Melihat keseharian Suku Bajo, sang pengembara samudra

Minggu, 01 September 2019 | 15:36 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Melihat keseharian Suku Bajo, sang pengembara samudra


JELAJAH EKONOMI PARIWISATA - WANGI-WANGI. Bila mendengar suku Bajo, langsung teringat sang pengembara samudra yang dikenal sebagai manusia perahu.

Jika sedang di Wakatobi dan penasaran ingin melihat keseharian warga Bajo, datang langsung ke Desa Mola Raya di Pulau Wangi-Wangi Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Desa ini menjadi salah satu destinasi para turis.

Letaknya sekitar 28 km dari Bandara Matahora atau 0,5 km dari pusat ibu kota kecamatan Wangi-Wangi. Permukiman orang Bajo Mola Raya terdiri atas Mola Utara, Mola Bahari, Mola Selatan, Mola Samaturu, dan Mola Nelayan.

Baca Juga: Menyelami surga kecil bawah laut Wakatobi

Dengan cakupan luas area sekitar 8 hektare, lebih dari 8.057 jiwa orang Bajo bermukim di Mola Raya. Rumah tancap tertata rapi memanjang menyusuri tepi pantai menjadi pemandangan yang khas.

Di Mola Raya, para wisatawan berkesempatan mengenal kekayaan dan keunikan budaya orang Bajo melalui wisata walking tour, bersampan di perkampungan, dan menikmati kuliner tradisional.

Kami juga memiliki makanan seperti sashimi yakni hasil tangkapan ikan cakalang langsung dicacah lalu dimakan begitu saja, manis rasanya, kata Mukmin, warga Mola kepada Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN.

Baca Juga: PHRI harapkan perpres badan otorita pariwisata Wakatobi segera keluar

Para turis juga berkesempatan belajar membaca bintang yang menjadi keahlian orang Bajo. Ada empat bintang yang akrab dengan orang Bajo; pupuru alias bintang tujuh, kalajengking, bintang layang-layang, dan bintang kejora (timur).

Bintang ini sebagai penunjuk arah dan waktu, keadaan cuaca, serta penanda keberadaan ikan bagi orang Bajo, jelas Mukmin.

Satu lagi wisata yang tidak kalah menariknya yaitu mengamati lumba-lumba plus memahami cerita seputar kehidupan orang Bajo dan hubungannya dengan lumba-lumba atau lummu dalam bahasa meraka.

Baca Juga: Pemda Wakatobi tunggu badan otorita pariwisata Wakatobi

Keberadaan lumba-lumba menjadi penanda nelayan Bajo terhadap keberadaan ikan, umumnya ikan cakalang dan ikan tuna.

Berkembangnya permukiman Mola Raya sebagai salah satu tujuan wisata bahari di Wakatobi mulai sejak tahun 2013. Semenjak Bank Mandiri melalui Program Mandiri Bersama Mandiri (MBM) bekerjasama dengan British Council masuk membina kelompok masyarakat Desa Mola.

Terhitung sejak 2014 dan resminya 2015 kami sudah memiliki paket wisata Mola, jelas Ketua Lembaga Pariwisata (Lepa) Mola Samran.

Baca Juga: Melihat jejak Kesultanan Buton di Wakatobi, benteng hingga kain tenun nan menawan

VP Bank Mandiri area Sulawesi Tenggara Ganjar E. Suganda mengatakan, Bank Mandiri melihat potensi ekonomi yang bisa digarap di Wakatobi masih cukup besar. Oleh karena itu, pada prinsipnya Bank Mandiri siap mendukung pengembangan pariwisata Wakatobi agar dapat semakin meningkatkan ekonomi lokal, jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto

Terbaru