agar tidak ditiru orang lain,” katanya.
Siswoyo menjajakan cemilan ini di dalam sebuah gang yang hanya muat satu mobil. Mayoritas pembeli tidak makan di tempat alias dibawa pulang. Sebab, lokasinya memang tidak memungkinkan. Kendati demikian, kuliner malam ini punya rasa yang jempolan. Kue putu yang langsung dimasak di tempat tersebut memiliki rasa yang lezat dan sangat pulen.
Jika dilihat sepintas, tampilan kue putu yang dijajakan Siswoyo hampir sama dengan kue putu pada umumnya. Namun, parutan kelapa yang menghiasi kue putu tak berbau dan bersih. Gula merahnya pun kental juga legit. Pokoknya maknyus.
Siswoyo, yang merupakan generasi kedua usaha ini menjabarkan, bahan-bahan untuk membuat kue putu sangat alami, mulai dari kelapa, gula merah dan santan semua dibeli di pasar tradisional. “Semua bahan berkualitas nomor satu. Jadi tidak akan bau ataupun hambar. Makanya saya berani jual, meski keuntungan kecil, tapi puas melihat produknya habis,” tandasnya.
Tak hanya kue putu, Siswoyo juga menyajikan menu cemilan tradisional lain. Seperti cenil, klepon, dan lupis.
Usut punya usut, dalam kurun waktu beberapa jam saja, Siswoyo bisa menjual 600 sampai 700 porsi kue. Itu belum termasuk pesanan di rumah, loh. “Totalnya bisa mencapai 3.000 sampai 4.000 porsi,” katanya.
Satu porsi kue putu lanang berisi 9 buah. Harganya Rp 10.000 saja. Ini juga berlaku untuk pembelian klepon, cenil atau lupis.

Pabrik Kopi Senja Mataram


Menyeruput Sedapnya Kopi Malang

Malang juga memiliki kedai kopi yang cukup populer. Namanya Pabrik Kopi Senja Mataram. Lokasinya di Pasar Tawangmangu, sekitar 2 kilometer dari kota Malang. Karena dekat, waktu yang ditempuh untuk sampai di kedai ini dari pusat Kota Malang hanya 6 menit saja dengan menggunakan mobil ataupun motor.
Ada dua kopi yang terkenal di kedai ini, yaitu Juragan dan Arumdalu. Pamor kopi ini terkenal karena didapat dari petani-petani lokal Malang, seperti Semeru, Arjuno, Dampit dan Kawi. Yang membedakan kopi di Malang dengan kopi dari daerah lainnya adalah proses sortir yang tepat. Sehingga seluruh biji kopi yang dibuat benar-benar pilihan dan menghasilkan rasa yang apik.
Penasaran rasanya seperti apa? Dimas Samoedra Firman Alamsyah, owner Pabrik Kopi Senja Mataram menyeduh dan menyiapkan beberapa gelas kopi andalannya. Untuk kopi Arumdalu, tidak ada rasa asam dan sangat arabika. Rasa pahitnya pun tak terlalu pekat, sehingga bisa menjadi candu bagi yang mencicipi. Pun demikian halnya dengan Juragan. Kopi jenis arabika ini tak perlu ditambahkan susu atau gula di dalamnya. Rasanya pun tidak membuat perut eneg. Malahan enak saat dicecap di lidah.
Bagi yang tak suka minum kopi hitam, kedai ini menyediakan es kopi susu. Rasanya sedikit manis meski ada pahit dari seduhan kopinya.
Dimas bercerita, sebelum memberanikan diri membuka kedai kopi, dirinya berkeliling Indonesia terlebih dulu. Setelah beberapa tahun berkeliling, dia menemukan petani kopi lokal terbaik di Malang.  Akhirnya, tepat tahun 2013, dia pun menjajakan kopi di Pasar Tawangmangu. “Kebanyakan petani lokal memasok bahan baku kopi ke tengkulak. Makanya butuh cara untuk bujuk mereka memasok ke produsen kopi seperti kami,” ujar Dimas.
Sejak dibuka hingga saat ini, permintaan  konsumsi kopi di kedainya sangat tinggi. Dalam sehari saja, ada 150 orang yang datang ke kedainya. “Dari situ, saya bisa dapat omzet Rp 60 juta per bulan,” ujarnya.
Kalau ingin menyesap kopi di kedai ini, cukup siapkan uang Rp 10.000 per gelas. Jika dibandingkan, harga kopinya terbilang murah dibanding kopi yang dijajakan di kafe-kafe. Di sisi lain, harganya terbilang mahal bila dibanding penjual kopi di pasar.  
Menurut Dimas, harga kopi yang dijual terjangkau karena bahan baku yang dipasok tidak mengeluarkan ongkos kirim yang besar. Itu karena dia sudah bekerjasama dengan banyak petani yang ada di desa Dampit, Kawi, Arjuno dan Semeru. Soal harga kopi, Dimas mengaku cukup stabil. Dia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 24.000 untuk setiap kilonya.                       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terbaru