KONTAN.CO.ID - Simak apa itu mobil hidrogen atau FCEV beserta kelebihan dan kekurangan. Dunia otomotif semakin berkembang salah satunya adalah pengembangan mobil berbasis hidrogen.
Mobil FCEV merupakan singkatan dari Fuel Cell Electric Vehicle, yaitu kendaraan listrik yang menggunakan sel bahan bakar (fuel cell) sebagai sumber energinya.
Berbeda dengan mobil listrik biasa (BEV/Battery Electric Vehicle) yang memakai baterai sebagai penyimpan daya, mobil FCEV menghasilkan listrik sendiri dari reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen.
Singkatnya, mobil FCEV adalah mobil listrik yang "bikin listriknya sendiri" dari hidrogen, menjadikannya alternatif kendaraan masa depan yang bersih dan efisien, asal infrastrukturnya mendukung.
Baca Juga: GIIAS 2025 Ditutup, Apakah Harga Mobil Listrik BYD Atto 1 Akan Naik?
Cara kerja teknologi FCEV
Melansir dari laman otomotif Car and Driver, berikut ini cara kerja bahan bakar mobil hidrogen FCEV:
- Hidrogen disimpan dalam tangki khusus bertekanan tinggi di mobil.
- Ketika mobil dijalankan, sel bahan bakar akan mengubah hidrogen menjadi listrik melalui proses elektrokimia dengan oksigen dari udara.
- Listrik yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan motor listrik.
- Sisa prosesnya hanya berupa uap air, sehingga tidak menghasilkan emisi gas buang berbahaya.
Ringkasnya:
- Bahan bakar: Hidrogen (H₂)
- Reaksi: Hidrogen + Oksigen → Listrik + Uap air (H₂O)
- Emisi: Tidak ada gas buang berbahaya, hanya uap air.
Baca Juga: Nasib LCGC Saat Mobil Listrik Murah Makin Bergairah
Kelebihan dan kekurangan mobil FCEV
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari mobil Hidrogen atau FCEV.
1. Kelebihan Mobil FCEV
a. Ramah lingkungan
Salah satu keunggulan utama mobil FCEV adalah sifatnya yang sangat ramah lingkungan. Mobil ini hanya menghasilkan uap air sebagai emisi dari proses reaksi antara hidrogen dan oksigen dalam sel bahan bakarnya. Tidak ada emisi gas buang seperti karbon dioksida (CO₂), nitrogen oksida (NOx), atau partikel polutan lainnya seperti pada kendaraan berbahan bakar fosil. Oleh karena itu, FCEV dianggap sebagai solusi kendaraan masa depan yang bisa membantu menurunkan polusi udara dan mengurangi dampak perubahan iklim.
b. Waktu pengisian bahan bakar cepat
Berbeda dengan mobil listrik baterai (BEV) yang butuh waktu lama untuk pengisian daya, FCEV hanya membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 5 menit untuk mengisi ulang hidrogen di stasiun pengisian bahan bakar. Waktu ini hampir setara dengan pengisian bensin atau solar di SPBU konvensional, menjadikannya lebih praktis untuk perjalanan jauh atau penggunaan sehari-hari tanpa harus menunggu lama.
c. Jarak tempuh panjang
Mobil FCEV umumnya memiliki jarak tempuh yang cukup jauh, bahkan bisa menyamai atau melebihi kendaraan bermesin bensin atau diesel. Dalam satu kali pengisian tangki hidrogen, beberapa model FCEV mampu menempuh lebih dari 500 kilometer. Hal ini membuatnya cocok untuk penggunaan jarak jauh tanpa kekhawatiran kehabisan daya di tengah perjalanan.
Baca Juga: BYD Optimistis Pasar Mobil Listrik Makin Menarik
2. Kekurangan Mobil FCEV
a. Infrastruktur pengisian hidrogen sangat terbatas
Salah satu tantangan terbesar bagi adopsi FCEV adalah minimnya stasiun pengisian bahan bakar hidrogen, terutama di negara berkembang atau wilayah pedesaan. Infrastruktur hidrogen saat ini masih sangat terbatas dan sebagian besar hanya tersedia di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, atau Amerika Serikat bagian tertentu. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, pengguna FCEV akan kesulitan mengisi bahan bakar, membatasi mobilitas dan kenyamanan pengguna.
b. Harga kendaraan dan bahan bakar hidrogen masih mahal
FCEV tergolong teknologi baru yang masih belum diproduksi secara massal dalam skala besar. Akibatnya, harga jual mobil FCEV saat ini masih relatif tinggi dibandingkan dengan mobil listrik biasa atau mobil konvensional. Selain itu, harga hidrogen sebagai bahan bakar juga cenderung mahal, terutama di wilayah yang belum memiliki infrastruktur produksi dan distribusi hidrogen lokal yang efisien.
c. Produksi hidrogen belum sepenuhnya ramah lingkungan
Walaupun mobil FCEV tidak menghasilkan emisi berbahaya saat digunakan, proses produksi hidrogen itu sendiri masih menyisakan masalah lingkungan. Saat ini, sebagian besar hidrogen diproduksi melalui metode yang menggunakan gas alam (proses steam methane reforming), yang justru menghasilkan emisi karbon cukup besar.
Apabila hidrogen tidak dihasilkan dari sumber energi terbarukan seperti elektrolisis air dengan energi surya atau angin, maka dampak lingkungannya tidak jauh berbeda dengan bahan bakar fosil.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa hidrogen yang digunakan benar-benar bersumber dari proses yang berkelanjutan.
Baca Juga: Mobil Listrik Rp 200–500 Juta Jadi Incaran Konsumen, Ini Strategi Produsen
Contoh Mobil FCEV:
Ada beberapa mobil hidrogen atau FCEV yang sudah beredar di belahan dunia seperti:
- Toyota Mirai
- Hyundai Nexo
- Honda Clarity Fuel Cell
Jadi, meskipun disebut mobil listrik, FCEV tidak perlu di-charge seperti mobil listrik biasa, karena listriknya dihasilkan langsung dari reaksi kimia hidrogen dan oksigen di dalam mobil.
Demikian informasi terkait apa itu mobil hidrogen atau FCEV beserta kelebihan dan kekurangan.
Tonton: Transaksi GIIAS Turun dari Tahun Lalu, Gaikindo Akan Revisi Target Penjualan Mobil 2025
Selanjutnya: Alexander Isak Membangkang! Eddie Howe Murka, Transfer ke Liverpool Memanas
Menarik Dibaca: Apakah Bagus Makan Apel untuk Diet Menurunkan Berat Badan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News