Tidak ada aplikasi yang benar-benar gratis, Anda harus membayar dengan data

Senin, 18 Januari 2021 | 08:50 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
Tidak ada aplikasi yang benar-benar gratis, Anda harus membayar dengan data


INDUSTRI TEKNOLOGI - JAKARTA.  Beberapa hari terakhir jagat internet heboh dengan rencana perubahan privasi WhatsApp. Platform pesan singkat itu dikabarkan akan membagikan data pengguna ke Facebook. 

Maka, ajakan boikot WhatsApp dan beralih ke platform lain menggema. Yang menjadi favorit adalah beralih ke Telegram dan Signal.  Akhirnya WhatsApp memberikan klarifikasi. Dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id Rabu (13/1), WhatsApp membantah membagikan kontak ke Facebook. “”WhatsApp juga tidak dapat melihat pesan pribadi atau mendengar telepon Anda. Begitu juga Facebook,” tulis WhatsApp.

Terlepas jadi atau tidaknya WhatsApp memberikan data ke Facebook, Kaspersky, perusahaan keamanan internet pekan lalu menyataan, nyatanya memang tidak ada yang sepenuhnya tidak berbayar  “Model bisnis saat ini untuk layanan gratis berarti, kita membayarnya dengan data kita,” tulis Kaspersky dalam rilis ke Kontan.co.id pekan lalu.

Dan memang benar itu yang terjadil. Jika Anda membuka situs e-commerce misalnya, hampir pasti tak lama akan masuk e-mail yang menawakan barang sejenis.  Pemanfaatan data juga terjadi di aplikasi lain, Seperti pemesanan transportasi online atau pesan makanan online.

Aplikasi tersebut menyalurkan kredit untuk mitra bekerjasama dengan bank. Tentu mitra yang terbukti memiliki pendapatan bagus dan tercatat di sistem aplikasi tersebut. Bagi bank, risiko kredit bermasalah (NPL) akan diminimalisir. 

Sebelumnya TikTok  dan 49 aplikari lain kabarnya memiliki fitur  mengintip papan klip pengguna. Hal ini diketahui setelah Apple meluncurka, iOS 14 yang memiliki fitur untuk mengetahui pihak mana saja yang melihat clipboard.

TikTok sempat membenarkan bahwa aplikasinya mengintip clipboard pengguna. Namun perusahaan asal Tiongkok ini mengaku, kegiatan itu untuk mencegah spam. "Ini dipicu oleh fitur yang dirancang untuk mengidentifikasi perilaku berulang yang bersifat spam," kata juru bicara TikTok dikutip dari The Verge.

Perusahaan  menghapus fitur untuk mengintip papan klip pengguna. "Kami berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna dan bersikap transparan tentang cara kerja aplikasi kami," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru