MENJALA RIBUAN DUKUNGAN DEMI PEARL JAM

Sabtu, 12 Juni 2010 | 08:30 WIB   Reporter: Harris Hadinata, Fahriyadi
MENJALA RIBUAN DUKUNGAN DEMI PEARL JAM

ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporan kinerja APBN

Kalau mengikuti perjalanan musik rock di era 1990-an, mungkin Anda masih ingat kejayaan genre musik grunge. Genre musik ini semula tumbuh di Seattle, Amerika Serikat (AS), kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Sayang, genre yang sempat melejitkan band kondang macam Nirvana, Soundgarden, Alice In Chains, dan Pearl Jam ini, surut dengan cepat. Menjelang akhir era 90-an, popularitas genre ini mulai tenggelam.

Tapi, ada sekelompok orang yang tetap menganggap era kejayaan musik grunge belum berakhir. Mereka adalah para anggota komunitas Pearl Jam Indonesia, yang punya nama beken: PJId.

Sesuai namanya, PJId adalah wadah perkumpulan para penggila Pearl Jam, salah satu band yang mempopulerkan genre grunge ke seluruh dunia. “Pearl Jam Indonesia juga menjadi media berbagi koleksi antar-anggota,” papar Reza Lubis, salah satu pendiri PJId.

Saking gemarnya dengan band yang satu ini, cobalah tanyakan lagu Pearl Jam apa saja kepada para anggota komunitas PJId. Boleh dibilang mereka dengan mudah menjawab pertanyaan tadi.

Lazimnya penggemar, anggota komunitas PJId mengoleksi aneka rupa benda dan barang berbau Pearl Jam. Tengok saja koleksi Reza. Ia memiliki puluhan album Pearl Jam. Padahal, Pearl Jam sendiri baru merilis sembilan album studio, plus beberapa album konser dan kompilasi.

Reza rupanya bukan cuma mengoleksi album resmi band beranggotakan lima orang itu. Reza juga memiliki banyak album bootleg Pearl Jam. Bootleg adalah album yang tidak dirilis Pearl Jam secara resmi, tapi peredarannya legal. Isi bootleg biasanya rekaman konser, demo lagu, atau lagu yang langka (rare tracks).

Lain lagi dengan Awang, salah satu anggota komunitas Pearl Jam. Gara-gara di kota asalnya tidak menemukan teman-teman yang sealiran, arek Malang ini memutuskan pindah ke Jakarta. Sehingga, dia bisa berkumpul dengan orang-orang yang juga penggila Pearl Jam, dan bisa hadir di acara-acara tribute to Pearl Jam.

Gabungan dua milis

Nito Septian juga begitu. Ia rela diprotes anaknya kalau pulang malam gara-gara menghadiri acara Pearl Jam. Maklum, Nito mau tidak mau harus hadir di acara-acara Pearl Jam. Pria yang ngetop sebagai gitaris band Alv bersama Nugie ini sering diminta manggung setiap PJId menggelar acara musik.

Kegandrungan Nito akan Pearl Jam bukan cuma sampai di situ. Ia bahkan menamai anaknya Veddi. “Nama itu diambil dari Eddie Vedder, vokalis Pearl Jam,” jelasnya.

Komunitas PJId ini awalnya terbentuk gara-gara Reza kesulitan mencari teman yang sama-sama menyukai Pearl Jam. Padahal, ia ingin sekali mengajak ngobrol dan bertukar informasi mengenai band asal Seattle itu.

Saking sulitnya mencari teman mengobrol soal Pearl Jam, di awal-awal booming internet, Reza bergabung dengan mailing list (milis) Pearl Jam di luar negeri. Hingga, jaringan terbentuk, dan lahirlah milis penggila Pearl Jam di Indonesia.

Awal meluncur, Reza menamakan komunitas di internet ini Selai Mutiara. Nama itu merupakan terjemahan bebas dari kata Pearl Jam. Lewat milis ini, Reza mulai bertemu para penggemar Pearl Jam di Indonesia.

Belakangan, dari para anggota milis itu pula, Reza mengetahui ternyata ada pula milis lain yang membahas Pearl Jam di Indonesia, yaitu Ten Club. Nama Ten diambil dari judul album pertama Pearl Jam. Nah, sebagian anggota Selai Mutiara rupanya juga menjadi anggota Ten Club.

Karena banyak anggota kedua milis ini adalah orang yang sama, plus topik yang dibicarakan di kedua milis juga tidak jauh beda, kedua pengelola milis ini pun sepakat menggabung dua milis Pearl Jam di Indonesia. “Proses penggabungannya tahun 2005,” jelas Hilman Taofani, pendiri PJId lainnya, yang waktu itu terbilang salah satu senior di milis Ten Club.

Tanggal 4 September 2005, kedua milis itu pun resmi bergabung dan membentuk Komunitas Pearl Jam Indonesia. Untuk meresmikan penyatuan kedua milis itu, mereka menggelar acara Pearl Jam Nite dan mendeklarasikan komunitas tersebut pada acara itu.

Sejak saat itu, komunitas penggila Pearl Jam ini terus berkembang pesat. Bayangkan saja, kini jumlah anggota milis sudah sekitar 600-700 orang. Belum lagi anggota di Facebook. “Kalau di Facebook mencapai 1.000-an,” klaim Reza.

Pada tahap selanjutnya, komunitas ini bukan sekadar tempat bernostalgia bagi penggemar Pearl Jam. Perkumpulan ini memiliki segudang rencana, plus seabrek program.

Menurut Reza, komunitas ini punya niat lebih memasyarakatkan Pearl Jam di Indonesia. “Kami juga mengampanyekan soal Pearl Jam di publik,” papar pria yang bekerja di sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan hidup ini.

Menurut Nito Septian, salah satu anggota PJId, kepedulian lingkungan serta program-program bermanfaat lainnya merupakan salah satu kelebihan program di komunitas PJId. “PJId ini komunitas yang matang, mereka tahu apa yang diperbuat dan apa yang dituju,” ujar pria yang jago memetik gitar ini, mempromosikan keunggulan kelompoknya itu.

Jadi, jangan heran kalau agenda kegiatan komunitas ini lumayan padat. Tentu saja, di luar acara kepedulian sosial, setahun sekali, Pearl Jam Indonesia menggelar kegiatan bertemakan penghormatan untuk band idola mereka itu.

Salah satu acara spesial menghormati sang idola adalah Pearl Jam Nite. Ini adalah acara tahunan rutin dan digelar sejak 2005. Juni nanti, PJId bakal menggelar Pearl Jam Nite untuk kelima kalinya (lihat boks: Konser Musik Usai).

Pada acara ini, PJId mengundang beberapa band yang dianggap piawai membawakan lagu-lagu Pearl Jam untuk manggung. Beberapa anggota komunitas ini bahkan membentuk beberapa grup band bermazhab Pearl Jam.

Selain Pearl Jam Nite, PJId menggelar kampanye Bring Pearl Jam to Indonesia. Ya, para anggota komunitas ini berusaha mendatangkan artis pujaannya ke Indonesia. “Kami sudah menghubungi promotor-promotor untuk membicarakan hal itu,” ungkap Reza.

PJId juga tengah mengumpulkan tanda tangan sebagai bentuk petisi demi mendatangkan Pearl Jam ke Indonesia. Langkah ini mencontoh penggemar Pearl Jam di Cile yang sukses mendatangkan band pujaan mereka dengan petisi.

Targetnya, PJId bisa mengumpulkan 5.000 tanda tangan. Sejauh ini, komunitas ini baru sanggup mengumpulkan sekitar 1.000 tanda tangan.

Di luar acara serius, PJId punya acara santai yang rutin. Komunitas ini sering berkumpul dan berolahraga bareng, seperti basket dan futsal.

