JAKARTA. Awal tahun ini para produsen menggunakan ajang Consumer Electronics Show di Las Vegas, Amerika Serikat, untuk memamerkan beragam ponsel tablet dan komputer tablet teranyar. Mulai dari LG G Slate, Motorola Xoom, dan Toshiba Honeycomb.
Demam tablet berlanjut saat ajang Mobile World Congress, pada Februari lalu. HTC meluncurkan HTC Flyer untuk menandingi ponsel tablet Galaxy Tab 2 dan Acer Inconia.
Di Indonesia, ketika sistem Android semakin marak, ponsel tablet juga mulai tumbuh. "Tablet memasuki pasaran baru-baru ini, jadi masih dalam masa pertumbuhan," kata Riadi Sugihtani, Direktur Pemasaran Huawei Indonesia.
Menurutnya, ponsel tablet dengan layar sentuh memiliki keunggulan lantaran menawarkan portabilitas alias mudah dibawa ke mana-mana. Layar yang cukup lebar untuk mengakses konten internet membuat pengguna lebih nyaman ketimbang ponsel-ponsel pintar QWERTY.
Semula, pasar ponsel tablet di Indonesia didominasi Samsung. Produsen ponsel asal Korea Selatan ini merilis Samsung Galaxy Tab sejak tahun lalu. Langkah ini diikuti oleh produsen ponsel yang sudah mapan, seperti LG dan Motorola.
Memang, pasar ponsel tablet masih berusia muda di Indonesia. Harganya pun masih terhitung mahal. Padahal, jika Anda jeli, sebenarnya ponsel tablet berharga terjangkau sudah tersedia di pasaran. Ada beberapa faktor yang membuat perbedaan harga ponsel tersebut.
Seperti produk elektronik pada umumnya, komponen produksi dan pemasaran sangat mempengaruhi harga jual. Komponen utama yang membuat perbedaan itu terletak pada panel layar sentuh. Ada layar yang capasitive dan ada yang resistive. Umumnya, ponsel tablet dengan resistive harganya lebih murah dengan kemampuan andal.
Menurut situs Know Your Mobile, layar resistive memiliki beberapa layer, sehingga diperlukan sentuhan lebih keras di layar untuk mengoperasikannya. Misalnya memakai kuku atau bolpen. Layar resistive bisa mengenali tulisan tangan dan sensitif dalam kondisi udara apa pun.
Layar capasitive hanya memerlukan sedikit sentuhan, namun harus sentuhan jari yang bersifat organik. Kehebatan capasitive adalah memungkinkan multitouch. Sayangnya, capasitive sangat sensitif jika kelembaban sentuhannya mencapai 5%. Jadi, bukan berarti layar resistive itu lebih jelek dari pada capasitive.
Penggunaan layar resistive lebih banyak karena teknologi sudah lebih lama matang, seperti pada produk Huawei Ideos S7 dan ZTE Light.
Ukuran layar juga memengaruhi harga jual. Layar yang lebih kecil tentu juga harganya lebih murah. Umumnya ponsel tablet memiliki layar di atas 6 inci.
Hal lain yang menentukan adalah jenis prosesor dan memori internal. Jeroan yang satu ini akan membedakan otak ponsel. Ideos S7, misalnya, berlayar resistive namun memiliki prosesor Snapdragon 1Ghz. Sehingga, kemampuannya setara dengan ponsel tablet lain.
Memori internal yang semakin besar juga memudahkan ponsel sebagai alat penyimpan data. Yang tak kalah penting, memori bisa ditambah dengan adanya slot SD card.
Natalia Sutanto, Public Relations ZTE Indonesia, menambahkan, kemampuan baterai menentukan harga ponsel tablet. Konsumen dengan mobilitas tinggi memerlukan baterai yang lebih tahan lama. ZTE Light memiliki baterai yang memungkinkan ponsel siaga selama 500 jam.
Selain itu juga perlu memperhatikan konektivitas dan jaringan. Ponsel tablet memudahkan koneksi telepon dan internet melalui jaringan 3G, WiFi dan bluetooth. Ada pula ponsel tablet yang hanya beroperasi di jaringan GSM. Seperti Ideos. Lalu, ponsel berjaringan CDMA dan GSM, seperti Galaxy Tab.
Jangan lupakan fungsi hiburan, seperti kamera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News