Jalan-jalan ke Bandung, Jawa Barat, kurang klop bila tak menjajal aneka kuliner yang ditawarkan Kota Kembang ini. Nah, salah satu tempat makan yang bisa Anda jajal adalah Warung Sangrai. Warung ini berlokasi di Jalan R.E. Martadinata atau yang lebih populer dengan Jalan Riau. Warung ini bersebelahan dengan factory outlet dan berseberangan dengan kantor pos.
Di warung yang berdiri tahun 2011 ini, Anda akan disuguhi menu olahan daging burung puyuh. Sajiannya ada goreng, ada juga bakar, bisa goreng original, bisa juga kremes. Olahan puyuh ini disandingkan dengan sambal yang beragam. Pembeli bisa memilih sesuai selera. Ada ekstra rawit, cabe ijo, cabe garam, sambal tojo. Sudah terbayang rasanya?
Si empunya berani menyajikan menu utama burung puyuh karena nutrisi gizi ini dinilai lebih baik ketimbang unggas lain dan rendah kolesterol.
Dalam sehari bisa sampai 600 burung puyuh ludes dipesan pembeli. Pihak pengelola mengaku tak kesulitan mencari pa-sokan puyuh sebab sudah ada peternak yang menyuplai. “Puyuhnya dari peternak puyuh di daerah Jawa Tengah,” tutur Tirta Nahari, Franchise Service Manager Warung Sangrai.
Suasana tempat makan ini relatif nyaman. Meja dan kursi kayu tertata rapi. Kehadiran dekorasi kandang burung yang tergantung di dinding mempercantik tampilan kedai.
Warung ini mampu menampung 30 orang sampai 40 orang. Tak ada pendingin ruangan atau kipas angin di tempat makan ini. Jelas saja, suhu Bandung yang sejuk membuat tempat makan ini tidak memerlukan pendingin ruangan.
Untuk menunya, Anda bisa memesan paket nasi dan memilih komponennya secara terpisah. Anda bisa memilih jenis daging puyuh, tingkat kepedasan, dan pelengkap daging puyuh, seperti nasi, tempe, lalap, dan aneka gorengan. “Kalau favorit pembeli adalah kombinasi puyuh prancis dengan sambal level rawit dan nasi merah,” ungkap Tirta.
Wah, puyuh prancis? Ya, puyuh jenis prancis ini memiliki ukuran tubuh yang terbilang besar ketimbang puyuh biasa. Bayangkan, satu ekor puyuh prancis mampu menutup satu piring berdiameter 30 sentimeter (cm).
Burung puyuh prancis goreng berukuran jumbo ini disajikan dengan olesan sambal rawit di atasnya. Nasinya sendiri diberikan secara terpisah. Anda bisa memilih nasi merah sebagai teman menyantap si puyuh goreng ini. Ohya, dalam sepiring nasi merah itu disajikan juga sejumput urap.
Pasti tak sabar mencicipinya, deh. Puyuh goreng yang berwarna kecokelatan yang ditindih sambal rawit membuat penasaran akan rasanya. Pramusaji Warung Sangrai sengaja tidak menyediakan sendok dan garpu kala mengantar menu ini. Anda memang dianjurkan menikmati makanan dengan tangan langsung.
Nah, yuk kita sobek daging burung puyuh dan cocol dengan rawitnya. Ternyata daging puyuhnya bertekstur lembut, jadi tak susah dinikmati. Rasa dagingnya sendiri gurih. Namun ketika kelembutan daging beradu dengan sambal rawit maka seketika itu mulut Anda akan terasa meledak karena kepedasan si rawit. Cocolan demi cocolan sambal rawit akan membuat wajah Anda diguyur keringat.
Tirta menjelaskan, memang ada bahan rahasia dari sambal rawit yang kerap disajikan. “Ada beberapa jenis cabai rawit dan jenis cabai lainnya yang kami pakai untuk membuat sambal,” aku Tirta yang enggan membeberkan jenis cabai yang dipakai kedainya. Di sela-sela menyantap daging tersebut, sajian urap menggandakan rasa segar yang datang dari sambal dan daging puyuh.
Sajian oncom puyuh
Bagi Anda yang tidak terlalu suka dengan rasa pedas, hidangan paket nasi tutug oncom dengan daging burung puyuh menjadi pilihan yang tepat. Kali ini, pramusaji menyisipkan sendok dan garpu untuk menyantap menu paket nasi ini.
Hidangan yang disajikan lebih lengkap dibandingkan dengan kombinasi Puyuh Perancis Rawit dengan nasi merah. Ukuran puyuh yang diberikan tidak sebesar puyuh perancis, tapi sama-sama puyuh utuh tanpa kepala.
Sajian nasi tutug oncom dan burung puyuh goreng ini dikelilingi dengan irisan tahu, tempe, lalap, ikan asin, sayur asem, dan sambal di dalam timun kecil. Daging puyuh ini tidak seempuk puyuh prancis, karena daging puyuh yang disajikan jenis daging puyuh lokal. Namun, rasanya lebih khas dan lebih gurih daripada puyuh prancis yang menjadi andalan di sini.
Ketika mencocol sambal, rasanya tidak sepedas level rawit, tapi pas di lidah. Ada sedikit rasa manis dan asam yang tersisip dari sambalnya. Paduan daging puyuh dan sambal terasa pas di lidah. Ditambah nasi yang berkolaborasi dengan oncom yang gurih, sudah tentu bakal lebih nikmat.
Untuk menemani di sela-sela hidangan utama, gigitan dari tahu, tempe, ikan asin, dan seruput sayur asem membuat sajian ini kaya dengan rasa. Tempe yang digoreng garing langsung remuk saat bertemu dengan permukaan lidah.
Nah, bila ingin menjajal menu berkuah Anda bisa mencicipi sop burung puyuh. Warna kuahnya yang bening memperlihatnya isian sopnya yang berupa tahu jepang, irisan kol, dan burung puyuh yang sudah dipotong menjadi lima bagian.
Racikan bumbu menyerap dalam tiap potongan daging burung puyuh. Energi yang dikeluarkan untuk mengunyah daging ini semakin berkurang dengan tekstur dagingnya yang semakin empuk. Rasa kuahnya juga pas mengiringi keempukan burung puyuh di dalamnya.
Bahkan, rasa tahu jepang yang disajikan di dalamnya serupa dengan rasa daging puyuh. Bedanya, tekstur lembut dari tahu jepang memungkinkannya langsung lumer di dalam mulut Anda.
Seporsi kombinasi daging puyuh prancis dengan sambal rawit dan nasi merah dibanderol Rp 42.000 dan Rp 28.000 untuk sop puyuh. Sedang paket nasi tutug oncom puyuh dihargai Rp 36.000.
Ingin mencobanya? Warung ini buka dari jam 9 pagi sampai 21.30.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News