Perut Kenyang dengan Iga Panggang Panglima

Sabtu, 02 Mei 2009 | 07:10 WIB   Reporter: Sanny Cicilia

iga-sapi-panglima TUNDA sejenak niat menyambangi restoran kelas atas untuk mengudap ribs atau iga! Cobalah datang ke kedai sederhana Iga Panggang Panglima di kawasan Gandaria Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di sini, Anda akan menemukan iga dengan rasa resto seharga kakilima. Porsinya pun terbilang jumbo. Memenuhi selera kebanyakan orang Indonesia yang umumnya suka makan kenyang. Soalnya, seporsi iga panggang Panglima berbobot lebih dari setengah kilogram. Jika bobot tulang tak kita hitung, gelambiran daging yang tersaji sekitar 300 ons. Cukup untuk menjamin perut kenyang ketika pulang. Pelayanan di kedai ini juga terbilang cepat. Belum sempat cacing di perut berontak, pelayan dengan sigap menyajikan pesanan iga panggang yang menjadi satu-satunya menu utama di kedai ini. Pesanan iga datang lengkap dengan saus barbeku yang meleleh di atasnya. Dagingnya empuk banget. Tanpa bantuan pisau, garpu sanggup mencabik segera si daging. Soal rasa, Budi Marsanto, si pemilik kedai, bahkan berani beradu dengan iga keluaran restoran kelas atas. Bumbunya benar-benar meresap sampai daging. Bahkan tulang sekalipun. Rasanya? Mm..., manis dan gurih beradu jadi satu. Nikmat! Iga tidak disuguhkan sendirian. Ada potongan kentang berbumbu dan jagung manis dalam pinggan yang sama. Aroma wangi yang menguar dari kentang dan pipilan jagung turut melengkapi aroma sedap sang iga. Ternyata rasa si kentang dan si jagung juga lumayan mampu melahirkan variasi pada lidah. Di kedai Iga Panggang Panglima tersedia tiga pilihan rasa. “Tapi, biasanya orang yang baru datang akan mencoba yang original dulu,” seru Budi. Pengunjung akan mencoba rasa lain ketika datang untuk yang ke dua dan seterusnya hingga ketemu menu kesukaan. Selain bumbu orisinal, Panglima juga menyediakan iga panggang bumbu black pepper dan lemon hot. Bumbu dasarnya sama dengan yang original, yakni kental rasa manis dan gurih. Iga panggang black pepper bertabur lada hitam. Walhasil, rasa pedas turut mencuat, menemani rasa iga yang manis dan gurih tadi. Pada iga lemon hot, komposisi bumbunya berbeda. Setelah berlumur bumbu barbeku, iga yang sudah matang diberi saus pedas. Bagi Anda yang tidak suka pedas, tidak perlu keder lebih dulu. Rasa pedasnya tidak menggigit, kok. Budi juga mengucurkan perasaan air jeruk lemon di atasnya. Segar. Mana yang menjadi menu idola? “Iga original menjadi pilihan favorit,” ujar Budi. Untuk mendapatkan pasokan daging yang empuk, Budi mengaku memulai proses kulinernya dengan memilih daging berkualitas. Hanya sapi yang bibitnya diimpor dari Australia yang menjadi pilihannya. Budi tak khawatir pasokan bakal seret. Soalnya, sapi-sapi itu telah sukses beranak pinak di wilayah Subang. “Pemasok besar langsung memasok kebutuhan ribs baru dan segar ke sini,” cetus Budi berpromosi. Sebelum dihidangkan ke meja makan, daging sapi juga menjalani malam panjang agar benar-benar empuk. Selama semalam, daging harus berendam dengan bumbu barbeku racikan Budi agar bumbu benar-benar meresap. Setelah itu, daging baru di-trimming untuk menghilangkan lemak-lemaknya.

