Sepeda lipat Brompton mahal? Yang lebih mahal banyak!

Senin, 09 Desember 2019 | 12:24 WIB   Reporter: Dityasa H Forddanta
Sepeda lipat Brompton mahal? Yang lebih mahal banyak!

ILUSTRASI. Sepada Brompton


GAYA HIDUP - JAKARTA. Sepeda lipat (folding bike) Brompton sudah lama menjadi bahan perbincangan terutama di kalangan goweser. Sepeda lipat asal Inggris ini kembali ramai diperbincangkan setelah skandal penyelundupan yang turut menyeret nama Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Ari Askhara.

Harganya yang selangit untuk ukuran sepeda dengan dimensi yang kecil menjadi salah satu faktor mengapa Brompton selalu diperbincangkan khalayak. Sebut saja, Brompton Explore yang kemarin ikut diselundupkan menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia.

Harga ritel di Inggris berkisar £ 1.570 atau setara sekitar Rp 29 juta. Harganya bisa dua kali lipat setelah sampai di Indonesia, memperhitungkan pajak dan tentu margin si penjual.

Baca Juga: Di sini heboh Brompton, netizen di AS geger oleh sepeda Peloton

Namun, sejatinya banyak merek sepeda lipat yang sekelas, atau bahkan memiliki kasta yang lebih tinggi dibanding Brompton. Pacific Cycles misalnya.

Dilansir dari situs resmi perusahaan, salah satu brand Pacific Cycles yakni Reach, harganya dibanderol US$1.350 atau sekitar Rp 19 juta. Ini hanya harga frame saja, bukan full bike.

Goweser perlu merogoh kocek lebih jika ingin menjadikan sepeda lipat yang mengusung konsep kecepatan itu menjadi full bike. Menambah gir depan atawa crank misalnya. Harga crank bervariasi. Crank untuk kelas balap jalanan seperti Miche Evomax dibanderol antara Rp 1,8 juta hingga Rp 2 juta di Indonesia.

Baca Juga: Erick Tohir pecat Dirut Garuda karena terbukti selundupkan moge Harley Davidson

Untuk kelas kompetisi atau pro seperti Shimano Ultegra dan Dura Ace, harganya bisa lebih mahal lagi. Bahkan, komponen gir lengkap (groupset) di kelas ini bisa lebih mahal dari satu unit motor matik.

Jika menjadi full bike, harganya bisa lebih mahal dibanding Brompton Explore yang dengan harga segitu sudah mendapat full bike lengkap dengan perkakas (toolkit). Bahkan, seri full bike Reach GT dibanderol US$ 2.350 atau sekitar Rp 36 juta. Ini harga belum masuk Indonesia, lo!

Lalu, ada saudara Reach, sepeda lipat Birdy. Sepeda lipat dengan sistem suspensi pertama di dunia ini paling murah berkisar US$ 1.360. Seri termahal sepeda lipat yang didesain oleh perusahaan sepeda asal Jerman ini mencapai US$ 4.500, full bike.

Sesampainya di Indonesia, harganya bervariasi, berkisar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Bahkan, ada seri Birdy yang harganya disebut-sebut mencapai Rp 120 juta. Harganya yang selangit karena frame sepeda lipat ini menggunakan material titanium.

Baca Juga: Ramai Harley-Davidson selundupan, ini hitungan pajaknya

Ada juga merek lain yang cukup premium seperti keluarga Dahon, FnHon. Ini merupakan pelopor sepeda lipat dengan lipatan di tengah.

Asia pun tak mau kalah dengan pabrikan sepeda lipat premium Eropa. Jepang memiliki merek Tyrell. Bisa dibilang, ini merek pendatang baru. Harganya di Indonesia berkisar antara Rp 30 juta hingga Rp 42 juta.

Lantas, apa yang membedakan sepeda lipat tersebut?

Banyak faktor yang membedakan sepeda lipat. Salah satunya, peruntukan sepeda lipat itu sendiri. Brompton Explore diciptakan untuk goweser yang gemar berpetualang.

Reach dibangun untuk goweser yang hobi ngebut di jalanan kota. Sedangkan Birdy hadir bagi mereka yang masih ingin ngebut tanpa menghilangkan kenyamanan.

Embel-embel seri terbatas juga bisa mendongkrak harga. Brompton Explore kabarnya hanya diproduksi sebanyak 2.000 unit di dunia.

Komponen dan material sepeda lipat turut mempengaruhi harga. Seperti yang sempat dibahas sebelumnya, sepeda lipat juga memiliki banyak komponen. Bahkan, sekarang, lagi tren sepeda lipat dicekoki dengan komponen sepeda balap alias roadbike.

Baca Juga: Gaduh selundupan di Garuda Indonesia, ini harga Sepeda Brompton dan profil pembuatnya

Semakin mendekati pro, maka harga komponennya makin selangit. Bagi yang sensitif, pasti bisa merasakan perbedaan ketika menggunakan komponen murah dan mahal. Ini karena ada perbedaan desain, material dan tingkat presisi yang tinggi dari komponen tersebut.

Ah, tapi tidak ada habisnya ngomongin harga. Pada akhirnya, kembali ke tujuan masing-masing goweser ketika mengayuh pedal. Fungsi, atau sekadar gengsi?

Goweser yang staminanya loyo bakal tetap loyo ketika mengayuh sepeda seharga moge sekalipun. Sebaliknya, goweser dengan stamina prima bisa tetap fit saat ngebut pakai sepeda mid-end.

Baca Juga: Laba Lekker dari Sepatu Sneakers

Mengutip salah satu ucapan pembalap sepeda tersukses di dunia, Eddie Merckx, "Don't buy upgrades, ride up grades."

Kayuhanmu ditentukan oleh seberapa sering kamu bersepeda. Jangan lupa sehat pakai sepeda!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru