Meski menerapkan teknik simpan beku indung telur, calon ibu tetap bisa melakukan kehamilan secara normal alias tidak perlu mengikuti program bayi tabung. "Sebab, sel indung telur itu bisa ditanam kembali ke bagian tubuh kita," tutur Andon Hestiantoro, dokter Klinik Yasmin Kencana Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Andon bilang, sel itu bisa ditanamkan di perut ataupun di lengan pasien. Jadi, dengan teknik ini sangat dimungkinkan pasien hamil secara normal.
Teknik simpan beku indung telur ini, pertama-tama, indung telur diambil kemudian dikupas seperti kulit pisang. "Nah, kulit inilah pabrik sel telur yang kemudian dibekukan," kata Andon.
Ada dua teknik pembekuan, yakni pembekuan lambat dan pembekuan cepat atau vitrifikasi. Teknik vitrifikasi lebih unggul dibandingkan pembekuan lambat, karena dapat menyimpan jaringan tanpa terbentuknya kristal es dan tidak menimbulkan perubahan bermakna terhadap morfologi dan jumlah folikel.
Simpan indung telur dengan teknik pembekuan cepat dilakukan pada suhu mencapai minus 196 derajat Celsius. "Pada suhu itu semua kehidupan akan terhenti," kata Andon. Metode ini sudah diterapkan untuk membekukan sperma dan embrio. Proses pembekuan itu menggunakan krioprotektan konsentrasi tinggi yang dapat menghindari terbentuknya kristasl es yang dapat merusak membran sel pada saat pembekuan. Adapun proses vitrifikasi dilakukan dengan membekukan cairan dengan sangat cepat, yakni minus 1.500 derajat Celcius per detik.
Andon mengatakan, pembekuan embrio dengan sistem virtifikasi dapat dilakukan dengan lebih murah karena tidak membutuhkan peralatan yang lebih mahal, prosedur yang mudah dan cepat dibandingkan dengan sistem pembekuan lambat.
Dokter RSCM Budi Wiweko mengatakan bahwa untuk melakukan teknik simpan beku indung telur ini tidak ada usia minimal. "Tapi usia yang disarankan maksimal tidak lebih dari 35 tahun, hal ini terkait dengan jumlah dan kualitas sel telur yang makin tambah umur makin berkurang," jelasnya.
Budi mengatakan, sebelum sel telur pasien diambil untuk dibekukan, paramedis akan melakukan penapisan atau perekaman data sel telur dengan cara ultrasonografi. Selain itu juga ada pemeriksaan darah dan pemeriksaan hormon. "Tujuannya untuk melihat jumlah sel telur dan umur biologisnya, untuk mengecek kelayakan si sel indung indung untuk dibekukan.
Andon mengatakan, RSCM sudah menerapkan teknik simpan sel indung telur ini pada 10 pasien. "Hasilnya, sebelum dibekukan maupun sesudah dibekukan, jaringan indung telur itu tidak ada perbedaan, sama bentuk maupun jumlahnya," jelas Andon.
Jadi, masih menurut Andon, metrode simpan beku sel indung telur ini merupakan metode yang menjanjikan untuk mengembalikan kesuburan pada perempuan-perempuan yang terancam umur biologisnya. Yang dimaksud dengan umur biologis adalah umur sel telur.
Asal tahu saja, umur di kartu tanda penduduk (KTP) Anda tidak mencerminkan umur biologis atau umur sel telur. Hal itu dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain genetik, endometriosis (gangguan nyeri haid), operasi, radiasi, atau kemoterapi. "Jadi, meski usia Anda baru 25 tahun, belum tentu sel telur Anda masih banyak, " jelas Andon.
Sebab, bisa saja bawaan lahir si calon ibu itu sel telurnya memang sudah sedikit atau mungkin dia pernah operasi kista, atau kemoterapi yang menyebabkan jumlah dan kualitas sel telur si calon ibu rusak dan mati.
Tapi, dengan temuan simpan beku sel indung telur ini, si pasien tak perlu mencemaskan umur biologisnya karena sel telur sudah bisa dibekukan. "Yang jelas ini adalah pilihan bagi pasien yang ingin mempertahankan umur biologisnya," kata Andon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News