Presentasi Tetap Lancar Meski Pakai Proyektor Mini

Sabtu, 15 Agustus 2009 | 00:44 WIB   Reporter: Gloria Haraito, Yudo Widiyanto, Diade Riva Nugrahani,

proyektormini_bloomberg_3m-co-editBELAKANGAN, proyektor berukuran mini mulai marak di pasaran. Ukuran kecil dan bobot ringan menjadi alasan mengapa permintaan produk ini terus mengalami peningkatan. Tak ayal, banyak produsen yang berlomba merilis proyektor dengan fitur serba mini. Sebagai perbandingan saja, proyektor konvensional memiliki bobot dua hingga tiga kilogram (kg). Sementara, berat proyektor mini hanya berkisar 1,1 kg- 1,2 kg. Nah, adanya perbedaan tersebut membuat proyektor mini kian digemari. Para produsen pun mulai bersaing dalam merilis proyektor mini andalan mereka ke pasar. Salah satu pemain yang membidani lahirnya mini proyektor ini misalnya Infocus. "Proyektor mini menjadi menarik karena besarnya hanya sebesar agenda," ujar Cahyono Tedja, Manajer Produk Infocus PT Triyaso Telekomindo, distributor tunggal Infocus. Cahyono mengakui, Infocus bukanlah mini proyektor terkecil yang ada di pasaran. Namun menurutnya, mini proyektor Infocus memiliki kelebihan karena menggunakan lampu SHP dan UHP. Dengan lampu tersebut, mini proyektor Infocus memiliki tingkat kecerahan 2.100-2.200 lumen. "Sehingga, tingkat ketajaman gambarnya pun tinggi," ujar Cahyono. Tidak mau ketinggalan, 3M juga meluncurkan produk proyektor mininya yang dinamakan MPro 110. Produsen asal Amerika Serikat ini pertama kali mengomersilkan mikro proyektor di Indonesia pada Januari 2009. Sejak produk ini meluncur  ke pasar, minat masyarakat sangat besar. "Permintaannya bisa mencapai ratusan dalam waktu satu bulan kala itu," ujar Edwin E Pramudya, Projection System Departement PT 3M Indonesia. Selain kedua produsen tersebut, Viewsonic juga sudah meluncurkan produk proyektor mini terbarunya. Produk ini bernama Viewsonic PJD5111 Projector. Bobot proyektor mini dari Viewsonic ini agak lumayan, yakni 2,3 kg. Hanya, Darmawan Harli Permono, staf pemasaran Viewsonic mengklaim proyektor ini lebih unggul dibanding proyektor mini Viewsonic dengan bobot 1 kg, yang lebih dulu dikenal pasar. Harga lebih mahal Namun, seperti prinsip ada rupa ada uang, untuk mendapatkan proyektor langsing ini, harga yang harus dikeluarkan konsumen pun lebih tinggi. Kalau harga proyektor konvensional, di bawah Rp 6 juta, sementara pada harga proyektor mini berkisar Rp 12 juta hingga Rp 17 juta. Mahalnya harga tersebut membuat laju penjualan mini proyektor Infocus pun tak sekencang proyektor Infocus konvensional. "Penjualan Infocus konvensional bisa 85%, sementara proyektor mini Infocus baru menguasai 15% sisanya," terang Cahyono. Pada kuartal dua kemarin, penjualan proyektor Infocus menguasai pangsa pasar sebesar 17%. Ini membawa Infocus menjadi pemimpin pasar di periode tersebut. Sementara Edwin berpendapat, pangsa pasar proyektor mini lebih luas dibandingkan proyektor konvensional. Sebagai perbandingan, pangsa pasar konvensional biasanya datang dari kalangan tertentu, misalnya perusahan. "Nah kalau ukurannya sekecil ini, tentu saja pasarnya individu, seperti mahasiswa," ungkapnya. Untuk memperkenalkan produknya, 3M giat mengadakan pameran. Dalam pameran tersebut, biasanya mereka menawarkan harga spesial. Hanya, Edwin cukup realistis. "Mudah-mudahan, sampai akhir tahun 2009 dapat terjual sebanyak 500 unit. Kami masih butuh waktu untuk masuk pasar," ujarnya. Tips membeli proyektor mini Anda sedang mencari proyektor mini untuk presentasi? Seperti layaknya belanja barang, teliti sebelum membeli. Edwin bilang, memilih proyektor mini cukup mudah. Pasalnya, hingga saat ini, di pasar proyektor mini merek ternama belum dipalsukan. Jadi Anda tak perlu takut dapat barang palsu. Kendati demikian, ”Kita perlu melihat track record distributor atau pemegang mereknya, karena tidak semua merek itu bagus,” imbuh Edwin. Darmawan menambahkan, konsumen juga harus memperhatikan jaminan garansi dari produsen. Jaminan itu harus mencakup jaminan lampu sekaligus tempat servis yang jelas. Dengan demikian, jika ada kerusakan, distributor bisa menyediakan layanan penggantian suku cadang. "Tanya juga soal ketersediaan komponen proyektor, apakah mudah didapat dan kompetitif harganya," ujar Darmawan lagi. Edwin juga menjelaskan, agar tidak salah pilih, konsumen harus memperhatikan spesifikasi secara mendetil. Sebab, tidak semua proyektor mini bisa sesuai atau kompatibel dengan semua gadget. "Saya perhatikan, beberapa proyektor tidak memiliki sambungan kabel untuk notebook, kan sayang jika sudah membeli tidak bisa dipakai," kata Edwin. Memilih proyektor yang baik juga harus berdasarkan kebutuhan. "Kalau kebutuhan kita memang untuk sebuah presentasi di ruangan besar dengan layar yang juga besar, maka proyektor yang kita gunakan juga harus proyektor dengan resolusi tinggi," jelas Darmawan. Sementara, untuk menjaga proyektor supaya tetap awet, ada beberapa tip yang bisa Anda lakukan. Pertama, "Jangan langsung mencabut kabel begitu proyektor dimatikan," ujar Darmawan. Dia menjelaskan, pengguna harus menunggu dulu setidaknya 25 detik baru kemudian mencabut kabel. "Ini bertujuan untuk menjaga kemampuan lampu agar bisa bertahan lama hingga 4.000 jam," ujar Darmawan. Kalau pemakai mengabaikan prosedur ini, lampu proyektor bisa cepat rusak. Cahyono pun menyampaikan hal senada. Dia bilang, konsumen harus menjalankan prosedur menyalakan dan mematikan proyektor dengan benar. Bahkan, Cahyono menyarankan, sebaiknya pada saat menghidupkan dan mematikan proyektor, konsumen melakukan proses pemanasan atau pendinginan lampu selama semenit. Bila prosedur ini tidak dijalankan, lampu bisa retak dan berisiko meledak saat dipakai. Selain itu, "Jangan sampai  proyektor terkena air atau diletakkan di tempat yang terlalu panas," kata Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru