Mengenal Babel sebagai Maladewa-nya Indonesia

Kamis, 01 Maret 2018 | 18:34 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Mengenal Babel sebagai Maladewa-nya Indonesia

ILUSTRASI. PULAU LENGKUAS BELITUNG


INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) terus berbenah dalam memajukan industri pariwisata dalam rangka mewujudkan wilayah itu sebagai salah satu dari 10 “Bali Baru” Indonesia. Untuk mempercepat mewujudkannya, maka diperlukan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak swasta.

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Babel ikut mendukung gerakan percepatan mewujudkan wilayah tersebut sebagai salah satu destinasi wisata baru di Indonesia. Dukungan itu, misalnya, dengan menyambut baik rencana lima investor asing yang siap berinvestasi di Pulau Belitung senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 5 triliun.

“Saya bersyukur Pak Gubernur Erzaldi Rosman Djohan adalah sosok yang punya visi baik tentang pariwisata sehingga dengan adanya investasi itu Babel sebagai Maldives Island (Maldives) atau Maladewa-nya Indonesia bisa segera terwujud,” kata Ketua Kadin Provinsi Babel, Thomas Jusman dalam keterangan resminya, Kamis (1/3).

Gubernur Kepulauan Babel Erzaldi pada Senin (26/2) lalu menerima kunjungan lima investor asing yang berencana berinvestasi di Pulau Belitung. Erzaldi menyambut baik rencana kelima pengusaha yang terdiri atas Greaves dari Kanada, Ameenulahu Bin Abu Hameed dari Malaysia, Nazarisham Bin Muhamed Isa dari Singapura, Sinpraseuth Robert dari Australia dan Subramani dari India.

Kehadiran mereka juga ditemani oleh Edi Kodri, salah seorang tokoh masyarakat dan pengusaha asal Belitung

Menanggapi rencana tersebut, Thomas mengatakan, Kadin Babel sejak awal berharap muncul gubernur yang memiliki visi mengembangkan potensi Babel di luar pertambangan timah.

Kendati industri pertambangan tetap menjanjikan, akan tetapi perlu proses transformasi melalui prinsip pengelolaan pertambangan yang baik dan benar (good mining practice) menuju sektor industri yang lain seperti pariwisata.

Pasalnya, industri ini sangat menjanjikan di masa mendatang untuk wilayah Babel. Inilah yang kerap disebut sebagai sunrise industry atau industri yang menjanjikan.

Karena Babel memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, menurut Thomas, sudah waktunya para kepala daerah di wilayah itu mendorong kemajuan industri pariwisata. Itu boleh jadi sebagai salah satu alternatif dan menjadi solusi untuk mengangkat sektor-sektor industri lainnya yang meliputi pertanian, perkebunan serta kelautan dan perikanan.

Selain Kawasan Strategis Prioritas Nasional (KSPN) Tanjung Kelayang, Belitung yang telah ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata yang baru, maka Bangka juga mengharapkan hal yang sama: berharap mendapat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Oleh karena itu, selain pemerintah provinsi, Thomas sebagai Ketua Kadin Babel merupakan salah satu pengusul dan pemrakarsa percepatan KEK di Bangka. Adapun lokasi KEK yang diusulkan adalah KEK Pantai Timur Sungailiat. “Sebagai putra daerah, kami mengajak teman-teman untuk bersama-sama mewujudkan KEK tersebut,” tutur Thomas.

Karena Gubernur Erzaldi punya visi yang sama dalam mengembangkan potensi pariwisata di Babel, maka percepatan KEK itu menjadi keniscayaan. Bahkan tidak hanya satu melainkan ditambah dengan KEK Tanjung Gunung.

Menurut Thomas, dalam berbagai kesempatan baik pemerintah provinsi maupun Kadin acap mempromosikan Babel sebagai daerah tujuan wisata. Investor dipersilakan mengunjungi wilayah itu dan lihatlah keindahannya.

Umumnya, mereka yang mengunjungi Babel terkesan dengan keindahan alamnya sehingga tanggapannya selalu positif. Mereka berpendapat bahwa potensi pariwisata tersebut sudah seharusnya digarap secara serius.

Selain dikenal karena keindahan alamnya, menurut Thomas, Babel juga dikenal karena keharmonisan kehidupan masyarakatnya terutama antar-umat beragama. Nyaris tidak ada sekat-sekat dalam kehidupan masyarakat antar-golongan maupun antar-umat beragama.

Lantas apa saja potensi pariwisata yang ada di Babel? Thomas bercerita, selain keindahan pantainya, para pengunjung juga bisa merasakan wisata religi dan wisata sejarah di wilayah itu.

Untuk wisata religi, misalnya, setidaknya ada tujuh lokasi yang bisa dikunjungi wisatawan yang antara lain Goa Maria Pelindung Segala Bangka, Belinyu, Keuskupan Yong Fo dan Goa Maria, Puri Tri Agung, Kelenteng Kwan Tie Miaw dan Masjid Kayu. Sedangkan untuk wisata sejarah, pengunjung bisa melihat-lihat tempat pengasingan para pendiri bangsa seperti pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta di Bukit Menumbing, Muntok, Bangka.

Selain itu, Thomas bersama teman-temannya berencana membangun wisata religi ikonis seluas sekitar 5 hektare di daerah Sungailiat. Gagasan ini berangkat dari rasa keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan di Babel. Konsepnya kelak 70% untuk publik dan 30% untuk religinya.

Bangunannya pun diupayakan tetap tidak merusak lingkungan dengan kata lain mempertahankan keaslian alamnya. “Sebagai wujud cinta pada Tuhan adalah mencintai lingkungan dan alamnya. Juga mencintai sesama umat manusia. Kami menamainya ‘Taman Bintang Samudera’. Proyeknya sekitar Rp 200 miliar,” kata Thomas.

Di samping itu, Thomas juga berupaya mempromosikan pariwisata Babel lewat perhelatan akbar pada hari ulang tahun organisasi pengusaha pengembang yaitu REI. Sebagai Ketua DPD REI Babel dan tuan rumah peringatannya, Thomas melihat acara dan kegiatan REI bisa menjadi ajang mempromosikan pariwisata Babel.

“Kendati kami adalah ‘pendatang baru’, teman-teman REI pusat mendukung kami. Ini adalah langkah konkret yang bisa kami lakukan. Babel ini boleh dibilang ‘paradise’ Indonesia dan itu given,” kata Thomas.

Kunjungan wisatawan ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terus meningkat saban tahun. Pada 2017, misalnya, mencapai 367.084 atau naik sekitar 21,72% dibandingkan 2016 yang mencapai 359.901. Pemprov Babel juga optimistis target wisatawan asing sekitar 500 ribu orang akan tercapai pada 2019. Selama ini, jumlah turis asing yang berkunjung ke Babel mencapai 6 ribu hingga 7 ribu orang per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto

Terbaru