Pendonor ginjal: kualitas dan harapan hidup tidak turun

Rabu, 18 Januari 2012 | 13:28 WIB Sumber: Harian KONTAN, 17 Januari 2012
Pendonor ginjal: kualitas dan harapan hidup tidak turun

ILUSTRASI. Jangan gunakan cheat map hack di Mobile Legends, akun kalian bisa dibanned 30 tahun!


Transplantasi ginjal menjadi solusi pengobatan terbaik bagi penderita gagal ginjal, terutama kasus gagal ginjal tahap akhir. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta memprediksi, ada sekitar 70.000 kasus gagal ginjal di Indonesia.

Namun, menurut Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Nur Rasyid, baru sekitar 10% dari jumlah kasus gagal ginjal tahap akhir yang menjalani terapi dan kurang dari 500 kasus yang berakhir pada transplantasi ginjal.

Transplantasi ginjal di Indonesia kurang berkembang karena kesulitan mendapat donor. Keengganan masyarakat mendonorkan ginjal ini lantaran keterbatasan informasi atau meyakini informasi yang salah mengenai risiko menjadi pendonor.

Mengutip data RSCM, dari total pendonor ginjal secara nasional, mayoritas didominasi oleh mereka yang mempunyai keterkaitan darah. Pendonor yang mempunyai hubungan keluarga ini jumlahnya mencapai 72%. Sedangkan pendonor yang tidak mempunyai keterkaitan darah tercatat hanya sekitar 28%. "Dengan kemajuan teknik transplantasi, seharusnya masyarakat tak perlu khawatir melakukan donor ginjal," kata Nur Rasyid.

Para peneliti kesehatan berhasil membuktikan orang yang mendonorkan ginjal tak akan menghadapi risiko kesehatan apa pun. Selama ini, dua ginjal pada manusia sehat masing-masing berfungsi dengan kapasitas 50%. "Dalam mendukung kegiatan tubuh manusia sehari-hari, kinerja ginjal hanya sekitar 25%," kata pakar penyakit dalam RSCM, Endang Susalit.

Untuk menjadi pendonor ginjal, harus menjalani beberapa tes kesehatan demi memastikan kondisi ginjal tak mengganggu kesehatannya pasca pecangkokan. Endang mengatakan, kinerja ginjal dari pendonor justru akan beradaptasi dan mengalami peningkatan. "Jadi ketakutan menjadi sakit setelah mendonorkan ginjal itu tidak benar. Sudah banyak contoh pendonor yang hidup sehat sejak mendonorkan ginjalnya sejak muda," papar Endang.

Chaidir A. Mochtar, pakar Urologi FKUI-RSCM, menjelaskan, pendonor hanya menanggung risiko saat menjalani operasi pengangkatan ginjal, seperti pendarahan dan infeksi. Namun, dua risiko ini dapat diredam berkat kemajuan teknik operasi dan obat-obatan.

Alhasil, risiko kematian akibat mendonorkan ginjal sangat kecil. Bahkan, hasil riset medis terkini menunjukkan donor ginjal tak akan mengubah tingkat harapan hidup atau kemungkinan mengalami penyakit ginjal dan masalah kesehatan lain. "Asal, pendonor rutin mengontrol dan memonitor fungsi ginjal dan tekanan darah, serta menerapkan hidup sehat," katanya.

Hambatan lain yang menyebabkan transplantasi ginjal tidak berkembang seperti di negara lain, juga datang dari sisi pasien. Nur Rasyid menyebut masih banyak pasien gagal ginjal yang khawatir dengan proses operasi transplantasi ginjal. Padahal, inilah terapi pengobatan terbaik untuk meningkatkan kualitas harapan hidup pasien dalam jangka waktu yang lama. "RSCM sudah melakukan sejak 1977," tandas Nur Rasyid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru