Menikmati cita rasa jantan cerutu

Senin, 04 April 2011 | 08:41 WIB Sumber: Harian KONTAN, 2 April 2011
Menikmati cita rasa jantan cerutu


Siapa tak kenal Ruhut Sitompul? Sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrat, wajahnya memang kerap wara-wiri di layar kaca. Namun, tahukah Anda bahwa saban hari Ruhut tak pernah lepas dari kebiasaan menghisap sebatang cerutu Cohiba Siglo VI? Baginya, cerutu itu sudah menjadi teman sehari-hari. "Saya minimal menghabiskan sebatang cerutu setiap hari," ujar Ruhut.

Perkenalan Ruhut dengan cerutu dimulai sejak 20 tahun silam. Waktu itu, Ruhut masih berprofesi sebagai pengacara. Profesinya itulah yang membawa Ruhut menjadi penggila cerutu.

Memang, di dunia pengacara, sebatang cerutu dengan kepulan asap yang membubung selalu menjadi teman setia ketika para pengacara kongkow. Berawal dari situ, Ruhut kepincut menghisap rokok raksasa ini. Lambat laun, dia mulai menghadiahkan cerutu sebagai cendera mata kepada relasinya.

Untuk membeli satu batang cerutu, Ruhut bisa merogoh kocek sebesar Rp 400.000 hingga Rp 700.000. "Dulu saya bisa nyigar tiga batang sehari," kata Ruhut.

Kaya rasa

Salah satu alasan Ruhut jatuh cinta pada cerutu ialah sensasi rasa yang berbeda ketika menghisapnya. Menurutnya, menghisap dan mengepulkan asap cerutu sangat mengisyaratkan kejantanan.

Rasa berbeda pun tak kalah membuat Ruhut terpikat. Sebetulnya, rasa cerutu bisa dibedakan dari pembungkusnya. Semakin gelap warna pembungkus, semakin kaya rasa cerutu tersebut. Sebaliknya, semakin muda warna pembungkus, rasanya pun makin ringan.

Beberapa rasa cerutu yang umum ditemui antara lain cokelat, kopi, kacang, apel, dan vanila. Oh ya, cerutu yang bagus biasanya ditandai dengan tak adanya rasa asap.

Sensasi mengisap cerutu itu pula yang membuat Roy Kurniawan, Direktur Utama PT Cuban Cigar Indonesia, menjadi seorang penggemar cerutu. Perkenalan Roy dengan cerutu terjadi sekitar enam tahun lalu. Waktu itu, ia masih berprofesi sebagai penasihat keuangan untuk perusahaan-perusahaan asal AS.

Sejak saat itu, setiap kali melancong ke luar negeri, Roy selalu menyempatkan diri membeli cerutu. "Harga cerutu di luar lebih murah dibandingkan di sini," ujar Roy. Baginya, aroma cerutu bisa membuatnya rileks dan ampuh melepas penat. Tak hanya sebatas menikmati rasa unik, cerutu pun terbukti dapat memperluas jaringan Roy.

Saking hobinya menghisap cerutu, Roy bahkan berani menjajal bisnis cerutu. Ceritanya begini, pada pertengahan 2007, banyak perusahaan AS mengalami kolaps akibat krisis finansial. Ini membuat Roy kehilangan banyak klien.

Saat itulah, ia melihat peluang dari bisnis cerutu. "Tren ini diawali dengan munculnya cigar lounge di hotel-hotel papan atas," kata Roy.
Akhirnya, Roy memutuskan mendirikan perusahaan penyalur cerutu dari Kuba dan Dominika. "Kebanyakan saya memasok ke hotel-hotel bintang lima di Jakarta, Surabaya, dan Bali," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru