Memancing tawa lewat stand up comedy

Selasa, 17 Januari 2012 | 13:39 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 16 - 23 Januari 2012
Memancing tawa lewat stand up comedy

ILUSTRASI. motor listrik United T1800. Mulai dipasarkan, harga motor listrik United T1800 bersaing dengan Gesits dan Nmax


Suasana White Box Cafe yang baru saja diguyur hujan begitu hangat, Rabu (11/1) malam pekan lalu. Kehadiran sejumlah comic, pelaku stand up comedy, yang secara bergiliran melempar lawakan atawa joke segar mengocok perut pengunjung sehingga menghangatkan kafe yang terletak di Menteng, Jakarta, tersebut.

Begitulah salah satu kegiatan Stand Up Indo yang mereka sebut open mic. Komunitas comic yang baru lahir 13 Juli 2011 lalu ini memang rutin menggelar open mic dari satu kafe atau resto ke kafe atawa resto lain untuk mengasah kemampuan anggotanya dalam membanyol dan memancing tawa.

Contohnya, saban Minggu malam, Stand Up Indo menggelar open mic di gerai Es Teller 77 yang ada di Jalan Adityawarman Jakarta Selatan. Setiap Senin malam, mereka menyelenggarakan acara yang sama di Marley yang ada di Energy Building, SCBD lantai 2, Jakarta.

Oh, iya, stand up comedy merupakan salah satu genre komedi. Pelawak tampil seorang diri di hadapan penonton, dan berbicara langsung ke mereka dengan membawakan materi-materi lucu yang mengundang tawa. Sebutan bagi pelaku stand up comedy adalah comic, stand up comic, pelawak stand up, atau hanya stand-up saja.

Lalu, bagaimana awal kelahiran Stand Up Indo? Komunitas ini bermula dari pertemuan Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy dalam audisi Stand Up Comedy Indonesia di Jakarta yang diselenggarakan Kompas TV. Keduanya yang kemudian menjadi finalis acara ini berpikir, mereka butuh wadah untuk berlatih mempersiapkan diri menghadapi ajang itu.

Ernest dan Ryan melibatkan Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika, host Stand Up Comedy Indonesia serta Isman H. Suryaman, penulis cerita humor dari Bandung untuk membentuk wadah tersebut. Awalnya, mereka membuat akun Twitter bernama @StandUpIndo, dengan tujuan menjaring siapa pun yang ingin tahu tentang stand up comedy.

Sambutan para pengicau di Twitter luar biasa positif. Akhirnya, 13 Juli 2011, kelimanya bersama comic lain manggung di Comedy Cafe, Kemang, Jakarta Selatan. Sekitar 200 orang hadir menyaksikan aksi stand up comedy mereka. “Alasan dibuat menjadi komunitas karena kami bikin event dan banyak penggemarnya,” ujar Ernest. Makanya, tanggal 13 Juli 2011 pun dipilih sebagai tanggal kelahiran Stand Up Indo.

Saat ini, Ernest bilang, Stand Up Indo, punya dua departemen: internal dan eksternal. Isman memegang departemen internal. Tugasnya merekonsiliasi orang-orang di dalam komunitas, termasuk melakukan koordinasi dengan anggota yang ada di daerah. Kemudian, membuat diktat soal stand up comedy untuk menjadi acuan anggota yang mau belajar menjadi seorang comic.

Sedangkan Ernest kebagian memimpin departemen eksternal yang bertugas menjalin mitra dengan media massa dan sponsor serta mengelola jejaring sosial Stand Up Indo di Twitter dan YouTube.

Mempunyai 44 cabang

Meski belum genap berusia enam bulan, komunitas ini sudah punya cabang di 44 kota, seperti Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Denpasar, dan Samarinda.

Stand Up Indo Samarinda, misalnya, terbentuk dari ketertarikan Setiawan Yogy terhadap stand up comedy yang sedang booming di Jakarta. Lantas, timbul keinginannya mencoba mendirikan komunitas stand up comedy di ibukota Kalimantan Timur itu. Kemudian, dia bergabung dengan akun twitter @StandUpIndo. “Beruntung mention saya dibalas dan saya diminta bertanya langsung tentang step by step bagaimana mendirikan Stand Up Indo kepada Ernest,’’ kisahnya.

Latar belakang anggota Stand Up Indo beragam; mulai dari pelajar, mahasiswa, karyawan, office boy, hingga pengusaha. Rindradana, salah satunya. Mahasiswa S3 Universitas Indonesia yang mengambil disertasi soal stand up comedy ini bergabung dengan Stand Up Indo, September 2011. Metode eksperimental yang Rindradana pakai dalam disertasi mengharuskannya untuk bereksperimen sebagai comic. Karena itu, “Saya menjadi anggota Stand Up Indo,” kata pria yang tengah menjajal bisnis properti ini.

Selain open mic, kegiatan rutin komunitas ini adalah stand up nite. Ini adalah sebuah acara berbayar yang menampilkan kemampuan para comic. Setiap comic menyajikan bahan lawakan segar yang mampu membangkitkan tawa penonton yang hadir selama 15 menit atau 20 menit.

Dalam deretan para comic pengisi stand up nite selalu ada headliners alias bintang tamu. Mereka adalah para comic senior, seperti Pandji dan Dika. Jumlahnya tiga atau empat orang dalam setiap acara. “Biasanya tampil terakhir,” ujar Luqman Baehaqi, salah satu pengurus Stand Up Indo.

Komunitas ini menggelar stand up nite minimal sebulan sekali. Tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga Bandarlampung, Depok, Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Salah satu contohnya adalah stand up nite di Teater Usmar Ismail, Jakarta, 28 Desember 2011 lalu. Jika tidak ada perubahan rencana, 30 Januari 2012 nanti, komunitas itu bakal mengadakan stand up nite lagi. Cuma, Luqman mengungkapkan, lokasinya belum pasti, masih dalam pembahasan.

Kegiatan amal

Tak hanya itu, Luqman menambahkan, Stand Up Indo juga menyelenggarakan kegiatan amal lewat Laugh 4 Love. Acara ini berlangsung 17 Agustus 2011 lalu di Rolling Stone Cafe, Jakarta Selatan. Acara ini untuk mengumpulkan dana buat bayi kembar tiga – Adeela, Adeena dan Adeeva – yang ditinggal ibunda mereka yang meninggal saat proses persalinan.

Supaya bisa menjadi comic yang andal, Ernest menuturkan, seseorang harus rutin ikut open mic. Semakin sering terlibat dalam acara ini, kemampuan seorang comic bakal meningkat dalam memilih dan menyajikan materi stand up comedy. “Dapat respons yang bagus, orang-orang suka, sudah langkah awal yang bagus untuk menilai dirinya sendiri,’’ kata Ernest.

Stand Up Indo Samarinda juga rutin menggelar open mic sejak September 2011. Hanya awalnya, mereka punya pengalaman pahit mencari lokasi untuk latihan. Banyak kafe di Samarinda yang menolak sebagai lokasi open mic.

Akhirnya, Stand Up Indo Samarinda menemukan Zupa-zupa Cafe yang bersedia jadi lokasi open mic perdana mereka pada 23 September 2011.

Tapi, situasi berubah setelah stand up comedy booming. ‘‘Sekarang, beberapa kafe yang pernah menolak sudah berbalik merengek agar Stand Up Indo Samarinda mau perform di tempatnya,” ungkap Yogy.

Open mic, Ernest menyatakan, bukan hanya menjadi ajang latihan, tapi juga batu loncatan bagi para comic melenggang ke stand up nite. Bahkan, lebih dari itu, mereka bisa ikut mengisi acara stand up comedy di televisi atau malah jadi sumber penghasilan baru. ‘‘Kalau sudah jadi industri, ada orang yang dapat penghasilan dengan menulis materi stand up comedy tanpa harus perform,” ucap Ernest.

Dari open mic, Rindradana juga sempat manggung di stand up nite di Bandung pada November 2011. Dan, ia terbuka dengan kemungkinan menjadikan stand up comedy sebagai sumber penghasilan sampingannya. “Saat ini, masih lebih memandang stand up comedy sebagai hobi atau untuk kesenangan. Tapi, kalaupun ternyata ada kesempatan, ya, mau saja.” kata Rindradana.

Anda berminat?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru