Strategi Komunikasi 3M Perlu Dioptimalkan

Senin, 19 Oktober 2020 | 11:21 WIB   Reporter: Tim KONTAN
Strategi Komunikasi 3M Perlu Dioptimalkan

ILUSTRASI. Petugas mencuci tangan sebelum memasuki kawasan Pasar Mayestik Jakarta, Kamis (15/10). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/15/10/2020.


COVID-19 - JAKARTA. Strategi komunikasi dan kampanye memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan alias 3M perlu dioptimalkan pemerintah. Demikian satu kesimpulan yang mengemuka dalam diskusi atau Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan KONTAN, Jumat (9/10).

Hadir dalam FGD tersebut, Dosen Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Fakultas Komunikasi Albertus Magnus Prestianta, Managing Editor KONTAN Hendrika Yunapritta, dan Pendiri Komunitas Saham Profit Sunar Susanto. Ketiga narasumber sepakat, pemerintah harus mengevaluasi dan mengoptimalkan kembali strategi komunikasi 3M dalam rangka memerangi penyebaran virus Covid-19.

Pasalnya, tidak sedikit anggota masyarakat yang kini hampir tidak peduli lagi dengan tiga kegiatan 3M. Kata Prestianta, fenomena tersebut terjadi karena kampanye 3M baru berjalan bulan Juni 2020 yang eksposurnya baru terasa di sekitar bulan Agustus 2020.

"Sekarang, masyarakat sudah merasa jenuh dengan isu Covid-19 dan cenderung tak peduli. Harusnya, kampanye 3M dimulai saat pertama kali kasus mulai muncul, yaitu di bulan Maret atau April, tepat pada saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama diberlakukan di mana perhatian masyarakat terhadap Covid-19 masih tinggi," tegasnya.

Peserta diskusi juga sepakat, hasil efektivitas komunikasi 3M Pemerintah juga belum optimal. Dari proses komunikasi dan kampanye 3M, strategi yang diterapkan pemerintah masih berada di tahap "to communicate". Pesannya belum sampai pada tahap "to engage" dan "to educate". Dengan kata lain, efek kampanye 3M masih membuat masyarakat terinformasi, belum berada di tahap terlibat dan teredukasi.

Kendala-kendala Kampanye 3M

Poin penting lain yang muncul di dalam diskusi adalah model komunikasi dan kendala-kendala dalam konteks komunikasi publik yang harus segera diatasi Pemerintah. Model komunikasi yang sekarang digunakan masih menyisakan banyak interpretasi di masyarakat.

Singkat kata, menurut Henrika, model komunikasi horisontal dan jelas akan lebih baik hasilnya, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dan persepsi yang justru memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Komunikasi yang jelas, tepat, serta menyesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan, penting untuk diperhatikan.

Jadi, harus juga ada penjelasan lebih detil dan jernih tentang pesan yang disampaikan, misalnya soal jenis masker yang digunakan, cara memakainya dengan benar, soal jaga jarak berapa meter hingga sabun jenis apa yang efektif untuk mencuci tangan. “Ini harus ada perbaikan komunikasi, sehingga kampanye itu bisa dilakukan dengan seragam,” tutur Hendrika.

Prestianta menambahkan, dalam konteks komunikasi publik, yaitu source (sumber), message (pesan), channel (media komunikasi), serta receiver (penerima pesan), pun masih terdapat persoalan. Beberapa di antaranya, sumber komunikasi masih banyak yang belum "satu suara" dan punya perbedaan persepsi. Pesan yang disampaikan tidak disusun dengan baik dan jelas, sehingga masih banyak menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam.

Medium alias channel yang digunakan juga kurang dipahami oleh penyampai pesan. Sedangkan, penerima pesan alhasil kurang peduli dengan tingkat kesadaran yang akhirnya juga masih rendah.

Kendala lainnya antara lain, masih ada pejabat pemerintah yang secara konkret tidak memberi contoh yang baik perbuatan preventif penularan Covid-19. Sunar bilang, Walikota Surabaya Tri Rismaharini barangkali bisa menjadi contoh yang baik.

"Risma terjun langsung ke lapangan dan melihat perkembangan penerapan 3M, bahkan tak segan menindak orang-orang yang melanggar protokol kesehatan," kata dia.

Dari hasil FGD yang mengevaluasi efektivitas strategi komunikasi dan kampanye 3M, ketiga narasumber memberikan rangkuman rekomendasi sebagai berikut:

  1. Pemerintah mengevaluasi efektivitas kampanye dengan riset (survei, polling, FGD, dll.) untuk mengukur sejauh mana komunikasi yang dieksekusi sudah diterima dan sejauh mana dampaknya dalam mengubah perilaku masyarakat;
  2. Melibatkan media massa dalam mengkampanyekan 3M, agar pesan yang sampai utuh kepada masyarakat dan seragam, sehingga interpretasi masyarakat tidak berbeda-beda dalam pelaksanaan 3M;
  3. Pemilihan channel atau medium komunikasi kampanye yang sesuai dengan demografi masyarakat, agar pesan dapat diterima dengan baik;
  4. Melibatkan para public figure dan influencer dalam kampanye 3M agar pesan lebih mudah dipahami oleh masyarakat;
  5. Peran serta aktif dari para pemimpin daerah dan pusat dalam kampanye 3M, untuk memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana protokol 3M seharusnya dijalankan.

Secara lebih lengkap, tayangan video FGD evaluasi strategi komunikasi dan kampanye 3M dapat disaksikan di KONTAN TV dengan klik link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=GXW2LPJoGK4

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Andri Indradie

Terbaru