iga-sapi-panglima2 Budi mengaku meracik sendiri bumbu-bumbu lokal yang dia gunakan. “Selain lebih murah, juga lebih pas dengan lidah orang kita,” kata dia. Tapi, Budi tidak meninggalkan “rasa barat” barbaeku, sehingga rasanya tetap internasional. Karena racikan Budi yang tidak meninggalkan “citarasa barat” ini, iga panggang Panglima tak bisa dibandingkan dengan iga lokal ala konro. “Pelanggan biasanya membandingkan rasa iga Panglima dengan restoran dari luar,” kata Budi. Untuk mendapatkan seporsi iga panggang, pengunjung cuma perlu merogoh kocek Rp 55.000. Karena rasa iga sudah kaya rasa, minum segelas teh manis pun sudah nikmat. Tapi, ada juga menu lain ice blend dengan berbagai rasa, dari stroberi, cokelat, moka, cappuccino, dan durian. Harganya Rp 6.000. Jika membawa anak kecil dan khawatir tidak bisa menghabiskan sepiring iga, kedai ini juga memberikan sajian sausage. Meskipun cuma sosis, cara masaknya tidak seadanya. Setelah digoreng, sosis dibakar dengan bumbu barbeku. Ditemani dengan jagung, seporsi menu ini Rp 12.000. Dalam sehari, Budi mengaku bisa menjual sampai 80 porsi iga panggang. “Kalau akhir pekan, pengunjung yang datang bisa lebih ramai lagi,” kata Budi. Kalau dihitung-hitung, kedai Panglima bisa menghabiskan sampai 40 kilogram iga mentah. Penjualan rata-rata sehari bisa mencapai Rp 4,4 juta. Manis dan gurih, kan? ALAMAT 'IGA PANGGANG PANGLIMA': -Gading Batavia Food Promenade LC 9/9, Kelapa Gading Jakarta Utara, Jakarta Ph: 021 - 45853405 -Jl. Gandaria Tengah II/1 Jakarta Selatan

 

Sejarah Itu Dimulai di Panglima Polim MENGAWALI usaha pekarangan di Jalan Panglima Polim Jakarta Selatan, Budi Marsanto enggan membuang sejarah. Pada 2004 silam, Budi bersama istri membuka kedai iga panggang di pekarangan rumah mereka itu. “Awalnya cuma iseng,” seru Budi. Belum sampai satu tahun berjualan, dagangannya laris manis. Dua tahun kemudian, 2006, lantaran rumah dijual, Iga Panggang Panglima harus pindah markas ke Gandaria. Meski awalnya cuma iseng, Budi tak main-main mengolah karya kulinernya. Pengalaman bekerja kala liburan sekolah selama enam tahun di restoran yang menyajikan menu steak dan ribs di Australia memberinya ilmu meracik menu. Lebih lagi, sang koki juga tak pelit berbagi ilmu. “Ribet sebetulnya memasak iga, tapi kokinya mengajari saya trik dan tipnya,” ujar Budi. Tapi, saat membuka kedainya, Budi mengaku tidak serta-merta mengaplikasikannya bumbu sang guru. Sebab, Budi lebih suka menggunakan bumbu lokal. Dus, dari paduan rasa inilah, Budi menjajal kemampuannya memasak dengan membuka kedai. Peluang terbuka kala Budi yang gemar berburu makanan tak menemukan kedai ribs kaki lima di Jakarta. “Kalaupun ada, di resto mahal,” ujar dia. Budi tak melakukan promosi di mana pun. Ia lebih suka mengundang teman-temannya untuk menjajal olahannya. Dari situlah, lewat mulut ke mulut, nama Iga Panggang Panglima mencuat di dunia kuliner. Saking ramainya, tawaran kerjasama berdatangan pada tahun pertama kedai buka. Namun, Budi menolaknya lantaran belum kuat. Setelah semua siap, Budi membuka waralaba. Kini Iga Panggang Panglima bisa juga Anda temukan di Kelapa Gading.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia

Terbaru