Pakai BBM RON rendah, hemat di awal boros di bengkel

Rabu, 14 Juli 2021 | 09:53 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Pakai BBM RON rendah, hemat di awal boros di bengkel

ILUSTRASI. Petugas SPBU mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di SPBU Pertamina, Jakarta


OTOMOTIF - JAKARTA. Selain jarak tempuh kendaraan akan semakin jauh dan irit, bila setiap kendaraan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) RON tinggi, seperti Pertamax dan Pertamax Plus,  akan membuat mesin lebih awet.

"Ke performa mesin pun lebih baik, dan tidak meninggalkan timbal atau kerak. Berbeda kalau kita menggunakan Pertalite dan Premium yah, itu ada semacam kerak yang menempa di slinder headnya," kata Instruktur Mekanik Dedy Sexh dalam keterangannya, Selasa (13/7).

Semakin tinggi kandungan oktannya, maka semakin baik kualitas BBM dan performa yang akan dihasilkan oleh mesin.

Produk-produk Pertamax Series mampu meningkatkan akselerasi atau kecepatan kendaraan, membuat mesin lebih responsif, serta mampu melindungi mesin lebih awet dan tahan lama karena pembakaran yang lebih efisien dan bebas karat.

Baca Juga: Perdana! Pertamina layani BBM kapal perang angkatan laut India, INS Kiltan (P30)

Selain itu, produk Pertamax Series merupakan produk yang ramah lingkungan karena kandungan sulfur yang rendah sehingga buangan gas emisi dengan karbon lebih sedikit.

Untuk kandungan sulfur Pertamax maksimal 500 ppm, sementara kandungan sulfur Pertamax Turbo tidak lebih dari 50 ppm dengan kata lain setara Euro IV.

Dedy yang juga Spesialis kendaraan two stroke ini melanjutkan, bila penggunaan BBM dengan RON rendah biasanya akan meninggalkan kerak atau timbal, yang pada akhirnya akan membuat performa mesin lebih lambat dan cenderung boros pada BBM.

"Seperti di kendaraan roda dua, two stroke maupun empat tak, itu akan membuat performa lebih berat. Itu bisa dilihat kalau dibongkar, seher yang menggunakan BBM bagus dan tidak, itu kelihatan kalau dibongkar, yang menggunakan BBM RON bagus, gak ada kerak, tapi kalau pakai RON rendah itu terlihat sekali, ada kerak," kata dia.

Pemilik bengkel Ferdi Motor Sport (FMS) ini menyarankan, penggunaan BBM dengan kualitas baik seharusnya lebih digencarkan oleh pemerintah, mengingat di negara-negara besar sudah tidak lagi menggunakan BBM dengan RON rendah.

"Hanya di Indonesia dan negara tetangga yang masih tetap mengadakan, seharusnya masyarakat lebih didorong agar menggunakan BBM dengan kualitas baik, tetapi menghadirkan dengan harga yang terjangkau juga," beber dia.

Senada dengan Dedy Sexh, pengamat energi Mamit Setiawan juga berpendapat hal yang sama. Dampak yang dirasakan oleh mesin akan tidak awet bila kendaraan menggunakan BBM oktan rendah.

Baca Juga: Pertamina pastikan layanan selama masa PPKM tetap berjalan mengikuti prokes

Kendaraan, kata dia, dipastikan akan sering untuk pergi ke bengkel melakukan perawatan. "Saya juga sebagai pengguna kendaraan, itu berbeda sekali yah, selain mesin sering menggelitik, penggunaan BBM RON rendah itu bisa bikin sering ke bengkal," kata dia ketika dihubungi.

Lain soal, kata dia, bila menggunakan BBM dengan RON tinggi. Tentunya, itu akan membantu pengeluaran konsumen itu sendiri dalam melakukan perawatan.

"Hal ini sangat membantu konsumen, karena biaya perawatan berkurang serta tidak perlu sering-sering mengisi BBM karena jarak tempuh lebih jauh dan irit," ungkap dia.

Terkait penggunaan BBM RON tinggi yang semakin besar, kata Mamit, pemerintah harus terus melakukan sosialisasi manfaat dari penggunaan BBM RON tinggi.

Untuk itu, saran Mamit, perlu menggandeng komunitas-komunitas kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 dalam upaya sosialisasi kepada pengguna.

"Selain itu juga harus melakukan berbagai macam gimmick atau undian agar masyarakat beralih ke BBM RON tinggi seperti saat ini," ucapnya.

Upaya-upaya itu, lanjut Mamit, harus diteruskan dan dijaga serta dikembangkan dengan inovasi-inovasi lain, sehingga semakin menarik bagi konsumen. Hal yang tidak kalah penting adalah pelayanan di SPBU harus semakin di tingkatkan.

"Takaran juga harus semakin pas mengingat pengguna BBM RON tinggi saat ini adalah kelas menengah ke atas yang cukup kritis," jelas dia.

Baca Juga: Ini sejumlah faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan

Perlu diketahui, pemilihan BBM yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan bermotor ternyata bisa berakibat fatal berupa kerusakan mesin.

Pasalnya, bila mobil modern dipaksa menggunakan BBM oktan rendah, akan berdampak kepada perbaikan akibat kerusakan mesin bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Penggunaan dan pemilihan bahan bakar perlu pertimbangan. Karena, akibat penggunaan BBM RON rendah banyak dikeluhkan oleh pengguna kendaraan.

Seperti yang dirasakan oleh Instruktur Mekanik Bengkel Honda Sanggar Laut Group, Muh Arief Munafri. Banyak pelanggannya, yang mengeluhkan dampak dari penggunaan BBM RON rendah.

"Pelanggan awam paham mengisi bahan bakar, tapi tidak paham apa yang buat mobil bisa jalan dengan performa maksimal dan bikin awet mesin kendaraan," kata Arief.

Pertimbangan memilih bahan bakar itu krusial sebetulnya. Misal pengguna lebih pilih BBM Premium.

"Saat ini kita hemat, hemat di awal tapi boros di akhir. Lebih baik kita sedikit menambah rupiahnya tapi kualitas kita dapat jangka panjang," jelas dia.

Baca Juga: Sejumlah sentimen ini bisa menyetir rupiah hingga beberapa waktu ke depan

Banyak yang tidak disadari, kata dia, kerusakan pada mesin akibat penggunaan BBM oktan rendah dapat dilihat pada kotoran yang ada pada piston dan silinder yang warnanya hitam pekat.

"Kondisi piston menjadi hitam pekat seharusnya terjadi kalau kendaraan sudah lebih dari 10 tahun dengan catatan bahan bakarnya yang dipakai tepat," jelas Arief.

Kerusakan pada mesin akibat salah menggunakan bahan bakar dapat dilihat dari piston dan silinder headnya. Bila hasil pembakarannya hitam itu menunjukkan penggunaan bahan bakar yang boros.

"Kalau piston sudah hitam sekali berarti oktannya tidak sesuai karena meledak duluan, dia terbakar duluan jadinya menimbulkan kerak-kerak hitam," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto

Terbaru