Podo Seneng Bakso Racikan Mijan

Sabtu, 25 April 2009 | 08:28 WIB
Podo Seneng Bakso Racikan Mijan
ILUSTRASI. Pegawai Bank Rakyat Indonesia (BRI) Agro menunjukkan aplikasi Pinang.

Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Test Test

baksomijan2JANGAN berharap ada tampilan istimewa di kedai yang satu ini. Yang tampak hanya sebuah gerobak dengan nama mencolok: Podo Seneng, serta dua meja panjang dengan dua bangku sederhana. Bahkan, tak ada atap yang menjadi peneduh. Meski begitu, pengunjung tak perlu khawatir kepanasan kala bersantap. Soalnya, kedai yang satu ini onder de boom alias berada di bawah pohon yang rindang. Seperti juga tampilan kedai, menu yang tersedia di sini juga tidak neko-neko. Tumijan alias Pak Mijan cuma menyediakan bakso sebagai makanan favorit. Sebagai pelengkap, ada pangsit,  siomay, tahu putih, serta tahu cokelat. Biasa banget, kan? Cuma, jangan meremehkan bakso Pak Mijan. Mengambil lokasi di pengkolan Jalan Hanglekir VII, Senayan, pelanggan Pak Mijan terbilang bererot di kelokan pertama gang itu. Penikmat baksonya beragam, dari golongan menengah sampai atas. Jadi, jangan terbengong-bengong ketika melihat deretan mobil mewah yang terparkir dari gerobak bakso Mijan. Pelanggan dari banyak kalangan itu tampak berbaur santai sambil mengudap bakso racikan Mijan. Jika datang ke sini, ada baiknya Anda datang sebelum jam makan siang tiba. Saat itu belum banyak penikmat bakso yang berdatangan. Nah, makin siang, pengunjung makin ramai. “Tapi tidak mesti selalu ramai,” kata Mijan. Hanya, biasanya,  bapak yang ramah ini menutup warung jam dua siang sesaat setelah dagangan ludes terjual. Mijan berujar, Podo Seneng ramai di hari libur, terutama di akhir pekan. Saat Sabtu datang, pengunjung biasanya datang dari jauh. “Ada yang dari Rawamangun, Cibubur, sampai Bogor,” kata Mijan. Kalau Minggu, jangan tanya.  Usai berolahraga di Senayan, pelanggan bakal menyerbu dagangan Mijan. Bahkan, tidak sedikit dari kalangan selebriti yang datang ke sana. “Termasuk Adjie Notonegoro, itu pelanggan tetap,” ujar Pak Mijan, bangga. Kendati bisa sangat ramai, Mijan ogah menambah kapasitas kursi atau meja lagi.  Dan, itu tampaknya tak menjadi soal. Pengunjung yang tidak kebagian kursi biasanya langsung mengambil posisi lesehan di trotoar jalan. Seru juga mengudap bakso di jalan. Tapi banyak pula pengunjung yang bersantap di dalam mobil mereka. Dari tampilan, sejatinya  tak ada yang istimewa dalam tampilan semangkok bakso Mijan ini. Sekilas malah mirip bakso kampung yang banyak dijual pedagang keliling. Satu porsi bakso berisi tiga bakso dengan mi putih atau kuning, terserah selera. Tak lupa, pengunjung bisa memilih padanan lainnya, yakni tahu putih, tahu cokelat, atau siomay. Kelar mencomot bakso, Pak Mijan akan segera menabur gorengan bawang yang lumayan berlimpah serta tiga potongan pangsit goreng yang renyah. Memang, tidak seperti lazimnya pangsit yang tipis dan empuk, pangsit goreng Pak Mijan ini agak keras. Tapi ternyata malah banyak yang suka. Garing, gurih, dan kriuk-kriuk.... Nah, cobalah  menggigit baksonya. Terasa sangat kenyal! Tanpa ada urat yang liat atau gigitan kanji yang alot. “Tak ada campuran boraks atau formalin. Kami lebih banyak memakai daging,” tutur Pak Mijan. baksomijanSaban hari, Pak Mijan membuat sendiri butiran baksonya. Setelah 2 kg sampai 4 kg daging lumat oleh mesin penggiling, Pak Mijan mencampurnya dengan  bumbu racikannya sendiri serta sedikit tepung. Adapun 1 kg daging hanya untuk 100 butir bakso. “Sedikit karena bakso saya memang daging,” ujar Pak Mijan bangga. Agar mantap, Pak Mijan tak sembarangan memilih daging. Hanya daging berkualitas bagus menghasilkan bakso dengan kenyalan yang pas. Sekarang, cobalah menyeruput kuahnya. Hm... segar dan gurih! Bumbu kuah tak maksa alias tidak ada rasa bumbu yang berlebihan. Dengan begitu, rasanya lebih mudah disesuaikan dengan selera pembeli. “Mau nambah dengan cuka, saus, sambal, silakan saja,” ujar dia. Asyiknya, kuah bakso berisi tetelan daging yang berlimpah. Tak aneh bila tampilan kuah bakso sedikit keruh tapi dengan rasa yang bisa bikin kelengar. Satu porsi bakso Pak Mijan sama sekali tidak menguras kantong. Hanya dengan merogoh kocek Rp 7.000, semangkok  bakso dengan rasa top. Sayang, Pak Mijan  hanya menyediakan teh tawar sebagai pelega tenggorokan. Tapi,  tak usah khawatir. Jika pengin menenggak minuman ringan lain, Anda bisa mendatangi warung sebelah yang tak jauh dari kedai Pak Mijan. Dengan harga yang terjangkau, saban hari Pak Mijan mengaku bisa menghabiskan 90 sampai 100 mangkok bakso. Dengan harga Rp 7.000 per mangkok, Pak Mijan mengantongi omzet Rp 630.000 sampai  Rp 700.000 setiap hari. Jumlah segitu tentu akan berlipat kala weekend. Tertarik mencoba?
ASLI DARI Kediri, Tumijan bukanlah pedagang bakso kemarin sore. Sebelum hijrah ke Jakarta pada 1987, Tumijan alias Pak Mijan ini sudah berjualan bakso di Surabaya selama 12 tahun. Sampai kemudian menginjakkan kakinya di Ibukota RI, Pak Mijan pun tetap mengandalkan bakso sebagai barang dagangan. Pilihan ini tepat. Ada banyak pelanggan yang terpikat pada bakso bikinannya. Salah satunya, ya, perancang kondang Adjie Notonegoro. Tak datang sorangan, Adjie juga kerap membawa teman-temannya. “Termasuk media,” ujar Pak Mijan senang. “Ia suka telepon kalau datang,” ujar dia. Pelanggan lain yang tak kalah setia adalah anggota klub sepatu roda Vini Vidi Vici yang biasanya berlatih di Senayan. “Mereka pelanggan setia saya sejak saya buka,” ujar dia. Saat itu, Pak Mijan masih berdagang di seputar Senayan. Sekali datang, tak kurang 50 pelanggan langsung menyerbu. Mereka pun santai saja duduk di sepanjang trotoar. Pak Mijan juga masih didatangi pelanggannya sejak zaman mereka pacaran hingga kini sudah berumahtangga. Selain itu, istri Menteri Departemen Hukum dan HAM Andi Matalata pun menjadi pelanggan loyalnya. Cuma, “Bu Menteri biasanya pesan untuk acara di rumah,” cetus Pak Mijan. Ia hapal kesukaan pelanggan setianya. Misalnya, ada yang suka kuah bakso, ada pula yang suka bakwan gorengnya. Meskipun harus menyiapkan pesanan yang mengalir, gerobak Pak Mijan tetap menguarkan asap. Biasanya, anak-anak Pak Mijan bergantian menjaga kedai Podo Seneng ini. “Saya kan harus membiayai anak sekolah,” ujar dia. Soalnya, dua dari empat anak Pak Mijan masih bersekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TERBARU

Close [X]