Bagi pecinta wisata kuliner di Jakarta, kawasan Sunter tentu layak dikunjungi. Salah satu kelurahan yang berada di Jakarta Utara punya banyak pusat makan yang menggoda. Satu di antaranya berlokasi tak jauh dari Rumah Sakit Satya Negara. Di sini, beragam jenis masakan, mulai dari bubur, soto, nasi goreng, mie ayam, pempek, martabak, hingga sate padang tersedia untuk disantap.
Warung makan yang sudah lama hadir di sini adalah kedai “Ayam Goreng Borobudur”. Berdiri sejak tahun 1987, kedai ini sudah punya cukup nama. Bahkan, banyak pesohor, seperti Deddy Dores, rela jauh-jauh datang hanya untuk mencicip hidangan di Borobudur.
Kendati hanya menempati teras sebuah rumah yang disulap bak pusat jajan serba ada, Borobudur tak sulit ditemukan. Lokasinya tepat di samping RS Satya Negara. Di sentra jajan yang berada di koordinat -6.229728,106.6894312,11z ini, Ayam Goreng Borobudur berbagi tempat dengan jajanan lain, seperti pempek, soto, nasi goreng, dan jus. Namun karena berada di pojok depan teras, nama kedai ini tak sulit terlihat dari jalan.
Perlu dicatat, kedai ini baru buka pukul 4 sore dan tutup antara jam 9 malam–10 malam. Durasi jam buka yang cukup pendek membuat kedai ini selalu ramai. Tapi, jam yang paling ramai adalah menjelang magrib, antara pukul 6 sore hingga jam 7 malam. Tak heran, pada jam tersebut, banyak pembeli yang memilih untuk bungkus. Maklumlah, daya tampung kedai ini tidak besar, hanya tersedia tempat untuk 30 orang.
Luas kedai yang terbatas itu yang menjadi alasan pemilik Ayam Goreng Borobudur, Robert, memasak bahan-bahannya terlebih dahulu di rumahnya, yang tak jauh dari lokasi kedai. Begitu ada pesanan, bahan-bahan itu pun tinggal digoreng.
Di etalase kedainya, pembeli bisa melihat dengan jelas tumpukan potongan daging ayam, mulai dari paha, dada, kepala serta kaki alias ceker. Tersedia juga ati ampela, usus, tahu dan tempe yang sudah diungkep. Lantaran itu, warna aneka lauk menjadi kekuningan.
Ini menginspirasi Robert untuk membuat seragam berwarna kuning bagi karyawannya. Jadi, jika baju terkena kunyit atau bumbu lain, kotorannya tak mudah dikenali. Setiap hari, Robert ikut melayani pembeli dengan memakai pakaian berwarna kuning. “Sampai sekarang saya punya banyak baju berwarna kuning. Tapi biar tidak bosan, sekarang saya buatkan juga seragam berwarna hijau,” ujar dia.
Dalam melakukan pemesanan di kedai ini, pembeli sangat disarankan untuk segera mendatangi etalase “Ayam Goreng Borobudur” dan memesan langsung kepada pelayan yang ada di etalase tersebut. Sebab, jumlah pelayan sangat terbatas, yakni tujuh orang. Angka itu sudah termasuk pelayan yang mengantar pesanan.
Tak butuh waktu lama untuk menyaksikan pesanan terhidang di atas meja. Harum aroma kunyit dan berbagai rempah langsung menyeruak masuk ke indra penciuman. Potongan ayam goreng, tempe dan tahu juga lalapan yang terdiri kol dan potongan mentimun bersama kremes atau kriuknya tersaji di satu piring. Di atas piring lain yang agak kecil, penuh dengan sambal berwarna merah.
Ayam jantan
Saatnya menikmati ayam goreng Borobudur. Daging ayam terasa lembut, agak manis. Rasa gurih bumbu dapur, seperti kunyit, terasa perlahan. Meski lembut, daging ayam cukup garing lo! Bahkan, kulit dan tulangnya sangat crispy saat dikunyah. Memang, ayam goreng Borobudur bukan ayam presto yang bertulang lunak. Namun, tulang ayam tetap sedap saat digerogoti karena sensasi rasa garing dan gurih.
Rasa garing, gurih plus lembut datang dari asal usul ayam potong yang digunakan Robert. Ayam yang digunakan bukan ayam kampung ataupun ayam negeri. “Namun, kami pakai ayam jantan. atau orang bilang ayam blaster,” tutur dia.
Robert pernah menjajal mengganti ayam jantan dengan ayam negeri. Namun hasilnya tidaklah enak. Jika memakai ayam negeri, maka dagingnya akan tetap basah, hingga tak bisa garing meski teknik menggorengnya sama. “Padahal orang makan di sini karena rasa garing. Enak makan kriuk kriuk,” tutur Robert.
Ingin menikmati ekstra sensasi kriuk? Silakan suap kremesnya. Rasa kriuk kremes ayam bisa menimbulkan ketagihan. Kenikmatan kriuk ini berasal dari bumbu yang digunakan, yaitu sisa bumbu ungkepan ayam. Tak heran, rasa daging ayam mudah dirasakan saat kita menikmati kremes.
Kremes yang disajikan terbilang cukup banyak. Bahkan, Robert dan pelayannya tak pelit memberi tambahan kremes tanpa diminta pembeli. Mereka menyadari bahwa kremes ekstra garing itulah yang dicari dari ayam goreng Borobudur.
Jangan lupa untuk mencicipi lauk lain, seperti ati, ampela, usus, tempe dan tahu. Rasanya gurih, garing dan tidak asin. Jadi, jika makan di kedai ini, pembeli pasti mendengar bunyi kres-kres karena garingnya setiap masakan yang disajikan.
Bila doyan pedas, silahkan mencocol lauk dengan sambal. Tapi, hati-hati, sambal di sini terbilang pedas. Cukup sekali cocol, mereka yang tak terbiasa bisa langsung keringatan.
Harga yang ditawarkan di kedai ini cukup terjangkau. Untuk paket komplet yang terdiri dari nasi uduk, ayam, tahu dan tempe, banderolnya Rp 23.000 per porsi. Jika membeli satuan, harga ayam Rp 15.000 per potong. Sedang seporsi tahu, yang berisi empat potong harganya Rp 10.000. Lalu, usus Rp 15.000 per porsi. Untuk tempe, ati, ampela, kepala dan ceker harganya Rp 2.000 potong. Nasi uduk Rp 6.000 per porsi, dan sayur asem Rp 8.000.
Untuk minum, kedai ini hanya menyajikan aneka minuman dalam kemasan, seperti air mineral. Harga jualnya sesuai dengan harga pasar, rata-rata Rp 5.000 per botol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News