JAKARTA. Menteri Pariwisata akan meninjau kembali mengenai isu turis yang mengkonsumsi daging anjing di Bali. Adanya kabar ini membuat turis Australia enggan ke Bali.
Pulau Bali memang terkenal akan keindahan pantainya. Itulah juga yang menarik wisatawan asing tinggal dan berlibur. Namun, beberapa hari lalu, salah satu kabar dari media Reuters menyebut bahwa wisatawan asing mengkonsumsi daging anjing.
Menurut Animal Australia (AA), LSM yang tengah melakukan selama penyelidikan selama sebulan ditemukan bahwa terdapat praktik penangkap anjing, rumah pemotongan hewan dan pedagang makanan jalanan menangkap 100.000 anjing untuk dibantai dan dikonsumsi setiap tahun di Bali dengan menggunakan metode yang tidak manusiawi dan tidak sehat.
Isu yang beredar di masyarakat ini pun baru diketahui Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI. "Ya baru dengar, harus cek dan ricek dahulu. Ini kan hal sensitif jadi nanti akan kita lihat lagi," ujarnya kepada KONTAN (13/7).
Sebelumnya dilansir dari Reuters, festival daging anjing Yulin di China terus berlanjut meski ada kemarahan global. Sebanyak 46 anjing yang diselamatkan dari peternakan daging anjing disiapkan untuk diadopsi di Amerika Serikat. "Perdagangan daging anjing di Bali melanggar undang-undang keamanan pangan dan kekejaman hewan," kata Lyn White dari AA dalam sebuah pernyataan yang menyertai cuplikan video anjing yang ditangkap dan dianiaya.
Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian rekaman tersebut, yang juga menunjukkan bahwa penjual menjual daging bertuliskan "RW" yang merupakan singkatan dari "daging anjing" dalam Bahasa Indonesia.
Laporan tersebut juga menuduh bahwa turis tidak sadar mengkonsumsi daging anjing. "Mereka (orang Australia) tidak akan datang jika mereka terus mendengar ceritanya orang sedang makan anjing," kata seorang turis Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News