Kadang-kadang mereka juga menggelar karaoke berjemaah. Uniknya, karaoke ini dilakukan di studio musik. Kebetulan banyak anggota PJId yang jago memainkan alat musik.

Dan, jreng..., para anggota PJId pun menyanyikan lagu-lagu Pearl Jam seperti paduan suara atau bergantian. Kadang, mereka berebut mik dan tanpa ada yang mau mengalah. Toh, semua tampak riang gembira.

Mungkin mereka merasa seperti Eddie Vedder sedang pentas di muka penggemarnya.

Sepak terjang Pearl Jam hampir mirip dengan Iwan Fals, Leo Kristi, maupun Ully Sigar Rusady di Indonesia. Tak seperti kebanyakan musisi rock yang identik dengan hura-hura dan hal negatif lain, Pearl Jam justru rajin menyuarakan kritik sosial lewat lagu-lagunya.

Pearl Jam terkenal sebagai salah satu kelompok musik paling berteriak kencang mengenai masalah isu lingkungan hidup. Band asal Seattle ini juga aktif terlibat dalam kampanye dan kegiatan perdagangan karbon alias carbon trading.

Kepedulian Pearl Jam ini pun menginspirasi para anggota Pearl Jam Indonesia (PJId) untuk melakukan hal serupa. Karena itu, melalui acara Pearl Jam Nite V yang bakal digelar 5 Juni 2010, komunitas ini ikut menyuarakan aksi penyelamatan lingkungan.

PJId mengusung GreenVolution sebagai tema acara tahunan mereka kali ini. Asal tahu saja, konsep GreenVolution ini bukan sekadar latah mengikuti band idola mereka, lo.

Berbeda dengan acara Pearl Jam Nite di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini PJId menggelar konser musik tribute bagi Pearl Jam serta mengampanyekan program penyelamatan lingkungan hidup. “Jadi, ini bukan cuma acara hura-hura,” kata Nito Septian, salah satu anggota PJId.

Di luar acara tahunan, PJId mulai aktif menggelar program kepedulian lingkungan. Sebagai contoh, awal bulan ini, para anggota PJId menggelar kampanye penyelamatan satwa-satwa langka bertujuan untuk memicu kepedulian masyarakat terhadap satwa yang sudah hampir punah. Komunitas ini memanfaatkan situs jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter untuk menggelar kampanye.

Jenis satwa objek kampanye perlindungan pun tidak melulu perlindungan harimau, orang utan, serta jenis satwa langka lain yang sudah dikenal orang. Yang penting, satwa langka terancam punah. “Kami mencoba mengisi relung yang belum diisi orang,” ujar Reza Lubis, salah satu pendiri PJId.

Aksi peduli lingkungan ini juga ditunjukkan melalui kunjungan ke tempat-tempat yang mengalami kerusakan lingkungan. Salah satunya, Minggu (9/5) lalu, anggota PJId dan keluarganya mengunjungi Kali Pesanggrahan. Acara kunjungan ini dikemas dalam bentuk family gathering. Agenda ini antara lain bertujuan menumbuhkan kesadaran lingkungan mulai dari kalangan keluarga.

Ke depan, PJId berencana melakukan perdagangan karbon, seperti halnya idola mereka. Kelompok ini akan menghitung jumlah emisi dan polusi yang dihasilkan kegiatan Pearl Jam Nite V. “Kami akan hitung berapa polusi dari kendaraan yang datang ke acara itu, berapa energi listrik yang terpakai, dan sebagainya,” jelas Reza.

Selanjutnya, PJId akan menggunakan sebagian pendapatan tiket acara tersebut untuk gerakan penanaman pohon. Program ini bertujuan untuk mengatasi dampak lingkungan akibat penyelenggaraan perhelatan komunitas ini.

Anda ingin ikut menyelamatkan lingkungan bersama PJId? Kalau begitu, datang saja ke acara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru